Pagi hari jam enam.
Bayu bangun terlambat. Kepalanya terasa pusing.
Bayu melompat dari kasurnya dan mencuci muka. Bayu mulai membersihkan halaman rumah kontrakan, Membersihkan kamar kosong lalu mandi.
Bayu sarapan di rumah Bibinya, Paramita dengan suasana canggung. Kesedihan Paramita masih dirasakan oleh Bayu.
“Bayu, sebentar lagi, jam 8 pagi, aku dan Ibumu pergi ke kantor Polisi menggunakan kendaraan Ibumu. Kalau kamu mau pergi gunakan kendaraan matik yang biasa kamu gunakan. Ingat, kunci rumah sebelum pergi.” Perintah Paramita.
“Iya, Bi.” Jawab Bayu menganggukkan kepalanya.
Bayu meneruskan sarapannya yang terasa hambar di lidahnya. Bukan karena menu sarapannya yang tidak enak, tetapi hati Bayu yang sedang enak.
Tidak lama kemudian, Anti, Ibu Bayu datang menjemput Paramita dengan Kendaraannya. Bayu pergi ke Warkop Asep untuk minum kopi karena hatinya sedang gelisah.
Bayu diam dan menyes
Bayu terburu-buru memasukkan kendaraannya ke dalam garasi di rumah Paramita, Bibinya. Kemudian dia bergegas menuju ruang tamu rumah Bibinya.Ketika Bayu hendak masuk ruang tamu, dia mendengar suara sirene. Bayu berbalik dan melihat tiga mobil berhenti di depan rumah kontrakan.Satu mobil van pribadi, satu mobil bak terbuka milik kepolisian dan satu Mobil jenazah. Bayu bergegas membuka pagar rumah kontrakan.Lima orang berseragam Polisi, tiga orang berpakaian preman dan dua orang berseragam rumah sakit masuk. Paramita dan Anti keluar dari ruang tamu dan berjalan menghampiri kerumunan yang datang.“Selamat siang, saya petugas Andri dari Polres Metro Jakarta Timur bersama tim koroner dari rumah sakit Bhayangkara meminta tuan rumah mengijinkan kami melaksanakan tugas.” Kata Petugas berseragam bernama Andri tegas.“Silakan, Pak.” Paramita mempersilahkan para petugasa menjalankan tugasnya.“Dimana kam
Di kampus, Bayu tidak bisa fokus. Dia termenung sepanjang pagi hingga siang. Arlen, sahabat Bayu yang duduk di kursi sebelah Bayu merasa prihatin. “Bayu kamu kenapa?” Bisik Arlen. “Tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja, Len.” Jawab Bayu lesu. “Jangan bohong. Kamu biasanya tidak seperti ini.” Bantah Arlen. Danu, teman sekelas Bayu yang duduk di kursi depan Bayu menoleh ke belakang dan menyerahkan kertas yang terlipat rapi kepada Bayu. Bayu menerima lipatan kertas dan membukanya. ‘Bayu, saat makan siang, ayo ke kantin. June.’ Isi kertas yang bertuliskan tangan June. Bayu melipat kertas dan memasukkan ke dalam sakunya lalu melihat ke barisan kursi dimana June duduk. Dia melihat June mengedipkan mata kepadanya. Bayu tersenyum dan mengangguk kepada June. “Surat dari ayang June, ya.” Bisik Arlen menggoda. Bayu menganggukkan kepalanya dan tersenyum sedikit. Bayu mengikuti
Bayu berlari ke lantai dua rumah kontrakan. Dia menuju kamar 205 yang ditinggali oleh kelaurga kecil yang beranggotakan tiga orang, seorang ayah berusia relatif muda berusia 28 tahun yang saat ini sedang tidak di tempat karena pergi bekerja, seorang Ibu muda berusia 24 tahun dan seorang anak balita perempuan berusia dua tahun.Ketika bayu hampir sampai di kamar 205, dia mengaktifkan kemampuan ‘penglihatannya’. Bayu melihat pintu kamar 205 terbuka dan bergegas masuk ke dalam ruang tamu di kamar tersebut.Bayu melihat seorang wanita berambut panjang tergerai sedang membungkuk. Kepalanya berada di dekat kepala balita yang menangis tampakkeskitan dan mengejang. Bayu berlari dan mengaktifkan doa penakluk jin.“Pergi kau, Jin Keji!” bayu berteriak dan menendang kepala Wanita berambut panjang yang ternyata sedang mengisap darah balita yang terbaring.“Sialan kamu Bocah! Kamu mengganggu kesenanganku!” Kembaran Dina mengut
Bayu menelepon Burhanuddin dan sepakat untuk bertemu keesokan sorenya. Untuk menyelesaikan kasus Dina, Bayu bahkan siap mengekspos kemampuannya kepada Burhanuddin karena dia kehabisan akal untuk mamberikan alasan bagaimana caranya dia mengetahui kejahatan Dina.Bayu sedang mencari cara bagaimana agar dia bisa membuat Dina tertidur sehingga dia merekam Kembaran Dina bersaksi. Dia berpikir bahwa Dina tidak mudah dikelabui seperti halnya Santoso.***Keesokan harinya, jam 4 sore.Bayu tiba di kedai Es Garut lebih awal dari Burhanuddin. Untuk informasi, Burhanuddin adalah Ketua Team Satuan Reserse dari Kepolisian Sektor (Polsek) Duren Sawit, Jakarta Timur yang Bayu kenal pada saat awal dia datang ke Jakarta. Pada saat itu Burhanuddin masih bertugas di Kepolisian Metro Jakarta Pusat sebelum dipindahkan ke Polsek Duren Sawit.Bayu duduk menunggu Burhanuddin sambil minum es teler yang dijual di kedai Es Garut. Beberapa menit kemudian, Bur
Bayu, Arlen dan Doddy selesai berdiskusi tentang cara mencari bukti atau pengakuan Dina tentang kejahatannya. Bayu pulang dengan perasaan agak kecewa.Untuk menjebak Dina, dibutuhkan strategi khusus. Ketiganya bingung bagaimana caranya membuat Dina tidur, sementara merekam pengakuan Jin Qorin Dina.Mereka tidak mengenal dengan baik ataupun dekat dengan Dina.Sesampainya Bayu di rumah Bibinya, dia mampir ke Warkop Asep.“Kang, pesan Kopi Susu satu.” Kata Bayu memesan.“Tumben pakai susu, biasanya kopi hitam.” Kata Asep sambil meletakkan tahu goreng yang masih panas di meja warung.“Iya, nih. Saya lagi ingin minum kopi pakai susu.” Jawab Bayu.Bayu kembali berpikir keras bagaimana cara membuat Dina tidur dengan mudah.“Susah juga ya, menculiknya tidak mungkin. Memancing Dina untuk minum sesuatu yang sudah diberi obat tidur, alasannya apa ya?” Pikir Bayu merasa penin
“Ilmu apa yang kalian praktekkan?” Tanya Bayu.“Ilmu kuno Saudara Kembar Ari-ari, kami berdua bisa saling berkomunikasi layaknya kamu yang sedang berbicara denganku. Dina menyembah Siluman Ular.” Jawab Kembaran Dina.“Jadi dia mengetahui kalau kamu pernah berusaha membunuhku?” Tanya Bayu lagi.“Justru dia yang menginginkan kamu mati dengan dorongan dari aku. Kalau tidak, aku tidak akan bisa membunuhmu.” Jawab Kembaran Dina sambil terkekeh.“Apakah sekarang dia tahu kalau kamu sedang tidak bersamanya?” Tanya Bayu waspada.“Kemungkinan besar dia tahu, hanya saja dia belum tahu kalau aku disini sedang berbicara denganmu. Nanti ketika aku kembali, dia akan tahu.” Jawab Kembaran Dina acuh tak acuh.“Gawat, cepat atau lambat dia akan kabur atau berusaha lebih keras untuk membunuhku.” Pikir Bayu kuatir.“Apakah kalian pernah menculik an
Bayu menegang. Keringat dingin membanjiri punggungnya.“Hihihi, Bocah, kamu akan mati sekarang!” Suara serak perempuan terdengar d telinga Bayu.“Ssss, sssssss.” Desis suara ular memenuhi ruang kamar Bayu.Bayangan hitam bertubuh panjang lebih dari lima meter mendekati Bayu yang sedang duduk bersila di atas sajadah di lantai. Bayu menoleh, dia melihat ular hitam merayap emndekatinya. Ular itu memiliki kepala sebesar kepala manusia. Di kepala ular terdapat mahkota daging berwarna merah darah. Mata ular itu berwarna merah. Lidahnya yang ujungnya bercabang dua menjulur mengeluarkan gas hitam pekat.Bayu berkomat kamit membaca doa. Ular hitam berhenti di samping Bayu, mata ular menatap Bayu dengan dingin. Sesaat kemudian tubuh ular membeku diam tak bergerak.“Enyahlah, makhluk siluman!” Bayu membentak pelan. Ular yang siap menerkam Bayu menghilang menjadi asap hitam.Melihat ular hitam menghil
Suara sirene kendaraan Polisi berhenti. Bayu yang sedang terkejut mendengar pernyataan Kembaran Dina, segera tersadar. Mengabaikan Kembaran Dina yang masih terperangkap di dalam batasan garam mentah, Bayu bergeas keluar keluar dari kamarnya.Di luar rumah, Bayu bertemu Bibinya, Paramita, yang sedang berjalan menuju ke pagar rumah kontrakan.“Bibi, Biarkan Bayu yang membukakan pintu pagar!” Seru Bayu sambil berlari melewati Bibinya menuju pagar.Bayu membuka pintu pagar dan melihat dua kendaraan Polisi berhenti di pinggir jalan. Satu kendaraan Polisi dengan plat resmi Kepolisian dan satu kendaraan Pribadi.Enam orang keluar dari kendaraan Polisi dan berjalan menuju ke halaman rumah Kontrakan.“Selamat malam, Saya Petugas Polisi Burhanuddin. Kami dari kepolisian Sektor Duren Sawit. Kami hendak bertemu bernama Dina dan membawanya ke kantor untuk pemeriksaan. Apakah Saudari Dina ada di tempat?” Kata Burhanuddin.“Ad