Beranda / Horor / Jiwaku di Tubuh Istrinya / Bab 14 : Pesan dari Abah

Share

Bab 14 : Pesan dari Abah

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 05:17:34

Pagi-pagi sekali aku terbangun dipelukan Mas Bimo. Kulihat Mas Bimo sedang memakai pakaian kerja di depan lemarinya. Aku bangkit, duduk di atas kasur dan melihatnya dengan senang.

"Mau kerja, Mas?" tanyaku.

"Iya," jawabnya sambil tersenyum padaku.

"Mau langsung berangkat emang?" tanyaku.

"Iya,"

"Kok nggak bangunin aku, aku kan bisa bikinin Mas sarapan dulu," ucapku sedikit kecewa.

"Mas juga kesiangan," jawabnya.

Setelah dia selesai memakai pakaiannya, Mas Bimo kembali membuka lemarinya. Sesuatu terjatuh dari lemarinya. Mas Bimo meraihnya lalu meletakkannya kembali ke dalam lemari. Aku terkejut bukan main, benda itu seperti kalung yang tergantung di langit-langit rumahku yang hilang. Aku pun beranjak dari kasur dan mendekat ke Mas Bimo.

"Tadi apa, Mas?" tanyaku penasaran.

"Oh, nggak tau, kayak kalung, tapi aneh gitu," jawabnya dengan bingung.

Aku kaget, jangan-jangan itu kalung yang sedang aku cari itu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
waduh gimana dong??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 15 : Saya Ingin Kamu

    Sorenya kami pulang. Isabel langsung pergi dengan mobilnya setelah menurunkan aku di depan rumah. Saat aku memasuki rumah, kulihat Mas Bimo keluar dari rumah dan memanggilku. "Indah!" panggil Mas Bimo padaku. Aku pun menoleh padanya. "Iya, Mas." jawabku. "Ada yang mau saya omongin," ucapnya padaku. "Boleh. Mau dirumaku apa dirumah Mas aja?" tanyaku memastikan. "Di teras saya aja boleh?" "Boleh." Aku pun menghampirinya. Kami duduk di teras rumah Mas Bimo. "Emang ada apa, Mas?" tanyaku padanya. "Tadi Lastri nelepon saya," ucap Mas Bimo,"Katanya dia baik-baik aja, nggak usah cari dia dan dia nggak bakal pulang ke rumah lagi." Aku terkejut mendengarnya. "Kayaknya Lastri diancam sama si Ilyas itu, Mas." ucapku. Mas Bimo tampak heran melihatku berpikir seperti itu. "Maksudnya?" "Ya, bisa aja kan dia ngancem Lastri buat bilang begitu sama Mas," jawabku. Mas Bimo b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 16 : Untuk Pertama Kalinya

    "Deket?" tanyaku dengan heran. "Saya suka kamu," ucapnya kemudian. Aku ternganga mendengar itu. Aku benar-benar tak berdaya ketika mendengar pengakuan itu darinya. Apalagi saat melihat tatapan matanya yang tampak tulus mengatakannya. Entah kenapa wajahnya terlihat semakin tampan di mataku. "Aku mau, Mas." jawabku tiba-tiba, tak memikirkannya terlebih dahulu. Aku sudah tak peduli lagi akan nasib Lastri saat ini. Aku sudah tak peduli lagi tentang apapun. Tentang diriku yang kemungkinan masih akan berpindah jiwa ke tubuh Lastri. Tapi saat mendengar dia sudah menceraikan Lastri tadi, aku merasa itu sudah menjadi keputusan yang benar. Setelah aku mengucap itu, Mas Bimo menarik tubuhku. Dia langsung menciumku di teras itu. Hujan masih deras. Aku pun membiarkan dia menciumku. Tak mengapa, toh aku sudah di dalam tubuhku sendiri, bukan tubuh di tubuh Lastri lagi. Beberapa saat kemudian, Mas Bimo berhenti menciumku. Aku pun masih berdiri d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 17 : Cerita Hidup Mas Bimo

    Sepertinya aku kembali masuk ke tubuh Lastri lagi. Tapi tak lama kemudian aku kembali ke kamar Mas Bimo, kembali ke tubuhku sendiri dengan memegangi kepalaku. Mas Bimo yang khawatir melihatku memegangi kepalaku yang sakit berteriak memanggilku. "Indah, kamu kenapa?" Aku terduduk lemas di atas kasur. Mas Bimo duduk di sebelahku. "Kamu sakit?" tanya Mas Bimo khawatir. "Aku nggak apa-apa, Mas. Aku baik-baik aja," jawabku. Mas Bimo masih tampak khawatir padaku. Kenapa tadi aku bisa kembali masuk ke tubuh Lastri? Apakah tadi tanda bahwa aku tak akan masuk ke tubuh Lastri lagi? Aku ingat, tadi kuliah mereka tinggal di perbukitan, di rumah yang sederhana. Kulihat Ilyas tampak baik-baik saja sambil menyeruput kopi. Dan aku duduk di sebelahnya memakai daster. Apa Lastri sudah memutuskan untuk hidup bersama Ilyas? Apakah mereka sudah bahagia berdua di sebuah tempat? Entahlah, tapi melihat itu aku percaya kalau Lastri dan Ilyas baik-baik saja. Be

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 18 : Kembali Gelap

    Lalu besoknya aku dibawa Mas Bimo ke rumahnya. Aku tak percaya, rumah kedua orang tuanya begitu megah. Siapa sebenarnya Mas Bimo ini? Saat kami masuk ke dalam rumah itu. Kulihat seorang ibu-ibu tampak terkejut melihat Bimo dan langsung memeluknya sambil menangis. Kurasa itu ibunya. Tak lama kemudian datang seorang pria yang seumuran dengan papah, dia pun langsung menghampiri Bimo dengan haru. "Maafin aku, yah, Bu." ucap Mas Bimo pada kedua orang tuanya. Aku pun terharu melihatnya. Sungguh kami berdua memiliki masalah yang sama. Aku benar-benar tak bisa mempercayainya. Setelah itu Bimo mengenalkan aku pada kedua orang tuanya, kami pun makan siang bersama. Di sana hanya ada aku, Bimo dan kedua orang tuanya. Apa dia anak tunggal juga? Entahlah. Mas Bimo menceritakan semuanya soal perceraiannya dengan Lastri. Kulihat kedua orang tuanya tampak lega mendengarnya, mungkin karena mereka memang tak setuju melihat Bimo menikah dengan perempuan itu. "Kamu tinggal di man

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 19 : Terjebak di Tubuhnya Lagi

    Aku tiba-tiba tersadar di sebuah kursi. Saat itu aku sedang duduk di sebelah perempuan yang tidak aku kenali. Perempuan itu tampak panik kepadaku. "Lastri! Kamu kenapa, Lastri!?" tanya perempuan itu. Dia seumuran dengan Lastri. Ya Tuhan, aku kembali ke tubuh Lastri. Kenapa bisa menjadi begini? Katanya kalau aku memakai kalung itu aku tak akan bertukar jiwa lagi dengan Lastri? Katanya kalau sudah melakukan ritual itu, aku tak akan bertukar jiwa lagi dengan Lastri? "Lastri?" teriak perempuan itu memanggil aku lagi. Aku melihat ke arahnya. "Aku di mana?" tanyaku heran. Aku sadar, harusnya aku berpura-pura menjadi Lastri di hadapannya. Tapi aku tak mau lagi berpura-pura, tak ada lagi yang harus aku khawatirkan. "Kamu hilang ingatan?" tanya perempuan itu menyelidik. "Iya," jawabku yang masih bingung harus menjelaskannya bagaimana. "Kamu di rumah suami kamu. Aku temen deket kamu dari SD," jawabnya tak percaya. "Aku ud

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 20 : Tempat Asing

    Aku pun membuka jendela. Ilyas masuk ke dalam mobil dengan heran. "Kamu kenapa? Katanya hilang ingatan? Itu beneran?" tanya Ilyas tampak panik. Aku pun bingung harus bagaimana. Aku pun melihat ke arah Ilyas. Aku harus jujur padanya. "Aku bukan Lastri," jawabku. Ilyas tampak kaget dan tak percaya. "Jangan ngada-ngada kamu. Sekarang turun dan duduk di sebelah aku, biar aku yang nyetir mobilnya," pinta Ilyas dengan emosi. "Aku serius, aku bukan Lastri. Aku tetangganya!" "Turun!" teriak Ilyas padaku Aku pun terpaksa turun dari mobil dan berjalan ke arah jendela mobil sebelahnya, kemudian aku masuk ke dalam mobil. Kunci mobil sudah di pegang Ilyas. Ilyas masih di dekat motornya, dia menelepon seseorang, mungkin meminta orang untuk membawa motornya. Tak lama kemudian dua orang lelaki datang sambil membawa motor, berhenti di dekat Ilyas. Seorang lelaki yang dibonceng itu menaiki motor Ilyas lalu membawanya pergi, disusul seseo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 21 : Rahasia Ilyas

    Seketika aku tenang mendengar itu. Ya, aku yakin Ilyas tak akan mungkin mau mencelakai tubuh kekasihnya ini walau aku yang merasukinya sekarang. Saat cukup jauh berjalan, aku melihat sebuah pondok kecil yang berdiri di tengah hutan, di bawah pohon-pohon besar. Langkahku terhenti. “Sebenarnya kita mau kemana, Ilyas?” tanyaku lagi. “Kita masuk ke sana,” jawabnya. “Kita ngapain di sana?” tanyaku yang masih khawatir dan penasaran. “Kan mau ngebuktiin kamu?” jawab Ilyas dengan kesal. Akhirnya aku mengikuti langkahnya mendekat ke pintu masuk pondok itu. Ilyas mengetuk pintu pondok itu. “Masuk!” Terdengar suara lelaki tua di dalam sana. Aku merinding mendengar suara lelaki tua itu. Ilyas menarik tangangku untuk masuk ke dalam. Aku pun mengikutinya dengan terpaksa. Kami masuk lalu duduk di hadapan kakek-kakek tua. Kakek tua itu tampak dingin. Rambutnya panjang beruban tanpa diikat. Kumis putihnya tampak tebal. Ia mengenakan pakaian ser

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 22 : Kembali

    “Tolong lepaskan aku dari tubuh ini, Bah.” pintaku. “Iya, Bah. Kembalikan lagi jiwa Nayara ke dalam tubuh ini, biarkan Indah keluar dari sana dan kembali ke tubuhnya,” pinta Ilyas pada kakek tua itu. “Kamu hanya bisa melakukan itu jika salah satu diantara Indah dan Lastri ada yang mati. Hingga kamu bebas memilih kemana akan kupindahkan jiwa Nayara. Apa ke tubuh Indah atau kembali ke tubuh Lastri yang ini?” ucap Kakek tua itu sambil tertawa. Aku terkejut dan ketakutan mendengarnya. Apakah kakek tua itu telah melakukan ilmu sakti yang pernah diceritakan oleh abah di Cibatu? Kalau benar itu, berarti bukan karena kalung bermana tengkorak elang dan bulu elang di rumahku itu? Tak lama kemudian kepalaku sakit kembali. Padahal baru saja aku ingin kabur dari sana. Sakitnya benar-benar tak terkira. Lalu lemas dan setelahnya gelap. Aku tidak sadarkan diri lagi. Aku membuka mata. Ternyata aku sudah berada di ruangan kamar rawat inap sebuah rumah sakit. Segera aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Ending : Cinta Kembali Bersemi

    “Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 112 : Tak ada Pilihan Lain

    Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 111 : Arwah Perempuan Berdaster

    Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 110 : Suara Teriakan Itu

    Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 109 : Rumah Sakit Jiwa

    Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 108 : Bangsa yang Suka Berperang

    Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 107 : Kembali ke Sana

    Kami pun tiba di rumah sakit. Mas bimo menggotong bibi Sarinah. Beberapa perawat langsung mengurus bibi Sarinah dan membawanya ke ruang ICU. Aku dan Mas Bimo duduk menunggu di depan ruang ICU. Mas Bimo menoleh padaku lalu memegangi tanganku.“Sabar, ya. Mas yakin bibi nggak akan kenapa-napa,” ucap Mas Bimo menenangkanku.Aku mengangguk. Mas Bimo memelukku.“Kamu tenang, aku yakin pasti ada jalannya untuk mengeluarkan ilmu di dalam tubuhmu,” ucap Mas Bimo.“Iya, Mas,” jawabku mencoba untuk tenang.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Aku dan Mas Bimo langsung menghampiri dokter itu.“Gimana keadaan bibi Sarinah, dok?” tanyaku sedikit khawatir.Dokter itu tersenyum padaku.“Dia sudah sadar, sekarang kalian sudah boleh kalau mau menjenguknya,” jawab

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 106 : Tak Ada yang Bisa Melakukannya

    “Nggak apa-apa, biar aku aja,” ucapku lalu berjalan ke arah dapur. Bibi Sarinah mengikutiku.Saat aku sudah memasukkan makanan itu ke dalam kulkas, aku menoleh pada bibi Sarinah yang berdiri di dekatku.“Bi,” panggilku.Bibi Sarinah menatapku dengan heran.“Kenapa?” tanyanya.“Aku minta maaf,” ucapku.Bibi Sarinah semakin heran.“Minta maaf kenapa?”“Ternyata ucapan bibi bener,”“Ucapan yang mana?”Aku menangis. Bibi Sarinah semakin penasaran padaku.“Ada apa, Non. Cerita ke bibi,” pintanya.“Kakek yang aku temuin itu ternyata iblis,” ucapku.Bibi Sarinah tercengang mendengarnya.“A

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 105 : Kedatangan Bibi Sarinah

    “Kenapa?” tanyanya.Tiba-tiba kudengar suara arwah pengantin perempuan itu.“Jangan khawatir! Aku tak akan melihat kalian bermesraan. Itu malah akan membuatku sial jika melihatnya,” ucap arwah pengantin perempuan itu. Entah sekarang dia berada di mana. Aku lega mendengarnya. Akhirnya kutarik tangan Mas Bimo ke dalam kamar.Sesampainya kami di dalam kamar. Mas Bimo hendak menciumku. Aku menghindar.“Nanti aja, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran, “Kenapa?”“Aku harus menemui kakek lagi. Aku harus mengakhiri semua ini,” ucapku.“Yaudah,” ucap Mas Bimo sedikit kecewa.Akhirnya aku duduk di atas kasur. Seperti biasa aku meminta Mas Bimo menjagaku. Akupun memejamkan mata. Akhirnya aku kembali berada di pinggir sungai itu. Sekarang aku lega sudah melihat kakek

DMCA.com Protection Status