Bayu menegang. Keringat dingin membanjiri punggungnya.
“Hihihi, Bocah, kamu akan mati sekarang!” Suara serak perempuan terdengar d telinga Bayu.
“Ssss, sssssss.” Desis suara ular memenuhi ruang kamar Bayu.
Bayangan hitam bertubuh panjang lebih dari lima meter mendekati Bayu yang sedang duduk bersila di atas sajadah di lantai. Bayu menoleh, dia melihat ular hitam merayap emndekatinya. Ular itu memiliki kepala sebesar kepala manusia. Di kepala ular terdapat mahkota daging berwarna merah darah. Mata ular itu berwarna merah. Lidahnya yang ujungnya bercabang dua menjulur mengeluarkan gas hitam pekat.
Bayu berkomat kamit membaca doa. Ular hitam berhenti di samping Bayu, mata ular menatap Bayu dengan dingin. Sesaat kemudian tubuh ular membeku diam tak bergerak.
“Enyahlah, makhluk siluman!” Bayu membentak pelan. Ular yang siap menerkam Bayu menghilang menjadi asap hitam.
Melihat ular hitam menghil
Suara sirene kendaraan Polisi berhenti. Bayu yang sedang terkejut mendengar pernyataan Kembaran Dina, segera tersadar. Mengabaikan Kembaran Dina yang masih terperangkap di dalam batasan garam mentah, Bayu bergeas keluar keluar dari kamarnya.Di luar rumah, Bayu bertemu Bibinya, Paramita, yang sedang berjalan menuju ke pagar rumah kontrakan.“Bibi, Biarkan Bayu yang membukakan pintu pagar!” Seru Bayu sambil berlari melewati Bibinya menuju pagar.Bayu membuka pintu pagar dan melihat dua kendaraan Polisi berhenti di pinggir jalan. Satu kendaraan Polisi dengan plat resmi Kepolisian dan satu kendaraan Pribadi.Enam orang keluar dari kendaraan Polisi dan berjalan menuju ke halaman rumah Kontrakan.“Selamat malam, Saya Petugas Polisi Burhanuddin. Kami dari kepolisian Sektor Duren Sawit. Kami hendak bertemu bernama Dina dan membawanya ke kantor untuk pemeriksaan. Apakah Saudari Dina ada di tempat?” Kata Burhanuddin.“Ad
Kembaran Susanti menatap Bayu dan bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menghentikan aku?”“Aku mau bicara sebentar.” Kata Bayu tegas setelah mengucapkan doa untuk menundukkan Jin di dalam hatinya.Kembaran Susanti berjalan menghampiri Bayu. Bayu malah berjalan ke arah tepi atap beton lalu duduk dengan kaki menggantung di tepi atap.Kembaran Susanti dengan ekspresi datar mengikuti tindakan Bayu, duduk di tepi atap beton di samping Bayu.Bayu menoleh menatap sosok perempuan di sampingnya.“Pantas kalau Paman tergoda. Kembarannya saja sudah sangat cantik, apalagi Susanti aslinya.” Gumam Bayu di dalam hatinya.“Susi, pada waktu kamu memeluk Kembaran Dina dan jatuh ke bawah, aku tidak melihat kalian di bawah, kemana hilangnya kalian?” Tanya Bayu penasaran.“Dari tepi atap hingga halaman bawah tempat Susanti jatuh adalah wilayah kutukanku, disitulah aku paling kuat. Aku menariknya masuk ke a
“Oke, deh! Malam minggu ya, jam berapa jemput aku?” Tanya June.Bayu mengepalkan tangannya dan berteriak dalam hatinya, “Yeah!”“Aku jemput jam 7 malam ya.” Kata Bayu riang.“Oke! Jam 7 ya.” Kata June singkat.Tak lama kemudian, Bayu memutuskan panggilan telepon.Hati Bayu berbunga-bunga dan merasa senang. Malam itu Bayu susah tidur.Bayu berguling-guling di kasurnya, perasaan senang membuatnya semakin sulit untuk meneneangkan hatinya untuk tidur.“Ah, kenapa aku ini? Susah sekali untuk tidur. Sebaiknya aku nongkrong di Warkop Kang Asep saja.” Gumam Bayu pada dirinya sendiri.Bayu bangun dan mengambil dompetnya yang diletakkan di atas meja tulis. Kemudian keluar dari kamarnya.Bayu berjalan santai ke luar dari rumah Bibinya. Dia melihat warung Asep dari seberang rumah.Bayu melihat ada seorang pria dewasa bertubuh sedang yang sedang duduk di warung Asep.
June hanya diam tidak menjawab.Bayu memejamkan matanya sesaat lalu membukanya. Bayu menatap June.Ekspresi Bayu biasa saja pada awalnya, lalu dengan cepat berubah-ubah. Dari ekspresi terkejut, marah kemudian kosong dan linglung.Bayu terdiam selama beberapa menit dengan tatapan kosong. Tidak lama kemudian suara panggilan June mengejutkan Bayu, “Bayu!”Bayu tersentak. Dia berdiri dan berkata dengan ketus, “Aku kehilangan selera makan, ayo pulang!”Bayu berjalan dengan langkah gontai keluar dari restoran Burger tanpa peduli apakah June akan mengikuti dia atau tidak. Tak lama kemudian, June mengikuti Bayu.Di area parkir, Bayu bersiap menyalakan kendaraannya, ketika June menghampirinya dan berkata, “Kamu pulang sendiri saja. Aku naik ojek online.”“Terserah!” Kata Bayu dingin lalu menyalakan kendaraannya, mundur keluar dari jajaran parkir dan kemudian pergi.June ha
Enam bulan yang lalu di sebuah kompleks perumahan di Wilayah Jakarta Timur.“June, Usaha Ayah hampir bangkrut. Hutang Ayah hampir tidak bisa terbayar. Ibumu harus cuci darah seminggu sekali. Tabungan darurat Ayah sudah habis. Kenalan Ayah membantu meminjamkan uang dalam jumlah cukup besar, hanya karena putranya pernah melihatmu di acara ulang tahun Keluarga Wijaya yang pernah kita hadiri sebulan yang lalu. Putranya ingin menikahimu. Ini kesempatan besar keluarga kita bangkit. Kamu tahu, kan kekayaan keluarga Wijaya?” Bujuk Ayah June.“Ya, June tahu , Ayah sedang kesulitan keuangan. Karena itulah June mengambil kesempatan beasiswa di Institut Teknik agar Ayah dan Ibu tidak harus membiayai June. Tapi June tidak mau menikahi orang yang tidak June kenal, apalagi orang itu angkuh dan sombong, Ayah. Lagipula June masih ingin menyelesaikan kuliah dan berkarier terlebih dahulu.” Cetus June.“Kamu bisa tunangan lebih dahulu, menikah setelah
June terpana melihat Bayu. Tanpa disadari, Air mata June menetes. June langsung menundukkan kepalanya. Melihat June, Bayu merasa canggung di luar dan marah di dalam hatinya.Sebenarnya Bayu marah kepada June bukan karena keputusan June pada waktu makan malam di hari Sabtu Malam yang lalu, tetapi lebih karena keputusan June yang ceroboh menerima ajakan makan malam dengan Adam sehingga June jatuh ke dalam perangkap Adam.Bayu terdiam menatap June dengan wajah yang kompleks dan rumit. Di satu sisi, Bayu merasa kasihan sekaligus marah, di sisi lain kasih sayangnya terhadap June masih kuat.Lina dan Arlen mengamati Bayu dan June dengan ekspresi bingung, keduanya menatap bolak-balik dari Bayu ke June. Bayu yang langsung menyadari situasi, menjadi canggung dan agak malu.“Lina, mengapa kamu juga disini?” Tanya Bayu kepada Lina untuk mengalihkan suasana canggung.“Lho, aku dan June diajak Arlen bergabung dalam tim Pak Doddy untuk pr
Bayu berjalan dengan June menuju Kantin Kampus yang sedang tutup. Hanya ada meja dan kursi kosong yang diisi beberapa mahasiswa yang kebetulan berinteraksi di sana.Bayu dan June menduduki meja dan kursi yang terletak di sudut kantin.Mendadak Bayu menggenggam tangan June di meja. June yang terkejut ingin melepaskan tangan Bayu tetapi tidak bisa karena Bayu menggenggam tangan June dengan erat. June hanya bisa menundukkan kepalanya.“June, angkat kepalamu! Tatap mataku!” Perintah Bayu dengan lembut.June perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Bayu.June, aku tahu apa yang kamu alami. Aku tidak peduli, aku hanya mau tanya.” Kata Bayu lembut.“Terlepas dari apapun yang terjadi, jawab dengan jujur dari lubuk hati kamu, apakah kamu masih menyukaiku? Apakah kamu ingin bersamaku?” Tanya Bayu sambil menatap June dengan tatapan penuh kasih sayang.June diam hanya menatap Bayu dengan mata berkaca-kaca. Tak lama
Bayu kembali ke kampus dan melaporkan temuannya kepada Doddy.“Bang, rumah kosong itu menurut saya sangat berbahaya. Saya menyarankan kita mengubah sasaran lain.” Kata Bayu memperingatkan Doddy.“Begitukah menurutmu, Bayu? Kita sudah tidak punya waktu mengubah sasaran. Besok kita sudah sepakat dengan yang lain untuk melakukan perngambilan gambar video di rumah kosong itu.” Kata Doddy bersikeras.“Apakah Bang Doddy berani menanggung konsekuensinya bila ada korban di pihak kita?” Tanya Bayu menakuti Doddy.“Benarkah disana sangat berbahaya? Tidak bisakah kita besok berangkat saja dan melakukan rekaman disana?” Tanya Doddy lagi.“Kalau Bang Doddy bersikeras, saya tidak akan ikut besok.” Ancam Bayu tegas.“Yah, kalau kamu tidak ada, bagaimana kita bisa mengambil video rekaman makhluk gaib itu?” Tanya Doddy tak berdaya.“Saya tidak mau ada hal-ha
“Qorin Paramita, kamu kembali menjaga tubuh Bibi! Biarkan aku yang menghadapi penculik Bibi! “ Perintah Bayu tegas.“Baik! Aku kembali dan kamu berhati-hatilah!” Jawab Kembaran Paramita lalu kembali ke kamar ICU.Bayu berjalan pelan ke kamar mayat dan membuka pintunya.Bayu melihat ke sekeliling kamar mayat yang dingin. Dia melihat beberapa wajah pucat yang berdiri di sekitar jenazah yang terbujur kaku an ditutupi selimut.Mata Bayu tertuju ke sudut kamar mayat. Dia melihat semacam kandang besar yang kira-kira berukuran tinggi tiga meter, lebar dua meter dan panjang dua meter. Di depan kandang berdiri makhluk berwujud ular setinggi tiga meter.Di dalam kandang, Bayu melihat sosok yang mirip Gustian sedang memperkosa perempuan yang mirip Paramita.“Bangsat, makhluk hina lepaskan Bibiku!” teriak Bayu marah.Makhluk berwujud ular tiba-tiba menyerang Bayu, menerkam ke arah Bayu. Bayu yang lengah terkejut dan terkena pukulan ekor ular. Bayu terdorong ke belakang sejauh dua meter. Bayu memu
Bayu yang mendengar jeritan Paramita, segera bangkit dari ranjangnya dan berlari keluar kamarnya menuju kamar Paramita di sebalah.Beruntung, kamar Paramita tidak dikunci. Bayu langsung membuka pintu kamar paramita dan bergegas masuk.Bayu melihat Paramita yang tidur telentang, Dia segera menghampiri Paramita dan mencoba membangunkannya, “Bibi, Bibi, bangun!”“Bangun, BI!” Teriak Bayu sambil mengoncang tubuh Paramita agak keras.Bayu yang panik, segera menutup mata dan membaca doa.Bayu membuka matanya dan melihat sosok wanita yang mirip Paramita sedang duduk di samping tubuh Paramita. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan nampak pecah-pecah.“Hai Kembaran Bibi Paramita! Apa yang terjadi pada Bibiku?” Tanya Bayu suram.“Bayu, Jiwa Bibimu telah diculik oleh Gustian yang dibantu oleh Maulana!” Jawab Kembaran Paramita.“Apa? Gustian bersama Maulana? Bagaimana mungkin?” Tanya Bayu tidak percaya.“Aku tidak tahu bagaimana Gustian dan Maulana bisa bersama, yang pasti saat ini, bibimu sedang k
Bayu dan June sedang duduk di warung Es dan Bubur Garut, di Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.“June, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi terus melajang, aku ingin segera menikahi kamu!” Kata Bayu serius.“A...apa? kamu ingin segera kita menikah?” Tanya June gugup.“Ya, rencana kita menikah dengan wali kakak laki-lakimu harus segera kita laksanakan! Jujur, aku takut bila pernikahan kita ditunda terus, kita akan melakukan perbuatan zina, cepat atau lambat!” Kata Bayu dengan wajah memohon.June menatap mata Bayu dengan kelembutan dan rasa cinta.“Paling tidak kita menikah rahasia secara agama, dengan wali hakim dan kakak laki-lakimu sebagai saksi.” Saran Bayu tegas.“Baik, kita lakukan rencana kamu, Bayu... Besok aku akan membujuk Kakakku untuk datang ke Basecamp kita!” Jawab June serius.“Besok aku ajak main game konsol dulu, baru aku bujuk pelan-pelan ya Kakak kamu!” Jelas Bayu sambil menyesap teh hangat yang tersedia di mejanya.Keluarga June berbeda agama dengan Bayu, di samping i
“Jangan bangun! Bibi Cuma ingin memeluk kamu! Biarkan seperti ini! Bibi sudah lama tidak memeluk laki-laki!” Kata Paramita lemah. Bayu terdiam dan tidak bergerak. Dia merasa canggung sekaligus kasihan kepada Bibinya. Tidak lama kemudian Bayu merasa tubuh Bibinya bergetar. Sesaat kemudian, Bayu mendengar isak tangis yang pelan dari punggungnya. Tidak lama kemudian, suara isak tangis mereda. Bayu meraih jemari Paramita yang memeluknya dari belakang. Bayu menggenggam jemari Paramita dengan erat tapi lembut. “Bi, jangan sedih! Bayu sayang sama Bibi! Selama ini Bibi sudah sangat baik sama Bayu.” Bayu berkata dengan lembut sembari menepuk-nepuk punggung tangan Paramita, berusaha menghiburnya. “Adik Bayi tidak kelihatan, pasti dititipkan ke rumah kakek neneknya. Tampaknya Bibi sudah siap hendak berduaan dengan Gustian. Aku sudah mengacaukan rencana Bibi.” Pikir Bayu agak menyesal. “Bibi, bukannya Bayu hendak menggurui atau apapun, Bayu hanya menyarankan, sebaiknya Bibi sabar mencari pa
Bayu menghampiri Gustian yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengaktifkan video rekaman di ponselnya.Bayu membaca doa dan berkonsentrasi sejenak, lalu berkata sambil menjentikkan jarinya, “Tidur!”Gustian merosot di kursi kehilangan kesadarannya. Bayu mengarahkan kamera ponselnya.“Keluar!” Suara Perintah tedengar dari mulut Bayu.Kembaran Gustian tiba-tiba menampakkan dirinya. Hanya Bayu dan kamera ponselnya yang bisa melihat penampakan Kembaran Gustian.“Siapa nama Kembaranmu yang sedang tidur?” Tanya Bayu acuh tak acuh.“Kembaranku bernama Ari Gustian.” Jawab Kembaran Gustian.Paramita dan June hanya bisa mendengar suara Kembaran Gustian, tetapi tidak dapat melihat sosoknya. Bayu menolah dan melihat Paramita dan June.“Bibi, June, kemarilah! Bibi bisa melihat sosok Kembaran Gustian di layar ponsel Bayu!” Kata Bayu.Paramita dan June bergegas ke punggung Bayu. Keduanya penasaran dengan tampilan Kembaran Gustian.“Apa tujuan Gustian mendekati Bibi Paramita? Apakah murni kare
Bayu menegang melihat June sedang disandera oleh Maulana. “Lepaskan June! Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kebenaran. Aku tidak ingin membunuh jiwamu di alam ini!” Teriak Bayu marah. “Kamu mundur dan kembali atau aku akan membunuh jiwa June sekarang!” Tantang Maulana dengan wajah sombong. Bayu membaca doa yang kuat untuk melemahkan Jiwa Maulana. Namun Bayu terkejut, bahwa Maulana tidak terpengaruh. “Hahaha, aku bukan Jin, jadi kamu membaca doa yang salah!” Tawa Maulana semakin arogan. “Sial, aku lupa bahwa dia sama seperti aku, dia manusia dan bukan Jin!” Gumam Bayu agak panik. Bayu berpikir dan teringat doa untuk mengalahkan setan. Manusia yang jahat juga sama seperti setan. Kakeknya pernah berkata, bahwa setan itu bukan hanya berbentuk Jin, manusia dan hewan yang jahat juga termasuk golongan setan. Bayu mencoba membaca doa untuk mengalahkan setan. Tiba-tiba Maulana bergetar. Tubuhnya melemah. “Sialan kamu!” Umpat Maulana panik. Tubuh Maulana berubah transparan kemu
Bayu melihat sosok perempuan berwajah cukup cantik yang telanjang bulat dengan tubuh yang sangat menggoda sedang menatapnya ketakutan.“Kamu membunuh Tuanku! Kamu harus mati!” Teriak perempuan itu marah.Tubuh perempuan itu tiba-tiba berubah. Sekujur tubuhnya mengeluarkan sisik hitam. hanya saja kakinya tetap kaki manusia meskipun bersisik.Bau amis ular menyerang hidung Bayu. Mata perempuan itu berubah merah darah. Kuku jarinya memanjang.Bayu tidak menunggu perempuan itu berubah sepenuhnya, dia langsung menyerang perempuan itu dan menebas lehernya. Perempuan itu jatuh ke lantai dengan darah berceceran dan mati.Bayu merasakan angin dari sisi belakangnya, Bayu segera memutar tubuhnya dan mengayunkan pisau daging dengan kecepatan tercepatnya. Sayangnya serangan Bayu meleset.Bayu melihat penyerangnya. Dia seorang pria dengan wajah bayi dan berambut keriting, tetapi dia memiliki sisik ular berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya yang telanjang. Hanya saja kakinya milik manusia normal.
Seorang wanita tua dengan senyum ramah terlihat di hadapan Bayu.“Ah, sangat jarang jiwa manusia datang ke rumahku! Masuk, masuklah, anak muda!” Kata wanita tua itu dengan ramah.Bayu sedikit ragu-ragu sebelum melangkah memasuki ruang tamu milik wanita tua itu.“Ayo, ayo, duduk, anak muda!” Kata wanita tua itu mempersilahkan Bayu untuk duduk di kursi tamu yang nampak tua, mungkin umur kursi itu setua wanita tua yang ramah itu.Bayu duduk dengan sopan. Wanita tua itu masuk ke dalam rumahnya lalu keluar sambil membawa nampan berisi piring kecil dan dua cangkir.Sambil meletakkan nampan, wanita tua itu berkata dengan ramah, “Jarang sekali aku menerima tamu, sekalinya ada tamu, tamuku seorang manusia! Sungguh beruntung! Ayo diminum tehnya dan dicicipi camilannya!”Bayu melihat ke piring kecil yang diletakkan di atas nampan di depannya. Bayu melihat serangga yang mirip kecoak berjumlah beberapa tergeletak mati di dalam piring itu. Selanjutnya Bayu melihat ke dalam isi cangkir yang terletak
Bayu menerobos masuk tanpa permisi karena dia telah diliputi emosi. Bayu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia masuk sambil menundukkan badannya, agar tidak bisa diserang.Bayu terhuyung ke dapan dan jatuh ke lantai. Bayu segera mendongakkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan tamu di ruang 308, tetapi dia tidak melihat siapapun.Bayu segera berdiri dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang dalam. Dia tidak menemukan siapapun di ruang bagian dalam.Bayu mencari ke bagian dapur dan kamar mandi. Bayu masih tidak menemukan siapapun. Akhirnya Bayu memasuki kamar tidur.“June!” Teriak Bayu panik.Bayu melihat June terbaring diam di ranjang ganda di kamar tidur itu. Dia segera menghampiri June.Bayu mencoba membangunkan June. Bayu juga mencari keberadaan Kembaran June.Bayu merasakan June masih bernapas. Napasnya tenang seperti orang yang sedang tidur. Mata Bayu tertuju ke arah kertas di sebelah kepala June.Bayu mengambil catatan di sebalah kepala June dan membaca.‘Bayu, kalau