Malam ini Kama pulang lebih awal, bukan hanya karena tuntutan Arsha saja tapi juga ada sesuatu yang harus ia siapkan. “Ca, besok Abang harus ke luar kota beberapa hari ... biasanya Kalila yang –“ Kama tidak sanggup melanjutkan kalimatnya setelah mendapat sorot mata tajam sang istri. “Kamu mau ik
Sentuhan yang diberikan Kama seperti menghantarkan sengatan listrik berdaya rendah, usapan lembut seringan bulu dari telapak tangan kokoh itu selalu mampu memunculkan bintik-bintik di permukaan kulit Arsha, tanda bila dirinya meremang. Sudah sering Kama melakukannya namun getaran itu semakin lama k
Luar biasa bukan, para pria Gunadhya memang selalu bisa menempatkan hasratnya berbanding lurus dengan pekerjaan. *** “Ngapain?” Kama terlonjak ketika Arsha tiba-tiba bergerak setelah ronde kedua mereka sampai pada puncak kenikmatan. Arsha merubah posisi tidur terbalik, menempatkan kakinya luru
“Jangan bersikap aneh-aneh ... sering-sering kasih kabar ke Abang walau Abang enggak sempet balas pesan ... jangan kabur dari driver, jang—“ Ucapan Kama terjeda oleh kecupan Arsha di bibir membuat Nufaira dan Fabian juga sang driver yang saat itu berdiri di samping pintu kabin belakang kompak meng
“Betul, karena hanya ada satu-satunya perusahaan besar milik warga Negara Indonesia di Hanoi yaitu perusahaan Gunadhya,” Vina menjawab tidak kalah antusias. “Kak Vina kenal sama Kama Gunadhya?” Arsha bertanya kembali. “Tentu, Kama Gunadhya adalah orang yang Kakak maksud,” Vina menjawab, matanya ta
Suara pintu terbuka membuat Arsha menoleh, ia pun tersenyum manis menyambut kepulangan suaminya. Mengalihkan kembali tatapannya pada film hollywood yang sedang tayang pada layar datar besar di suite room itu. Kama menutup kembali pintu rapat-rapat tidak lupa menguncinya, masuk lebih jauh ke dalam
“Masih mual sayang?” Aarash bertanya dari ujung sambungan telepon. Nada suaranya begitu lembut tersirat banyak kehawatiran dan juga perhatian. “Udah enggak, cuma lemes aja ...,” Rachel menjawab lemah. Sekujur tubuhnya terasa lemas, Rachel belum bergerak dari atas ranjang semenjak Aarash meninggal
Keduanya tertawa, tawa rindu kepada Arsha yang suara hanya bisa mereka dengar dari sambungan telepon. “Caca udah telepon Mommy?” Rachel bertanya hati-hati. “Telepon Tentang apa?” “Kemarin itu saking senengnya setelah tau Rachel hamil, Rachel langsung kabarin Caca ... Caca kedengerannya bahagia t
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang