Enam bulan yang lalu di sebuah kompleks perumahan di Wilayah Jakarta Timur.
“June, Usaha Ayah hampir bangkrut. Hutang Ayah hampir tidak bisa terbayar. Ibumu harus cuci darah seminggu sekali. Tabungan darurat Ayah sudah habis. Kenalan Ayah membantu meminjamkan uang dalam jumlah cukup besar, hanya karena putranya pernah melihatmu di acara ulang tahun Keluarga Wijaya yang pernah kita hadiri sebulan yang lalu. Putranya ingin menikahimu. Ini kesempatan besar keluarga kita bangkit. Kamu tahu, kan kekayaan keluarga Wijaya?” Bujuk Ayah June.
“Ya, June tahu , Ayah sedang kesulitan keuangan. Karena itulah June mengambil kesempatan beasiswa di Institut Teknik agar Ayah dan Ibu tidak harus membiayai June. Tapi June tidak mau menikahi orang yang tidak June kenal, apalagi orang itu angkuh dan sombong, Ayah. Lagipula June masih ingin menyelesaikan kuliah dan berkarier terlebih dahulu.” Cetus June.
“Kamu bisa tunangan lebih dahulu, menikah setelah
June terpana melihat Bayu. Tanpa disadari, Air mata June menetes. June langsung menundukkan kepalanya. Melihat June, Bayu merasa canggung di luar dan marah di dalam hatinya.Sebenarnya Bayu marah kepada June bukan karena keputusan June pada waktu makan malam di hari Sabtu Malam yang lalu, tetapi lebih karena keputusan June yang ceroboh menerima ajakan makan malam dengan Adam sehingga June jatuh ke dalam perangkap Adam.Bayu terdiam menatap June dengan wajah yang kompleks dan rumit. Di satu sisi, Bayu merasa kasihan sekaligus marah, di sisi lain kasih sayangnya terhadap June masih kuat.Lina dan Arlen mengamati Bayu dan June dengan ekspresi bingung, keduanya menatap bolak-balik dari Bayu ke June. Bayu yang langsung menyadari situasi, menjadi canggung dan agak malu.“Lina, mengapa kamu juga disini?” Tanya Bayu kepada Lina untuk mengalihkan suasana canggung.“Lho, aku dan June diajak Arlen bergabung dalam tim Pak Doddy untuk pr
Bayu berjalan dengan June menuju Kantin Kampus yang sedang tutup. Hanya ada meja dan kursi kosong yang diisi beberapa mahasiswa yang kebetulan berinteraksi di sana.Bayu dan June menduduki meja dan kursi yang terletak di sudut kantin.Mendadak Bayu menggenggam tangan June di meja. June yang terkejut ingin melepaskan tangan Bayu tetapi tidak bisa karena Bayu menggenggam tangan June dengan erat. June hanya bisa menundukkan kepalanya.“June, angkat kepalamu! Tatap mataku!” Perintah Bayu dengan lembut.June perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Bayu.June, aku tahu apa yang kamu alami. Aku tidak peduli, aku hanya mau tanya.” Kata Bayu lembut.“Terlepas dari apapun yang terjadi, jawab dengan jujur dari lubuk hati kamu, apakah kamu masih menyukaiku? Apakah kamu ingin bersamaku?” Tanya Bayu sambil menatap June dengan tatapan penuh kasih sayang.June diam hanya menatap Bayu dengan mata berkaca-kaca. Tak lama
Bayu kembali ke kampus dan melaporkan temuannya kepada Doddy.“Bang, rumah kosong itu menurut saya sangat berbahaya. Saya menyarankan kita mengubah sasaran lain.” Kata Bayu memperingatkan Doddy.“Begitukah menurutmu, Bayu? Kita sudah tidak punya waktu mengubah sasaran. Besok kita sudah sepakat dengan yang lain untuk melakukan perngambilan gambar video di rumah kosong itu.” Kata Doddy bersikeras.“Apakah Bang Doddy berani menanggung konsekuensinya bila ada korban di pihak kita?” Tanya Bayu menakuti Doddy.“Benarkah disana sangat berbahaya? Tidak bisakah kita besok berangkat saja dan melakukan rekaman disana?” Tanya Doddy lagi.“Kalau Bang Doddy bersikeras, saya tidak akan ikut besok.” Ancam Bayu tegas.“Yah, kalau kamu tidak ada, bagaimana kita bisa mengambil video rekaman makhluk gaib itu?” Tanya Doddy tak berdaya.“Saya tidak mau ada hal-ha
Mayat perempuan muda tergantung di kayu rangka tanpa plafon. Wajah perempuan itu membiru, lidahnya terjulur keluar, matanya membalik ke atas hanya menyisakan putih matanya. Darah hitam menetes di antara kedua kakinya.Ada tangga lipat yang tergeletak di lantai di bawah mayat perempuan itu.Bayu membaca doa lalu berkata, “Aku Bayu. Jangan berpose terus. Aku ingin bertanya kepadamu!” Bayu berkata dengan nada suara tegas.Perempuan yang gantung diri itu tiba-tiba memulihkan raut wajahnya seperti orang normal, hanya saja kulit mukanya tetap pucat bersemu biru layaknya mayat. Perlahan matanya menatap Bayu.“Siapa namamu? Mengapa kamu membunuh dirimu?” Tanya Bayu dengan sikap tenang meskipun hatinya agak gugup.Sosok perempuan itu melepas tali yang menjerat lehernya dan perlahan melayang turun menjejakkan kakinya di lantai, walapun tumitnya tetap terangkat dan hanya jari kakainya yang menyentuh lantai.“Namaku Marcell
“Bibi, kenalkan ini June, Teman dekat Bayu.” Kata Bayu memperkenalkan June kepada Paramita, Bibinya.“Halo, Bibi, saya June, teman kuliah Bayu.” Kata June malu-malu membuat pipinya memerah karena tersipu malu.“Halo June, kamu sangat cantik. Beruntungnya Bayu berteman sama kamu.” Kata Paramita memuji June.“Terima kasih, Bibi. Bibi juga cantik dan awet muda.” Balas June memuji Paramita.Memang, meskipun Paramita berusia akhir dua puluhan, wajahnya awet muda seperti wanita berusia awal dua puluhan, ditambah Paramita sedang hamil muda.“Kalian belum makan siang, kan? Ayo, kita makan siang bersama.” Ajak paramita dengan nada riang kemudian berjalan menuju ke dapur.June bergegas mengikuti Paramita sambil berkata, “Biar saya bantu menyiapkan makan siang, Bibi.”Paramita menoleh dan tidak menolak saran June, bahkan Paramita merasa senang karena June berinisiatif memban
Lima sosok aneh keluar dari rimbunan semak-semak yang mengelilingi pohon-pohon raksasa. Kelima sosok itu memiliki tubuh panjang yang mirip ular besar, tetapi mereka bukan ular biasa. Ular-ular itu berkepala manusia. Bayu menegang melihat kelima sosok mengerikan di depannya. Lima kepala manusia itu memiliki wajah pucat dengan gigi taring panjang keluar dari mulut mereka. lidah panjang bercabang dua terjulur keluar. Mata mereka merah. “Bocah celaka, hari ini kamu akan menjadi makanan kami, lima ular beludak. Kamu telah mencelakakan saudari perempuan kami. Sssshhh... “Suara serak terdengar dari sosok ular yang berada di tengah di antara kelima ular berkepala manusia itu.” “Siapa kalian? Dimana aku?” Tanya Bayu agak panik. “Hihihi, kamu terjebak di alam jin. Jiwamu meninggalkan tubuhmu. Bila kamu mati disini, tubuhmu akan menjadi lumpuh dan kamu akan menjadi bocah idiot yang koma sepanjang hidupmu... Hihihi” Jawab sosok ular itu. Bayu teringat bah
“Len, cepat, kemarikan kameranya, sini, kasih ke aku!” Perintah Bayu tidak sabar.Arlen bingung dengan permintaan Bayu tetapi dia tidak ragu-ragu dan langsung melepaskan kamera yang tergantung di dadanya.Bayu mngulurkan tangannya mengambil kamera Conan OES 7 dari Arlen lalu mengaktifkan mode perekam video.Bayu membidikkan lensa kamera ke arah balkon dlantai dua, dimana perempuan itu duduk di kursi goyang.Tiba-tiba, perempuan itu berdiri dan melotot ke arah Bayu.‘Wuss!”Sosok perempuan itu menghilang secepat kilat. Bayu tertegun sesaat dan mendadak mundur dua langkah.Perempuan itu muncul di depan Bayu dalam jarak setengah meter.“Siapa kamu dan siapa kalian semua? Mengapa kalian datang ke rumahku?” Tanya perempuan itu dengan sikap bermusuhan.Bayu mengarahkan kamera ke wajah perempuan itu. Bayu mengamati wajah perempuan itu.“Wanita ini cukup cantik. Mungkin dia Qorin keturunan orang Bule, pupil matanya coklat. Bulu matanya panjang, alisnya halus.” Pikir Bayu memuji.Bayu membaca
Doddy menyambar lampu darurat dari dekat tasnya lalu berlari keluar ruangan diikuti Bayu dan Arlen yang membawa kamera.Sesampainya di luar, Doddy mengarahkan lampu ke sekeliling ruang tengah. Ruangan itu kosong dan kotor.“Len, sini kameranya, biar aku saja yang merekam.” Saran Bayu.Arlen memberikan kamera kepada Bayu.Bayu menutup matanya lalu membaca doa. Ketika dia membuka matanya, di depannya Bayu melihat pria tua yang dipanggil sebagai pelayan Wang. Bayu mengarahkan kameranya ke pria tua itu.“Pak Wang, apakah bapak melihat teman saya yang tadi keluar dari kamar?” Tanya Bayu.“Ada manusia lain yang masuk ke rumah ini selain kalian. Dia bersembunyi di kamar mandi. Temanmu dipukul kepalanya menggunakan alat yang terbuat dari besi. Setelah itu dia menyeret temanmu ke lantai atas. Nyonya saya marah melihat tindakan manusia itu. Dia memerintahkan saya memanggil penjaga rumah. saat ini temanmu terkapar di lantai atas. Saya kira dia sedang sekarat. Manusia itu sedang ditahan oleh penj