Mr. Jacobs mencium punggung tangan Anye. Jelas terlihat betapa ia sangat tertarik sekali dengan putri dari kolega bisnisnya itu. Perbedaan usia lima belas tahun tampaknya tak menjadi masalah bagi konglomerat asal negeri kanguru itu. Apalagi Mrs. Jacobs--ibu Matthew terlihat sangat welcome pada gadis muda itu.Lantas bagaimana dengan Anye sendiri? "Apa Denis akan fine-fine saja jika kamu menceritakan tentang pertemuanmu dengan Matthew Jacobs tadi?" tanya Anjas. Sejujurnya kalau pertanyaan itu diajukan kepadanya maka dia sungguh tidak baik-baik saja.Anye mengendikkan bahunya. Wajahnya terlihat tanpa beban dan dengan entengnya menyahut, "Sepertinya kamu gak seneng aku akrab sama Mr. Jacobs dan ibunya. Hayooo ngaku, Mas jealous ya? Ngaku aja, gak usah pake malu-malu segala." Anye dengan iseng menggoda Anjas yang masih setia dengan wajah datarnya."Kamu harus pandai-pandai menjaga diri, Anyelir. Dengan iman setipis tissue yang dibelah dua, Mas khawatir sedikit rayuan bisa menggoy
60. Menelpon RayaRaya baru saja akan menarik selimut, dia berencana tidur lebih awal setelah lelah seharian membantu Raj menyelesaikan berbagai kerjaan di perusahaan yang dirintis oleh ayah mereka--Johan Arba.Raj dan Rayalah yang membesarkan perusahaan keluarga itu hingga cabangnya menggurita sampai ke beberapa negara tetangga. Tak heran kalau sampai saat ini dua bersaudara itu belum-belum lagi berkeluarga. Meski selama ini selalu saja alasannya karena trauma melihat drama rumah tangga yang sering kali dipertontonkan oleh Johan dan Widuri--ibu mereka. Pertengkaran diwarnai jerit tangis dan piring terbang adalah gambaran sehari-hari yang seolah bagai bahasa cinta di rumah mereka yang agak berbeda dari suasana rumah tangga pada umumnya. Itu juga sepertinya yang menjadikan Raya dan Raj cenderung tinggal di apartemen mereka masing-masing daripada berkumpul dengan Johan dan Widuri sejak keduanya mulai berkuliah.Mereka bukan golongan orang kaya old money, semua dirintis dari nol oleh Joh
"Sori, Kak! Aku cuma pengen bilang kalo kami berencana ketemu papa besok di rumahnya, apakah itu ide yang baik?" tanya Mita dan Raya spontan terbahak. "Kau mau mengantarkan nyawamu pada mamaku?" Mita mengernyitkan dahinya bingung. Maksud hati ingin mengatakan kalau ia telah siap menjumpai sang papa ditemani suaminya, eh malah dibilang mau menyetorkan nyawa pula. "Kau lupa kalau mamaku membenci mendiang mamamu, jangan harap kau akan terbebas dari kebenciannya karena ada darah wanita yang ia benci itu mengalir di tubuhmu. Aku kenal baik mamaku. Dia pembu//nuh berdarah dingin dalam arti yang sebenarnya, sebaiknya kau jaga jarak sajalah darinya. Aku akan menyampaikan pada papa terkait niatmu, saranku jauhi rumah kami, mamaku tak akan sudi rumahnya diinjak oleh putri mendiang perempuan yang paling ia benci," papar Raya dengan gamblang tanpa ada sedikit pun niat untuk menutupi kondisi real keluarganya. "Jadi mamamu mengenaliku? Dia tahu aku juga putri biologis papa?" Kejar Mita,
Anjas memacu Pajero Sport hitamnya menuju pinggiran kota. Sudah lama ia tidak mendatangi tempat itu. Tempat ia menyemai asa demi membangun masa depan yang ia perjuangkan cerah bersama seseorang yang sudi ia bersamai dalam suka dan duka.Mobil itu memasuki sebuah halaman minimalis yang dilengkapi carport. Sebuah bangunan berdindingkan paranet yang disokong tiang-tiang baja ringan dari bawah hingga ke bumbungan mengesankan luas ruang terbuka yang dihuni puluhan deretan instalasi hidroponik. Anjas menanam berbagai jenis sawi, kale dan selada. Ia juga menanam beberapa jenis sayur lainnya berikut buah-buahan seperti melon, terong ungu, mentimun, zukini, paprika, pare, anggur lokal dan stroberi."Assalamualaikum, Pak Bowo. Maaf saya kesorean, gak apa kok Pak saya ditinggal sendiri aja, saya hanya kangen sama mentimun dan kawan-kawannya saja kok, sepertinya sudah ada yang bisa dipanen pekan ini kan ya, Pak?" sapa Anjas pada seorang buruh taninya yang tinggal di dekat instalasi hidroponi
Malam itu Anjas sangat puas. Informasi dan laporan dari para karyawannya melebihi ekspektasinya selama ini. Tito terbukti bisa diandalkan, Tim yang ia gawangi juga terindikasi sehat dan produktif.Anjas lega. Kini kulkasnya bahkan terisi penuh dengan aneka sayuran dan buah berkualitas tinggi yang berasal dari kebunnya sendiri. Dia bertekad akan mengirimi sang oma sejumlah paprika, karena seingatnya oma Diana paling suka dengan cabai cantik yang tidak pedas itu. Selada segar terbaik juga telah Anjas pilihkan untuk sang oma yang sangat suka makan dengan lalapan berbagai jenis sayuran daun segar.Anjas berencana akan mengantarkannya langsung, ia ada rencana juga membawa sang oma untuk ikut panen. Well, yaa tadinya ia ingin mengajak sang bunda, tapi sayangnya ia tidak tahu dimana keberadaan ibu angkatnya itu. Bunda Mita lenyap begitu saja, padahal sebelumnya telah berjanji akan ikut tinggal di luar mansion dengannya di apartemen. Anjas jadi murung karena tiba-tiba saja ia kangen pa
"Sementara surat pengunduran diriku belum di ACC, Aku tidak akan ngantor Dre. Setidaknya semua pekerjaan telah kuselesaikan dan delegasikan, jadi sudah tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan." Anjas dengan tenang membereskan meja kerjanya. "Menurutmu, bagaimana reaksi om dan kakekmu kalau tahu kamu mengundurkan diri secepat ini? Aku kok gak yakin mereka dengan mudah akan melepaskan kamu.Apa lagi saat kamu pergi, Pak Arya masih di luar kota dan bagaimana bisa kamu delegasikan posisi puncak pada Pak Rudi yang beberapa bulan lagi akan pensiun, kamu sengaja ya ... ingin memberikan kenang-kenangan best moment untuk beliau, sungguh baik hati sekali lo, Bro ... cuma apa gak mikir kalau itu akan jadi beban buat pria tua itu? Kenapa tidak berikan pada Pak Haris atau Bu Dayana saja?Aku gak ngerti jalan pikiranmu, Bro. So out of the box.Perusahaan ini akan sangat kehilangan sosok pemimpin muda brilian sepertimu dan aku pastinya akan sangat kehilangan partner jenius yang ah, ... kenapa
Arya baru saja tiba dari masjid untuk.mendirikan sholat dzuhur berjamaah bersama warga sekitarnya. Wajah sang CEO sontak merah padam. Ponsel dalam genggamannya ia lemparkan begitu saja ke sofa sesaat sebelum ia turut menghempaskan tubuhnya di tempat yang sama."Ada apa, Mas? Kamu marah? Sama siapa?" Delima tergopoh mendatangi suaminya. Wanita yang sedari tadi sibuk menyiapkan makan siang itu duduk di samping sang suami dan meraih lembut jemari yang kerap memanjakan dirinya. "Aku ambilin minum sebentar ya, Yang." Delima bergegas akan berdiri namun Elang justru menarik sang istri masuk ke atas pangkuannya, wanita itu pun serta merta tenggelam di dalam pelukannya. "Just stay! Dont go anywhere." Arya memohon."Ada apa sih, Mas? Kamu kenapa seperti orang linglung begitu?" Delima akhirnya kembali masuk dalam rengkuhan kedua belah tangan suaminya."Barusan Anye menelpon sambil menangis, dia melaporkan Anjas yang telah mengirimkan surat pengunduran dirinya.Anye menduga itu karenanya. Kar
65. Kabur apa Libur? "Pi, Plisss ... minta Mas Anjas kembali ke Bagaskara Group! Anye rela out dari BG atau dilempar ke kantor cabang di Kalimantan atau Papua sekalipun, yang penting Mas Anjas kembali menjabat di Bagaskara Group. Plisss Papi, Anye mohoon." Anye merengek sambil beruraian air mata dalam panggilan video pada sang ayah yang sedang bersiap-siap akan kembali dari liburan dua pekannya bersama sang istri tercinta. "Iya, Nye ... kamunya juga tenang dulu. Nanti Papi akan panggil Anjas, lalu bicara empat mata dengannya. Papi akan tanya akar permasalahannya. Kamu jangan insecure dulu, seolah dia memutuskan untuk resign karena kamu. Tidak ada yang menyalahkan kamu, Nye. Toh tidak ada kesalahan fatal yang kamu lakukan selama ini, kamu bahkan menunjukkan beberapa kemajuan bahkan keahlian yang membuat Papi bangga. So, Please Baby... dont you ever blame your self. Kendalikan diri kamu. Papi akan berkendara dalam waktu empat jam, jadi kalau tidak dalam situasi darur