Share

Menutup Mata Dari Kebenaran

Tidak ada rumah sakit besar lain yang bisa mereka tuju selain tempat di mana Fawaz juga dirawat.

Semula, Nimas tidak mengetahui jika ayahnya dibawa kemari dalam keadaan sekarat.

Ia baru tau setelah beberapa suster meributkan ada dua orang pasien korban pembegalan.

'Astagfirullah.' Nimas berucap dalam hati, langkahnya mengikuti beberapa suster yang panik. Rumah sakit itu lumayan sepi karena jauh dari pemukiman padat penduduk. Hanya orang-orang desa sekitar yang memberanikan diri ke rumah sakit bekas bangunan massa penjajahan itu.

Jadi, saat ada kondisi darurat hampir seluruh penghuni rumah sakit mendengar beritanya dan berkumpul.

"Kasihan, korbannya bapak-bapak."

Nimas mencoba membelah beberapa orang yang membentuk kerumunan. Entah mengapa firasatnya sangat tidak enak.

"Astagfirullah!" Nimas menutup mulut saat melihat mantri Yanto didorong dengan kondisi yang mengenaskan. Tergelatk dengan mukanya yang pucat.

Di otaknya langsung mau tau bagaimana kabar ayahnya. Mereka kemarin pergi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status