Mas Bimo tiba-tiba memegang tanganku.
“Kita sudah lama nggak ngelakuin itu,” ucap Mas Bimo tiba-tiba.
Aku berdesir mendengarnya.
“Maksud, Mas?” tanyaku yang masih tak mengerti.
Tiba-tiba bibir Mas Bimo mendarat ke bibirku. Aku tak bisa menolaknya meski sedang lelah. Bagaimana pun dia suamiku. Akhirnya aku pasrah atas apa yang dilakukan Mas Bimo padaku. Aku harus melayaninya.
Mas Bimo perlahan menurunkan bibirnya ke leherku lalu mengarah ke dua gunungku. Tak berapa lama kemudian dia melepaskan pakaiannya dan perlahan melepaskan pakaianku. Mas Bimo berbaring, dia memintaku melumat barang berharga miliknya. Aku pun dengan terpaksa melakukannya hingga kepalaku ditekan-tekan olehnya. Kudengar desahan napas Mas Bimo begitu menggema. Aku terus saja melumat benda berharga milik Mas Bimo yang kian menegang. Sesaat kemudian Mas Bimo memintaku berbaring. Kini dia ber
“Apakah kamu Indah?” tanyanya.Aku diam. Ingin rasanya aku menyentuh benda yang ada di sana, tapi jika itu aku lalukan itu akan mengundang teman-temannya masuk ke dalam.“Aku tahu kamu Indah. Aku sudah bekerjasama dengan Ilyas. Kami sudah menguasai ilmu itu. Meski sekarang aku tak bisa melihatmu, tapi aku bisa merasakan jiwamu ada di sini,” ucap Rangga sambil tertawa.Ternyata dugaanku benar. Dia telah menguasai ilmu itu. Namun kelemahannya dia tak bisa melihatku. Jangan-jangan yang membuat mereka menyewa perumahaan di sini dulu karena diminta Ilyas untuk merebut batu yang dulu masih dipegang oleh Mas Bimo. Tiba-tiba kukeluarkan energi dari tangaku. Kuarahkan padanya. Namun bukannya Rangga yang terkena energi itu, malah aku yang terpental. Dia sama seperti Ilyas, kuat.Lalu kuraih sebuah guci yang ada di sana, kulempar guci itu hingga mengenai kepala Rangga. Rangga tidak kenap
“Lebih baik pindah saja dari sini, saya khawatir komplotannya datang lagi,” pinta polisi itu.Mas Bimo mengangguk. Para wartawan yang dilengkapi dengan kameranya mendatangi kami. Mereka mewawancari aku dan Mas Bimo. Aku pun menceritakan apa adanya dan akan menyerahkan pada pihak kepolisian untuk mengurusnya. Setelah wartawan itu selesai mewawancarai kami. Mobil polisi itu akhirnya membawa Rangga dan komplotannya pergi.Aku dan Mas Bimo duduk berdua di ruang tamu dengan terdiam. Kami sama-sama menghadapi hal yang menakutkan. Bagaimana pun nyawa kami hampir saja dipertaruhkan. Mas Bimo memandangiku.“Kita pindah ke apartemen aja,” pinta Mas Bimo.“Apartemen kan mahal, Mas,” ucapku ragu.“Mas masih punya simpenan uang, kita bisa menyewa dulu di sana sambil menjual rumah ini,” pinta Mas Bimo.Aku tak punya pilihan l
Beberapa hari kemudian. Kami pindah ke sebuah apartemen. Mas Bimo mendapatkan apartemen dua kamar untuk kami. Aku memandangi pemandangan kota Jakarta dari balik kaca. Mas Bimo memelukku erat dari belakang. Sekarang Rangga dan Nayara sudah ditangkap polisi. Aku terkejut ternyata Nayara selama ini terbilat juga atas pembunuhan Isabel. Sekarang polisi sedang memburu Ilyas, sementara aku masih menunggu penerawanganku kepada Ilyas. Aku harus mendapatkan dia di saat dia bersetubuh dengan Lastri.Tiba-tiba dalam bayangku terlihat ke sebuah kamar. Sekilas aku lihat Ilyas sedang mencium Lastri. Aku langsung memandangi wajah Mas Bimo.“Sekarang sudah waktunya, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran.“Waktunya buat apa?” tanya Mas Bimo.“Buat mengambil batu biang itu dari Ilyas,” jawabku.“Apakah ada bisikan dari kakek?” tanya Mas B
Aku bingung Mas Bimo ada di mana. Aku sudah mencarinya di semua ruangan di aparemenku, tapi aku tidak menemukannya. Sesaat kemudian aku ambil handphoneku di kamar. Setelah menemukan handphoneku di sana aku langsung menghubungi nomor Mas Bimo. Rupanya nomor Mas Bimo tidak aktif. Aku duduk di tepi kasur dengan bingung.Sesaat kemudian, aku memejamkan mata, aku ingin tahu Mas Bimo sekarang ada di mana. Namun saat aku hendak memulai meraga sukma, handphoneku berbunyi. Nomor asing yang nomornya belum aku simpan sama sekali. Aku urung melakukan meraga sukma dan langsung mengangkat teleponku.“Halo,” jawabku.“Halo, Indah. Kamu pasti kebingungan kemana suamimu, kan?” ucap seseorang di seberang sana. Dari suaranya aku tahu itu suara Ilyas. Aku terkejut. Apakah Ilyas sudah menculik Mas Bimo?“Di mana, Mas Bimo?” tanyaku.Ilyas tertawa di telepon.
Polisi akhirnya berhasil membawaku ke apartemen. Aku duduk sambil menangis di atas kasur. Sekarang aku tak tahu lagi harus bagaimana. Akhirnya aku teringat kakek. Mungkin cara satu-satunya adalah menemui kakek dan meminta solusi darinya. Aku pun kembali meraga sukma menemui kakek.Aku tiba di pinggir sungai. Seperti biasa, aku duduk di atas batu. Tak lama kemudian kakek itu muncul lalu duduk di hadapanku.“Ada apa memanggilku?” tanya kakek heran.“Ilyas membawa Mas Bimo, Kek. Aku nggak bisa meraga sukma ke Ilyas, tiap kali aku ke sana selalu terpental, tapi saat aku mencoba meraga sukma ke tempat lainnya, aku bisa. Apa yang harus aku lakukan sekarang, kek? Ilyas memintaku mengembalikan batu biangnya itu. Apa aku boleh meminjam batu biang itu sebentar buat mengelabui Ilyas, lalu setelah Mas Bimo berhasil aku selamatkan, aku janji akan mengembalikan lagi batu biang itu pada kakek!” pintaku.&
“Tolong cari tempat untuk mengikat tubuhku, aku akan keluar dari tubuhku dan memasuki tubuh Lastri. Ketika aku sudah berada di tubuh Lastri, maka di tubuhku ini akan ada jiwa Lastri,” ucapku.“Berarti yang diceritakan si Bimo itu benar kalau kamu bisa bertukar jiwa?” tanya polisi itu memastikan.Aku mengangguk. Polisi itu akhirnya berpikir. Dia akhirnya membawaku ke apartemen. Di sana dia dan dua orang polisi bawahannya mengikuti permintaanku. Aku tak tahu mereka benar-benar percaya atau hanya ingin membuktikannya saja. Entahlah, yang penting mereka mau mengikutiku itu sudah membuatku lega. Akhirnya aku diikat di dalam kamar. Tanganku di borgol dan dua polisi itu menjagaku. Aku pun memejamkan mata. Tak lama kemudian kubayangkan wajah Lastri. Dan benar saja kini aku sudah berada di dalam sebuah rumah dan sudah merasuki tubuh Lastri. Aku tak tahu itu di mana. Aku sedang memegang secangkir teh yang akan kubawa ke sebuah
Ilyas malah tertawa.“Kamu pikir kamu siapa sekarang?! Kamu pikir kakek itu malaikat?! Dia iblis yang menjelma seorang kakek! Dan kakek itu memiliki Tuan. Tuannya adalah orang yang sama sepertiku! Yang mau kekayaan! Dia sengaja memanfaatkanmu untuk merebut batu-batu sumber ilmu meraga sukma itu untuk tujuan mereka!” ucap Ilyas dengan kesal padaku.Aku tak percaya mendengarnya.“Kalau kau tau kakek itu ada yang menyuruh! Kenapa tidak langsung kau hadapi saja orang itu!” ucapku padanya.“Aku malas untuk bertarung! Makanya aku memanfaatkanmu dengan menyandera si Bimo! Tapi sekarang karena semuanya sudah terlanjur kacau. Aku terpaksa harus menggunakan semua ilmuku untuk merebut kembali batu-batu itu!” ucap Ilyas.Tak lama kemudian, Ilyas mengerakkan tangannya. Lalu tiba-tiba datang makhluk-makhluk seram berbaris di belakangnya. Jumlahnya ratusan. T
“Kamu harus berhenti menggunakan ilmu itu, Indah,” pinta Mas Bimo.Aku mengangguk.“Iya, Mas,” ucapku.“Kita harus hidup normal sekarang. Aku nggak mau jiwamu tertukar lagi,” ucap Mas Bimo.Aku kembali mengangguk.“Iya, nanti kalo Mas sudah sembuh, aku akan menemui kakek dan memintanya untuk mengeluarkan ilmu yang diberikannya padaku,” ucapku pada Mas Bimo.Tak berapa lama kemudian kedua orang tua Mas Bimo datang membawa makanan dan buah-buahan. Mereka tampak senang melihat Mas Bimo sudah sadar.“Kamu sudah baikkan sekarang?” tanya ibu Mas Bimo.Mas Bimo mengangguk padanya.“Jangan dulu banyak bergerak, tunggu sampai bekas operasinya sembuh total,” pinta ayah Mas Bimo.Mas Bimo pun kembali mengangguk. Tak