Share

PAPAN YANG RAWAN

Afi mengekori ke mana pun Egi melangkah. Pria itu menuju kulkas, dia mengiringi. Masuk toilet, dia pun menunggui. Mencuci mug, dia berdiri di belakang.

Sayangnya, meskipun sudah menempel seperti permen karet, Egi tampaknya tidak terganggu sama sekali. Pria itu tetap diam. Bahkan menatap Afi pun enggan.

“Saya salah apa?” tanya Afi pada akhirnya. Dia nyaris putus asa menjadi bayang-bayang yang tidak dianggap keberadaannya.

Sejak obrolan bersama Dian berakhir, sikap Egi berubah. Dia tidak berbicara sepatah kata pun, baik kepada Afi maupun Dian yang kini beristirahat di kamar tamu. Bahkan dia tidak melirik Afi barang hanya sedetik.

Tentu saja Afi menyadari perubahan yang begitu signifikan. Egi yang biasa selalu menempel, tiba-tiba menjauh. Egi yang selalu mengumbar kalimat manis dan membuat hatinya menghangat mendadak bungkam tanpa alasan. Egi yang selalu menatapnya penuh kekaguman kini enggan melakukan kontak mata dengannya.

Hanya ada satu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status