Fokus Bima sudah sangat kacau ketika Aluna yang duduk di jok sebelah, tiba-tiba meminta izin ke jok belakang. Mereka dalam perjalanan pulang setelah nge-date tipis-tipis.
"Mau ngapain?" tanya Bima tidak sadar bernada sengit."Mau pakai celana."Bima menatap Aluna dengan tatapan tidak mengerti. Sudah hampir satu jam menempuh perjalanan dari Grage Mall Cirebon ke Jalaksana, Aluna baru ingat memakai celana? Aluna memang memakai atasan super pendek tanpa bawahan. Di atas lutut."Nanti ayahku bisa ngomel kalau liat aku pakai baju ini aja," ungkap Aluna."Dari tadi aku suruh pakai celana kamu enggak mau, tapi sama ayah kamu takut?" tanya Bima tak habis pikir. "Kenapa kita enggak ke Gramedia ya Al, beli buku tentang kewajiban istri untuk mematuhi suaminya.""Ck, kamu kaya Mamah Mitha ya, bawa-bawa begituan," ledek Aluna menepuk lengan Bima agar menyingkir dari sisi jok.Aluna merunduk dan memaksa tubuh kurusnya untuk melom"Kenapa kamu menginginkanku?" tanya Aluna merah merona. "Apa kamu enggak menginginkanku?" Bima balas bertanya. Sepasang mata Bima penuh kabut. Aluna tenggelam di sana. Aluna tidak punya apapun untuk membuat seorang lelaki tergila-gila, tetapi ketika mereka bermesraan, cara Bima memperlakukannya begitu lembut dan penuh pemujaan seolah Aluna adalah perempuan tercantik di dunia. Aluna tidak akan pernah bosan mengatakan hal itu karena rasanya memang sangat aneh. Tubuhnya kurus seperti tulang dibungkus kulit. Aluna tidak merasa spesial. Aluna yang duduk di pangkuan Bima berjengit ketika Bima meremas bokongnya. "Kamu enggak menginginkanku juga Al?" ulang Bima menagih jawaban. Bima mengelus punggung Aluna yang lembut. Perempuan di pelukannya ini hanya memakai panties sehingga punggungnya bebas dari tali bra. Bima menunggu jawaban itu sembari menurunkan mulutnya. Aluna menatap langit-langit dengan mata terpejam
Ditinggal tidur, kekesalan Aluna akibat pillow talk 'panas membara' tentang evaluasi pernikahan malah membesar. Aluna cemberut sepanjang pagi dan mendelik ketika Bima mengajaknya bicara. Aluna juga tidak tahu kenapa pagi ini sulit sekali untuk memaafkan.Sialnya Bima telah mencuri start. Lelaki itu sudah izin untuk pulang dan mengatasnamakan nama Aluna. Aluna jadi tidak bisa mengelak karena Satria, Lizy dan Wira terlanjur percaya bahwa dia akan pulang pagi bersama Bima karena banyak pekerjaan."Aku enggak bilang mau pulang, kenapa kamu izinnya atas nama berdua?" sengit Aluna ketika Bima mengajaknya pulang. "Kamu mau ribut di depan rumah kamu dan kedengeran sama ibu kamu?" tanya Bima menyerang titik sensitif Aluna yang memang sangat mementingkan kebahagiaan orang tuanya. "Licik kamu Bim, kaya ular," maki Aluna. "Nah kan, untuk ini kita harus pulang. Kita harus bicara! Kamu masih marah," cetus Bima melempar tas Aluna
Sudah menulis banyak teori tentang tanda-tanda hamil di novel-novelnya, baru di Minggu kedua pasca mertuanya pergi, Aluna ingat dia telah berubah kian drastis. Damn, maki Aluna menatap kalender yang sudah bergulir sejak terakhir kali dia haid. Aluna lupa kapan spesifiknya, tetapi dia ingat sudah telat cukup lama dari terakhir haid—sebab pembalutnya di kamar mandi biasanya habis akhir bulan. Sementara sekarang yang adalah awal bulan, pembalutnya masih ada. Okay, sekarang Aluna ingin berteriak. Dia sangat antusias kendati perubahan tubuh serta siklus mentruasi yang terlambat bisa saja dikarenakan faktor internal dan bukan pertanda hamil saja. Namun ketika pandangannya teralihkan oleh cermin di sebelah kalender dinding, Aluna jadi gugup. Sudah satu Minggu ini dia mudah gerah yang mengakibatkan tubuhnya sering dibalut tank top setiap hari. Bukankah ini juga keanehan yang sulit dijelaskan? Berbekal kesenanga
Testpack digital telah melakukan pekerjaannya. Di jendelanya, tertera 'yes' sebagai jawaban. Aluna menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Emosinya sudah tersedot kemarin malam sehingga subuh ini dia bisa mengontrol diri. Aluna keluar dari kamar dan mencengkram testpack digital itu untuk dia masukan ke dalam kotak. Abimanyu Basudewa yang masih terlelap, dia lewati begitu saja. Alih-alih memberitahu Bima soal ini, Aluna malah membuka laptop. Dia menghitung usia pekerjaannya selama mengambil dua pekerjaan freelance sekaligus. Aluna tidak boleh mengambil banyak pekerjaan selama hamil karena begadang tidak dianjurkan. Dia akan menawarkan pekerjaannya yang belum selesai—dengan kontrak yang lama, ke temannya sesama freelance. "Bisa enggak? Sekitar 113 bab lagi, itu optional, bisa diperpendek maupun diperpanjang kalau memang butuh duit banget," kata Aluna menggigiti ujung kukunya karena gugup. Aluna bahkan belum cuci m
Ternyata seperti ini rasanya ...Aluna duduk di kursi ruang Obgyn dengan seorang perempuan berkacamata mewawancarainya dengan banyak pertanyaan basic. Tujuan datang ke Obgyn? Kehamilan pertama atau bukan? Sudah cek pakai testpack lebih dulu atau belum? Dan lain sebagainya. Aluna menjawabnya dengan antusias. Sungguh, dia bahagia sekali bisa hamil sehingga setiap moment-nya dia nikmati dengan penuh sukacita. Aluna bahkan tidak insecure ketika ibu-ibu hamil yang datang ke klinik ini hampir semuanya diantar suaminya masing-masing. Fokus utama Aluna saat ini adalah kesehatan bayinya. "Bu Aluna, kayaknya bener deh kita udah pernah ketemu. Di The Jungle ...."Aluna ber-oh panjang. The Jungle adalah restoran milik ayahnya yang sekarang punya banyak cabang. "Iya itu memang punya ayah saja Dok.""Wah kebetulan, The Jungle itu tempat favorit saya.""Ya ampun, dunia sempit ya, lain kali kalau mampir bisa hubun
"Astaga sekarang jam berapa?""Jam setengah 7.""Ya ampun aku belum makan," seru Aluna panik. Bima mengernyitkan dahinya. Aluna si Perempuan gila kerja yang suka mengurung diri tanpa makan sekarang panik hanya karena lupa makan? "Hati-hati Al!" tegur Bima ketika sang Istri hampir terjatuh karena belum sepenuhnya sadar pasca tidur berjam-jam. "Padahal aku setting alarm tahu.""Capek banget kayaknya kamu Al. Kerja dari tadi?""Enggak kerja sama sekali. Cuma duduk doang.""Ya udah jangan cemberut gitu, sekarang sholat dulu, kalau mau mandi pakai air hangat biar enggak masuk angin," kata Bima memberi saran lembut. Aluna mengangguk. Bima gemas sekali karena wajah Aluna yang berkeringat secara otomatis membuat kedua pipinya memerah alami. Sangat cantik. Terutama karena wajah habis bangun Aluna benar-benar menggemaskan dengan mata bengkak menyipit dan juga bibir menekuk.
Rutenya selalu sama, apapun yang tidak diharapkan selalu Tuhan datangkan sebagai ujian. Seperti bakteri dan virus, yang lebih mahir membuat sistem imun belajar untuk kuat (Aluna)***Aluna pernah mendengar, jika kita sudah terlalu yakin akan suatu 'planning' maka akan ada saja sesuatu yang menggagalkannya. Aluna mengalaminya sekarang. Berniat mengabari keluarganya soal kehamilannya satu hari pasca USG, planningnya malah molor sampai 4 hari setelahnya. Ya, telat 3 hari. Dan itu semua tidak sengaja dia lewatkan. Aluna benar-benar lupa akan hal itu. Dia sibuk mengejar deadline pekerjaan setelah hari dimana Bima membawanya ke kampus lantas main ke bioskop.Disini, kadang Aluna sadar bahwa manusia jangan terlalu percaya diri. Aluna yang sudah memikirkan reaksi kedua orang tuanya ketika tahu dia hamil sejatinya sudah melampaui takdir. Dia melupakan Tuhan dalam proses memikirkan planning itu. Yeah, karena sekaran
Ketika Bima tiba-tiba mengajak pulang dengan nada dingin, Aluna buru-buru menghampiri Bima dan mengajaknya bicara di kamar. Namun, Bima sepertinya mengalami hari buruk. Lelaki itu memaksa Aluna segera pulang. Begitu mutlak, tegas dan tak terbantahkan. "Aku udah izin mau nginep sama Mamah dan Ayah, sorry tadi enggak ngabarin karena ponselku ketinggalan lagi," jelas Aluna tersenyum tipis. "Kamu ikut nginep aja ya Bim?""Kamu enggak paham maksudku Al? Aku bilang pulang, ya pulang!!" Aluna melebarkan pupil terkejut bukan main mendengar nada tajam Bima. Aluna menoleh tuk melihat reaksi orang tuanya, syukurlah suara televisi menjadi peredam suara sehingga mereka tidak mendengar ucapan Bima yang begitu tajam. Aluna kemudian mengalihkan tatapan ke depan. Menatap suaminya. Aluna bukan pembaca ekpsresi, tetapi tajamnya sorot pandang Bima, tentu adalah hal buruk.Menghela nafas, Aluna pun terpaksa mengangguki permintaan Bima u