Share

Ch.4 Masalah Hati

Author: Lestari
last update Last Updated: 2023-05-30 22:14:01

Cecil terpincang-pincang masuk ke dalam kantor, beberapa rekan sejawatnya sesekali bertanya mengenai hal yang tengah menimpa gadis itu.

"Cil, lo kenapa?" Sherly yang melihat teman dekatnya meringis kesakitan-pun menghampiri dengan segera.

"Insiden kecil, lo punya obat merah nggak sih. Lumayan perih nih." Jawab Cecil meringis.

"Bentar, gue ambilin di belakang." Gadis yang menempati posisi administrasi itu berlari meninggalkan ruangan.

"Cecil, kamu kenapa?"

"Hah! em ... Itu, anu-" Cecil seketika menjadi linglung ketika seorang lelaki menghampirinya.

"Bar, ikut gue bentar yuk, makan siang." Seorang wanita berusia 27 tahun muncul tanpa terduga di belakang Barra, Viola namanya. Wanita yang sering kali bermasalah dengan rekan-rekan kantor lainnya, ia acap kali membuat kegaduhan pada orang yang tidak ia sukai, termasuk Cecilia.

Cecilia membulatkan matanya, ia malas jika harus berurusan dengan wanita berambut pirang tersebut. Bukan pirang karena blasteran, melainkan ia sering kali mengganti warna rambutnya seminggu sekali demi dibilang 'cantik' oleh beberapa orang.

"Aku baru saja selesai makan siang La, maaf ya. Mungkin lain kali, kita bisa makan siang bersama." Jawab lelaki berusia 25 tahun yang bernama Barra Rafeyfa. Lelaki itu menempati divisi marketing dan berkedudukan sebagai Manager.

Cecil enggan ikut nimbrung obrolan mereka, lebih tepatnya malas, karena Cecil tak luput dari pantauan mata Viola.

"Oh baiklah, besok kita makan siang bersama. Lo, jangan lupa ya." Wanita menyebalkan bagi Cecil itu akhirnya menghilang dari penglihatannya.

"Cecil, kamu kenapa? Tadi, belum sempat kamu jawab pertanyaanku." Barra mengulangi pertanyaanya lagi.

"Nggak Bar, gue nggak apa-apa kok, afair kecil aja tadi."

Sherly berlari dengan gesit membawa sebuah kotak yang bergambar palang merah. "Ini Cil, lo obatin sendiri ya. Gue dipanggil ke ruangan si bos."

"Oh, okey. Makasih banyak ya Sher."

"Sini, aku bantuin." Lelaki yang memakai kacamata itu tetiba langsung berlutut di depan Cecil.

"Eh, Bar. Nggak usah, gue bisa sendiri kok." Cecil merasa rikuh mendapati Barra kini bersimpuh di hadapannya.

"Udah nggak apa-apa kok, sini. Tahan sedikit ya, mungkin akan sedikit perih. Aku bersihkan dulu lukanya." Barra masih bersikeras untuk membantu mengobati luka gadis yang beberapa hari lalu ia taksir.

Barra, mengungkapkan perasaannya pada gadis berambut panjang itu, ia menyatakan ingin menjadi kekasih hati seorang Cecilia. Tapi, Cecilia enggan memberikan jawaban untuk Barra. Gadis itu biasanya akan menolak dengan tegas dan tidak butuh waktu lama untuk memberikan jawaban. Tapi, itu sepertinya tidak berlaku untuk Barra. Cecilia menggantungkan perasaan Barra, ia sendiri belum menemukan jawaban yang tepat untuk lelaki tersebut.

Barra memang lelaki dambaan hampir 90 persen wanita. Keperibadiannya yang tanpa cela, fisik serta wajah rupawan yang tiada duanya. Membuat Cecil benar-benar bingung jawaban apa yang tepat untuk orang seperti Barra. Cecilia tidak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelumnya, maka dari itu, ia bingung harus seperti apa memulai hubungan jika ia menerima Barra nantinya.

"Cecil, apa kamu baik-baik saja?" Barra menatap mata gadis itu.

"Iya, gue baik. Kenapa?" Jawab Cecil begitu yakin.

"Ponselmu berdering dari tadi. Apa kamu tidak mendengarnya?" Jawab Barra tersenyum, ia sekaligus memberikan sentuhan terakhir pada luka Cecil dengan perban.

"Ah, iyakah? Sorry-sorry, mungkin volumenya terlalu rendah, jadi gue nggak kedengeran." Alasan yang nyeleneh dan sekenanya Cecil ucapkan pada Bara. Padahal, gadis itu sedang menikmati indahnya pemandangan wajah manis lelaki di depannya itu.

Cecil mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. [Ya, Hallo]

[Minggu besok pulang ke rumah, atau Papa Mama yang akan mengunjungimu ke sana nanti malam.] Cecil mendadak merinding mendengar penuturan suara lelaki paruh baya dari sambungan telepon.

[Ta- tapi Cecil minggu besok-]

[Jadi memilih Papa menumuimu di sana?]

Cecil melotot, akan lebih runyam jika kedua orang tuanya mengunjungi ke tempat tinggalnya. [Okey, Cecil pulang weekend besok.]

[Good.]

Sambungan terputus, biasanya orang tua akan basa-basi menanyakan kabar terlebih dahulu pada anaknya yang jauh dari rumah. Tapi, tidak berlaku untuk Cecil. Orang tuanya akan to the point mengutarakan apa maksud mereka menghubungi anaknya.

"Orang tuamu akan datang, Cil?" Tanya Barra langsung berdiri ketika tugasnya telah usai.

"Oh enggak Bar, gue yang akan pulang minggu besok. Udah lama juga sih nggak balik rumah." Cecil menarik kursi kosong di sebelahnya, dan diberikan pada Barra. "Duduk Bar."

"Thanks, berapa lama kamu nggak pulang? Kamu asli Surabaya kan ya?" Barra menarik kursinya untuk lebih dekat dengan Cecil.

"Huum." Cecil merasa akan ada perbincangan serius antara mereka. Cecil bingung, jika tebakannya benar kali ini, Barra akan meminta kepastian jawaban akan pernyataan perasaannya kemarin, maka habislah gadis itu. Ia sama sekali belum siap memberikan jawaban pada lelaki berkaca mata tersebut.

"Cil, apa belum ada jawaban untuk pernyataanku kemarin?"

Bingo, tebakan Cecil memang tidak pernah meleset. Ia berusaha berpikir dengan keras, berkali-kali ia meremas tangannya sendiri untuk memikirkan alasan yang akan ia berikan pada Barra.

"Cecil! Dipanggil Miss Rosa, lo disuruh ke ruangannya, sekarang."

Sedikit terbantu dengan datangnya Viola kembali saat itu, meskipun hati kecil Cecil risih jika harus berurusan dengan wanita tersebut. "Oke, gue akan segera ke sana." Tak lupa Cecil berpamitan pada Barra. "Sorry Bar, kita lanjutin nanti ya. Lo tau sendiri kan, Miss Rosa seperti apa orangnya."

"Oh, iya Cil nggak apa-apa kok. Siapa tau, aku mendapat jawaban yang menarik setelah keluar dari ruangannya Miss Rosa nanti."

Cecil melihat ada guratan kekecewaan pada wajah lelaki 25 tahun tersebut. Manager marketing yang sudah dua tahun mengabdikan dirinya pada perusahaan itu bangkit dan pergi meninggalkan Cecilia.

Dengan tertatih Cecil berjalan menuju ruangan Miss Rosa, wanita yang terkenal tidak menyukai keterlambatan satu detikpun itu tidak seperti biasa memanggil Cecil ke ruangannya. Ia lebih memilih menemui langsung ke ruangan Cecil jika ada perlu.

Tok... Tok... Tok

"Masuk." Suara khas serak-serak basah terdengar mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke ruangan. "Duduk. Hey, kamu kenapa pincang begitu? Terus, itu kenapa baju kamu pakai jaket segala." Kepala divisi itu keheranan menatap Cecil.

"Iya Miss, tadi waktu makan siang ada insiden kecil. Tapi, ini sudah membaik." Cecil terpaksa memakai alas kaki karet, mengingat sepatunya patah sebelah.

"Are you sure?"

"Iya Miss, aku baik-baik saja. Ada apa Miss Rosa memanggil saya?"

"Lebih baik kamu pulang saja setelah ini, istirahatlah di rumah. Dua jam lagi juga pulang, nanti aku yang bertanggung jawab untuk kepulanganmu yang mendadak ini." Meskipun Miss Rosa terkenal orang yang disiplin mengenai waktu, tapi beliau mempunyai iba hati yang tinggi. Dengan note, jika beliau melihat bukti di depan matanya sendiri.

"Ah iya, terima kasih Miss."

"Hm... Begini Cecil, selamat ya untuk kenaikan karir kamu." Ucap kepala Devisi atau Manager HRD itu sembari mengulurkan tangannya.

"Hah?! Kenaikan karir Miss?" Cecil terbata-bata mengulurkan tangannya. Ia menerima ucapan selamat dari wanita di depannya itu.

Wanita itu mengangguk dan tersenyum, "Iya, kamu akan menempati posisi Supervisor HRD, bukan lagi Staff. Sekali lagi, selamat ya Cil atas kerja kerasmu selama ini."

"Thanks, Miss."

"Pulanglah, istirahat di rumah. Kalau besok belum juga enakan, izin terlebih dahulu. Jangan lupa kabari aku." Wanita itu berdiri dan berjalan menghampiri Cecil, ia membantu gadis itu untuk berdiri.

"Sekali lagi, terima kasih Miss. Saya, akan pulang lebih cepat hari ini."

"Hati-hati di jalan, Cil"

***

[Cil, lo pulang duluan ya? Kok nggak bilang-bilang gue?] Sherly langsung memprotes Cecil ketika panggilannya tersambung.

[Iya Sorry Sher, mendadak sih tadi. Miss Rosa yang ngijinin pulang. Ini gue masih di jalan. Ada apa?] Cecil mengeraskan suara ponselnya, karena ternyata earphone-nya tertinggal di rumah.

[Ditungguin Barra tau, lo sih nggak bilang-bilang dulu.]

[Astaga ya Tuhan, gue lupa. Tapi, kenapa dia nggak ngehubungin gue sendiri?]

[Lo yakin nggak nge-blok nomor dia? Barra bilang, nggak bisa ngehubungin lo semenjak hari itu sih.]

Cecil berpikir sejenak, bibirnya ke kanan dan ke kiri, [Ah gue sepertinya salah nge-blokir nomor deh. Ntar, gue cek lagi deh. Sampein aja, ntar malem gue telfon dia. Udah dulu ya, gue lagi di jalan nih, kaki gue nyeri banget buat nginjek rem.]

[Oh oke, gue sampein. Lo hati-hati di jalan. Bay]

"Argh... sial! Kaki gue kenapa jadi sakit begini sih. Eh Loh, awas!!"

Derrr....

Mobil Cecil menyeruduk sebuah mobil yang berhenti di lampu lalu lintas. "Stupid!! Cecil" Gadis itu memaki dirinya sendiri. Karena kakinya yang terlampau sakit untuk menginjak rem kuat-kuat, alhasil ia kini harus mengganti rugi atas peristiwa penyerundukan yang ia sebabkan.

"Ya Ampun, ini bagaimana ini, saya harus bagaimana ini?" Sang empunya mobil keluar dari pintu kemudi, ia langsung melihat separah apa mobilnya yang tertabrak.

Cecil merasakan ngilu yang luar biasa di kaki kirinya, tapi ia paksakan untuk keluar dari mobil dan bertanggung jawab atas apa yang telah ia sebabkan. "Ma- maaf Pak, saya benar-benar tidak sengaja. Kaki saya lagi sakit, jadi saya sedikit terganggu saat menginjak rem. Bapak tenang saja, ini kartu nama saya, Bapak bisa hubungi saya nanti ketika Bapak membawa mobil ke bengkel, biar saya yang bertanggung jawab untuk semuanya. Dan ini, saya tidak membawa uang cash banyak, hanya ini yang saya punya saat ini." Cecil memberikan uang sepuluh lembar uang ratusan ribu.

"Eh, kaki Neng Geulis sakit?" Bapak itu kini memperhatikan lutut Cecil yang terbungkus perban.

"Iya Pak, maafkan saya. Ini uangnya di terima dulu Pak. Saya janji, saya yang akan mengganti semua biaya saat di bengkel nanti."

"Nggak usah Neng, ini bukan mobil Bapak. Ini mobil majikan Bapak, nanti saya sampaikan sama majikan Bapak soal ini. Saya ambil kartu namanya saja ya. Biar, Bapak berikan pada majikan Bapak."

"Matilah gue." Cecil mengemu kalimatnya. "Ah iya Pak, sekali lagi maafkan saya ya Pak. Sampaikan maaf saya pada tuannya Bapak juga."

"Baik Neng, Neng hati-hati di jalannya ya."

Cecil hanya mengangguk dan kembali masuk ke dalam mobilnya. "Ya Tuhan, sial banget hari ini gue." Cecil kembali melajukan mobilnya perlahan setelah mobil yang ada di depannya berjalan terlebih dahulu.

***

Related chapters

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.5 Hanya Teman

    "Hari ini bener-bener hari paling menyebalkan buat gue, apa kaki gue terkilir ya, kenapa sakit banget, sakitnya nggak hilang-hilang lagi." Cecil meringis memijit perlahan kakinya sendiri, setelah ia selesai mandi. "Bisa-bisa salah mijit jadi berabe ini kaki, duh gimana ini, mana gue nggak ada kenalan tukang pijit lagi."Ponsel Cecil berdering di sebelah ia terduduk. [Halo, ada apa Sher?][Lo ikut gue deh mendingan Cil. Kaki lo masih sakit kan? Siapa tau kaki lo terkilir, harus diurut itu.][Lah, lo kek cenayang. Emang ini gue lagi mikirin itu, tapi gue nggak pernah pijit, nggak ada kenalan tukang urut. Lo ada?][Gue gitu loh, kebetulan sepupu gue lagi ngundang tukang pijit langganannya ke tempat tinggalnya. Dia itu kebiasaan, setiap seminggu sekali pasti pijit, kek hal wajib yang emang kudu dia lakuin, katanya kalau nggak, badannya sakit semua. Lo ke sana aja deh mendingan.][Hah! Lo gila. Gue kan nggak kenal sepupu lo, maen ke sana aja gimana maksud lo.][Iya sama gue, bentar lagi gu

    Last Updated : 2023-05-30
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.6 Balikin Jaket Saya

    "Tuan Muda, ini ada beberapa berkas yang harus Anda cek dan tanda tangani segera.""Wait, letakkan di meja dulu. Saya harus terima panggilan dari Daddy." Alister berdiri di dekat jendela kaca ruangannya yang berada di lantai 20."Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi.""Hmm."[Ya Dad, Alister harus mempelajarinya terlebih dahulu. Alister belum bisa mengambil keputusan, mau melanjutkan kerja sama atau mengakhiri. Next time Alister akan hubungi Daddy lagi. Kapan Daddy balik ke London?][Secepatnya, Mommy-mu sudah berkali-kali telepon. Tapi urusan di sini belum selesai. Kamu juga masih harus mempelajari banyak hal. Tidak lucu jika seorang CEO mati kutu ketika ada pertemuan dengan para investor kita.][Ya, ya terserah Daddy sajalah.][Segera pelajari dokumen yang baru saja Daddy kirimkan ke kamu.][Yes.]Panggilan berakhir, Alister menatap jauh ke bawah, ia hanya melihat kendaraan yang berlalu lalang seperti miniatur mainan di kamarnya. Ia kembali menghampiri meja kerja, dengan segera ia

    Last Updated : 2023-06-02
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.7 Insiden kecil

    "Bagaimana Nona? Apa sudah enakan?" Tanya perempuan memakai hijab berwarna hitam yang sedang memegang kaki Cecil. Ditaksir, wanita tersebut usianya menginjak di angka 45 tahunan."Iya, sudah. Udah lumayan enakan ini kaki saya, Bi." Cecil mencoba menggerakkan kaki kirinya berulang kali, dia merasa bahwa sakitnya sudah berkurang banyak, tidak seperti tadi, sebelum tersentuh oleh tangan wanita paruh baya tersebut."Alhamdulillah, syukurlah." Jawab wanita yang dipanggil Bibi oleh para pelanggannya."Hm ... Iya, puji syukur." Cecil ikut merasa senang."Ini diminum dulu Sher, temen lo juga tuh. Gue mau mandi bentar ya. Badan gue udah enakan rasanya. Tunggu bentar, lo jangan pulang dulu." Sepupu Sherly yang bernama Leona itu membawa nampan yang berisikan tiga kaleng minuman siap saji dan sepiring kue lapis legit. Ia lalu meletakkan nampan tersebut pada sebuah meja di ruang tamu."Oke, thanks ya." Leona berlalu, Sherly langsung mengambil satu kaleng minuman yang disajikan lantas meneguknya. "H

    Last Updated : 2023-06-06
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.8 Dia seperti Pangeran

    "Buruan kita pulang sekarang!" Cecil menarik paksa tangan Sherly dari duduknya di sofa."E e eh! Ada apa sih Cil. Ntar deh gue pakai sepatu dulu ini." Sherly menatap heran pada Cecil, gadis itu seakan tak jenak. "Lo kenapa sih? Kesambet dari toilet? Apa liat penampakan dari sana?!""Lebih dari penampakan, buruan kita pulang sekarang.""Ya iya. Eh gue cabut dulu ya Na, tau nih Cecil. Kapan hari gue mampir ke sini lagi." Sherly melambai pada Leona."Okey."Setelah diurut, kaki Cecil sudah lebih dari enakan, gadis itu pun sudah bisa berjalan dengan cepat. Ia menyusuri lorong-lorong apartemen dengan tergesa-gesa sembari menarik paksa tangan Sherly."Tolong ya jelasin, ini ada apa kenapa lo tiba-tiba kek begini." Sesampainya di dalam lift, barulah Cecil melepaskan tangan temannya tersebut."Gue, gue tadi ke toilet numpang di tempatnya orang." Jawab Cecil begitu pelan, karena di dalam lift ada dua orang asing yang tidak ia kenal. Ia malu, jika obrolannya didengarkan orang lain."Hah! Kok bi

    Last Updated : 2023-06-08
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.9 Perjodohan

    "Tuan Muda.""Hm ...." Alister masih setia menatap layar ponselnya ketika Asisten pribadinya memanggil."Tuan kenal dengan neng geulis tadi? Siapa namanya, saya lupa Tuan.""Neng geulis? Who?" Kening Alister berkerut, mencoba memahami pertanyaan ajudannya.Sambil menahan tawa karena masih mengingat kejadian yang ia lihat tadi, ia berusaha mengingatkan Tuan mudanya. "Yang tadi Tuan ajak anu itu.""Anu? What?! Maksud kamu? Wait, Daddy telfon, jangan bicara macam-macam." Alister menempelkan jari telunjuk tepat di depan bibirnya.[Hallo Dad, saya masih di jalan. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi sampai.][Oke, kebetulan Daddy bertemu teman lama. Tolong belikan buah tangan apa saja yang pantas.] Jawab panggilan dari seberang.[Baiklah, Alister akan mencarikan sesuatu dulu.][Good.] Panggilan berakhir."Kita mampir ke Kuningan City sebentar." Perintah Alister setelah panggilan diakhiri."Baik Tuan."Mobil melaju membelah malam yang semakin dingin, entah mengapa malam itu udara sedikit ding

    Last Updated : 2023-06-09
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.10 Saya Terima

    "Cecilia."Gadis itu menghentikan langkah, mendengar namanya disebut. "Mau Papa sekarang apa? Sudah di tempat Cecil bukan sekarang?""Ini, makanlah dulu, kamu pasti belum makan." Orang yang dipanggil Papa oleh gadis tersebut memberikan sebuah bingkisan di dalam kantong plastik berwarna hitam.Cecil menerima bungkusan itu perlahan, "Hm, Cecil ke belakang dulu. Papa mau minum apa? Biar Cecil buatkan." Memendam kejengkelannya sendiri karena bentakan yang terlontar tadi, Cecil berusaha menutupnya rapat-rapat dari sang Papa."Nggak perlu, tadi Papa selesai makan malam dengan teman lama Papa.""Ya sudah, Cecil tinggal mandi dulu. Oh iya Pa, tadi Mama telepon Cecil, sepertinya Papa lagi tidak ingin mengangkat panggilan Mama, ia nampak begitu khawatir. Jangan lupa, kabari Mama, Pa."Baru beberapa menit lalu gadis itu keluar dari kamar mandi, kini, ia harus kembali masuk ke tempat tersebut.Sang Papa keluar dari dalam rumah, beliau mengambil ponsel dari dalam saku celananya. [Ada apa?] Sapaan

    Last Updated : 2023-06-13
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.11 Dompet

    "Alister, kamu tidak ingin pulang ke rumah malam ini?" Jonathan yang sudah duduk di bangku penumpang mobil menurunkan kaca supaya bisa berbicara pada Alister."Tidak untuk malam ini Daddy, sorry. Mungkin besok-besok saya pulang, lagi pula jarak kantor dengan Apartemen jauh lebih dekat dari pada rumah." Jawab Alister seraya membungkuk."Oke, Daddy balik duluan."Alister mengangguk dan melambaikan tangannya sekilas. Pria yang ia panggil Daddy itu akhirnya menghilang dari hadapannya."Tuan muda, kita langsung kembali ke Apartemen, atau ke mana lagi?" Tanya Asisten pribadi yang baru saja turun dari mobil."Hmm ... Besok saya ada meeting pagi-pagi sekali, saya belum menyiapkan semuanya, antar saya pulang sekarang." Perintah Alister yang kemudian masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Asisten pribadinya."Baik Tuan muda."Setelah sampai di Apartemen, Budi sang Ajudan langsung berpamitan untuk pulang. "Besok saya berangkat sendiri, kamu boleh libur menemani saya untuk besok.""Tap

    Last Updated : 2023-06-15
  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.12 Minggu Depan

    Malam itu Cecilia tidur dengan nyenyak, berkat pijatan kaki yang ia terima, gadis tersebut sudah tidak merasakan sakit lagi pada kakinya. Hanya saja, masih butuh perban tipis agar lukanya tidak infeksi.Cecil selalu menyalakan jam alarm tepat pada pukul enam pagi, tapi kali ini ia menyetel benda tersebut 60 menit lebih awal, karena ia berjanji pada papanya untuk mengantarkan ke Bandara.Cecil bangun tepat pukul lima, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Cecil sengaja sekalian mandi dan berdandan karena setelah mengantarkan papanya, ia akan langsung berangkat ke kantor. Ia tidak ingin jika terlambat masuk ke tempat kerja, meskipun miss Rosa sudah memberikan izin untuk istirahat di rumah. Tapi, bukan Cecilia namanya jika ia hanya berdiam diri di rumah, ia tidak akan betah dan akan cepat merasa bosan. Cecil lebih baik berangkat kerja bertemu dengan rekan-rekannya di kantor.Cecil mengemudikan mobil kesayangan hasil jerih payahnya sendiri dengan perlahan, s

    Last Updated : 2023-06-25

Latest chapter

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.15 Canggung

    Blaarrr ....Bagaikan guntur menerpa Cecil di cuaca yang sangat cerah. Cecil termangu, ia tak bergeming sedikitpun mendengar jawaban dari papa Dimas. Perlahan, benda pintar itu turun dari indera pendengaran Cecil. Ia tak lagi menghiraukan suara papanya dari seberang, yang terdengar berteriak memanggil-manggil namanya.Gadis tersebut kembali ke tempatnya semula, ia duduk dan mulai mengerjakan pekerjaan yang sempat terbengkalai beberapa saat ketika ia kehilangan konsentrasi.Waktu terus berlari, Cecil menghabiskan waktunya di dalam ruangan. Ia sama sekali tidak keluar untuk makan dan istirahat. Gadis itu melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Benda tersebut memperlihatkan pukul 18.00, Cecil baru sadar kalau di kantornya hanya tersisa beberapa karyawan, termasuk dirinya."Non Cecil lembur? Kok baru pulang?" Tanya petugas keamanan kantor ketika gadis itu mulai melajukan kendaraannya perlahan keluar dari pelataran kantor. Petugas tersebut perlahan mengangkat palang keamanan supaya m

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.14 Karena Kita Jodoh

    "Hah!"Cecil melotot menatap Alister, baginya paparan yang barusan disampaikan lelaki tersebut sungguh di luar nalar. "Jangan asal ngejeplak deh lo.""Anda, Cecilia Sacharissa Sasongko bukan? Apa saya salah?" Tutur Alister melanjutkan. Ia masih menatap manik hitam Cecil dengan intens, serasa di sana hanya ada mereka berdua."Lo?! Dari mana tau nama lengkap gue?!" Kaget Cecil tak percaya. Lelaki yang notabene tidak pernah berkenalan bahkan bertemu pun tanpa kesengajaan itu bisa mengetahui nama panjang Cecil."Karena memang kita jodoh." Celetuk Alister kembali.Cecil hanya mampu menatap heran pada lelaki tersebut, ia tidak tau harus berkomentar apa-apa lagi."Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu, Alister?" Miss Rosa ikut terheran-heran mendengar pernyataan keponakannya. "Kamu 'kan baru saja tiba di sini, dari mana kamu kenal Cecil?""Kemarin Aunty, Daddy dan Om Dimas membicarakannya dengan Alister." Jawab pria blasteran tersebut begitu tenang."Papa? Lo, kenal Papa gue? Wait-" Cecil b

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.13 Dia Calon Alister

    "Kamu ada di sini?"Cecil mendengar suara tersebut menghela nafas panjang, dalam pikirannya masih pagi buta kenapa ia harus bertemu dengan wanita nyeleneh macam Viola. Barra dan Cecil menatap wanita tersebut berjalan cepat menghampiri mereka."Bar, kamu sarapan di sini? Kenapa nggak bilang-bilang, kita kan bisa sarapan bareng." Ucap Viola langsung menempatkan dirinya duduk tepat di samping Barra.Cecil hanya menggelengkan kepala, membatin kenapa ia bisa sekantor dengan orang seperti Viola."Kenapa aku harus bilang dulu sama kamu, Vi? Kebetulan lagi pengen sarapan di sini. Kamu juga, tumben makan di tempat seperti ini." Jawab Barra sambil mengaduk teh hangat yang baru saja tersaji di depannya."I-iya lagi pengen aja." Viola menatap tajam ke arah Cecil yang sedang menikmati makanan yang juga baru saja diantarkan untuknya. "Cil, lo ngapain di sini?""Nggak lihat, gue sekarang lagi apa? Hah?!" Tanpa menatap Viola, Cecil masih asyik menikmati sarapan bubur ayam favoritnya. Belum sempat Cec

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.12 Minggu Depan

    Malam itu Cecilia tidur dengan nyenyak, berkat pijatan kaki yang ia terima, gadis tersebut sudah tidak merasakan sakit lagi pada kakinya. Hanya saja, masih butuh perban tipis agar lukanya tidak infeksi.Cecil selalu menyalakan jam alarm tepat pada pukul enam pagi, tapi kali ini ia menyetel benda tersebut 60 menit lebih awal, karena ia berjanji pada papanya untuk mengantarkan ke Bandara.Cecil bangun tepat pukul lima, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Cecil sengaja sekalian mandi dan berdandan karena setelah mengantarkan papanya, ia akan langsung berangkat ke kantor. Ia tidak ingin jika terlambat masuk ke tempat kerja, meskipun miss Rosa sudah memberikan izin untuk istirahat di rumah. Tapi, bukan Cecilia namanya jika ia hanya berdiam diri di rumah, ia tidak akan betah dan akan cepat merasa bosan. Cecil lebih baik berangkat kerja bertemu dengan rekan-rekannya di kantor.Cecil mengemudikan mobil kesayangan hasil jerih payahnya sendiri dengan perlahan, s

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.11 Dompet

    "Alister, kamu tidak ingin pulang ke rumah malam ini?" Jonathan yang sudah duduk di bangku penumpang mobil menurunkan kaca supaya bisa berbicara pada Alister."Tidak untuk malam ini Daddy, sorry. Mungkin besok-besok saya pulang, lagi pula jarak kantor dengan Apartemen jauh lebih dekat dari pada rumah." Jawab Alister seraya membungkuk."Oke, Daddy balik duluan."Alister mengangguk dan melambaikan tangannya sekilas. Pria yang ia panggil Daddy itu akhirnya menghilang dari hadapannya."Tuan muda, kita langsung kembali ke Apartemen, atau ke mana lagi?" Tanya Asisten pribadi yang baru saja turun dari mobil."Hmm ... Besok saya ada meeting pagi-pagi sekali, saya belum menyiapkan semuanya, antar saya pulang sekarang." Perintah Alister yang kemudian masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Asisten pribadinya."Baik Tuan muda."Setelah sampai di Apartemen, Budi sang Ajudan langsung berpamitan untuk pulang. "Besok saya berangkat sendiri, kamu boleh libur menemani saya untuk besok.""Tap

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.10 Saya Terima

    "Cecilia."Gadis itu menghentikan langkah, mendengar namanya disebut. "Mau Papa sekarang apa? Sudah di tempat Cecil bukan sekarang?""Ini, makanlah dulu, kamu pasti belum makan." Orang yang dipanggil Papa oleh gadis tersebut memberikan sebuah bingkisan di dalam kantong plastik berwarna hitam.Cecil menerima bungkusan itu perlahan, "Hm, Cecil ke belakang dulu. Papa mau minum apa? Biar Cecil buatkan." Memendam kejengkelannya sendiri karena bentakan yang terlontar tadi, Cecil berusaha menutupnya rapat-rapat dari sang Papa."Nggak perlu, tadi Papa selesai makan malam dengan teman lama Papa.""Ya sudah, Cecil tinggal mandi dulu. Oh iya Pa, tadi Mama telepon Cecil, sepertinya Papa lagi tidak ingin mengangkat panggilan Mama, ia nampak begitu khawatir. Jangan lupa, kabari Mama, Pa."Baru beberapa menit lalu gadis itu keluar dari kamar mandi, kini, ia harus kembali masuk ke tempat tersebut.Sang Papa keluar dari dalam rumah, beliau mengambil ponsel dari dalam saku celananya. [Ada apa?] Sapaan

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.9 Perjodohan

    "Tuan Muda.""Hm ...." Alister masih setia menatap layar ponselnya ketika Asisten pribadinya memanggil."Tuan kenal dengan neng geulis tadi? Siapa namanya, saya lupa Tuan.""Neng geulis? Who?" Kening Alister berkerut, mencoba memahami pertanyaan ajudannya.Sambil menahan tawa karena masih mengingat kejadian yang ia lihat tadi, ia berusaha mengingatkan Tuan mudanya. "Yang tadi Tuan ajak anu itu.""Anu? What?! Maksud kamu? Wait, Daddy telfon, jangan bicara macam-macam." Alister menempelkan jari telunjuk tepat di depan bibirnya.[Hallo Dad, saya masih di jalan. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi sampai.][Oke, kebetulan Daddy bertemu teman lama. Tolong belikan buah tangan apa saja yang pantas.] Jawab panggilan dari seberang.[Baiklah, Alister akan mencarikan sesuatu dulu.][Good.] Panggilan berakhir."Kita mampir ke Kuningan City sebentar." Perintah Alister setelah panggilan diakhiri."Baik Tuan."Mobil melaju membelah malam yang semakin dingin, entah mengapa malam itu udara sedikit ding

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.8 Dia seperti Pangeran

    "Buruan kita pulang sekarang!" Cecil menarik paksa tangan Sherly dari duduknya di sofa."E e eh! Ada apa sih Cil. Ntar deh gue pakai sepatu dulu ini." Sherly menatap heran pada Cecil, gadis itu seakan tak jenak. "Lo kenapa sih? Kesambet dari toilet? Apa liat penampakan dari sana?!""Lebih dari penampakan, buruan kita pulang sekarang.""Ya iya. Eh gue cabut dulu ya Na, tau nih Cecil. Kapan hari gue mampir ke sini lagi." Sherly melambai pada Leona."Okey."Setelah diurut, kaki Cecil sudah lebih dari enakan, gadis itu pun sudah bisa berjalan dengan cepat. Ia menyusuri lorong-lorong apartemen dengan tergesa-gesa sembari menarik paksa tangan Sherly."Tolong ya jelasin, ini ada apa kenapa lo tiba-tiba kek begini." Sesampainya di dalam lift, barulah Cecil melepaskan tangan temannya tersebut."Gue, gue tadi ke toilet numpang di tempatnya orang." Jawab Cecil begitu pelan, karena di dalam lift ada dua orang asing yang tidak ia kenal. Ia malu, jika obrolannya didengarkan orang lain."Hah! Kok bi

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.7 Insiden kecil

    "Bagaimana Nona? Apa sudah enakan?" Tanya perempuan memakai hijab berwarna hitam yang sedang memegang kaki Cecil. Ditaksir, wanita tersebut usianya menginjak di angka 45 tahunan."Iya, sudah. Udah lumayan enakan ini kaki saya, Bi." Cecil mencoba menggerakkan kaki kirinya berulang kali, dia merasa bahwa sakitnya sudah berkurang banyak, tidak seperti tadi, sebelum tersentuh oleh tangan wanita paruh baya tersebut."Alhamdulillah, syukurlah." Jawab wanita yang dipanggil Bibi oleh para pelanggannya."Hm ... Iya, puji syukur." Cecil ikut merasa senang."Ini diminum dulu Sher, temen lo juga tuh. Gue mau mandi bentar ya. Badan gue udah enakan rasanya. Tunggu bentar, lo jangan pulang dulu." Sepupu Sherly yang bernama Leona itu membawa nampan yang berisikan tiga kaleng minuman siap saji dan sepiring kue lapis legit. Ia lalu meletakkan nampan tersebut pada sebuah meja di ruang tamu."Oke, thanks ya." Leona berlalu, Sherly langsung mengambil satu kaleng minuman yang disajikan lantas meneguknya. "H

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status