Kembaran Susanti menatap Bayu dan bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menghentikan aku?”
“Aku mau bicara sebentar.” Kata Bayu tegas setelah mengucapkan doa untuk menundukkan Jin di dalam hatinya.
Kembaran Susanti berjalan menghampiri Bayu. Bayu malah berjalan ke arah tepi atap beton lalu duduk dengan kaki menggantung di tepi atap.
Kembaran Susanti dengan ekspresi datar mengikuti tindakan Bayu, duduk di tepi atap beton di samping Bayu.
Bayu menoleh menatap sosok perempuan di sampingnya.
“Pantas kalau Paman tergoda. Kembarannya saja sudah sangat cantik, apalagi Susanti aslinya.” Gumam Bayu di dalam hatinya.
“Susi, pada waktu kamu memeluk Kembaran Dina dan jatuh ke bawah, aku tidak melihat kalian di bawah, kemana hilangnya kalian?” Tanya Bayu penasaran.
“Dari tepi atap hingga halaman bawah tempat Susanti jatuh adalah wilayah kutukanku, disitulah aku paling kuat. Aku menariknya masuk ke a
“Oke, deh! Malam minggu ya, jam berapa jemput aku?” Tanya June.Bayu mengepalkan tangannya dan berteriak dalam hatinya, “Yeah!”“Aku jemput jam 7 malam ya.” Kata Bayu riang.“Oke! Jam 7 ya.” Kata June singkat.Tak lama kemudian, Bayu memutuskan panggilan telepon.Hati Bayu berbunga-bunga dan merasa senang. Malam itu Bayu susah tidur.Bayu berguling-guling di kasurnya, perasaan senang membuatnya semakin sulit untuk meneneangkan hatinya untuk tidur.“Ah, kenapa aku ini? Susah sekali untuk tidur. Sebaiknya aku nongkrong di Warkop Kang Asep saja.” Gumam Bayu pada dirinya sendiri.Bayu bangun dan mengambil dompetnya yang diletakkan di atas meja tulis. Kemudian keluar dari kamarnya.Bayu berjalan santai ke luar dari rumah Bibinya. Dia melihat warung Asep dari seberang rumah.Bayu melihat ada seorang pria dewasa bertubuh sedang yang sedang duduk di warung Asep.
June hanya diam tidak menjawab.Bayu memejamkan matanya sesaat lalu membukanya. Bayu menatap June.Ekspresi Bayu biasa saja pada awalnya, lalu dengan cepat berubah-ubah. Dari ekspresi terkejut, marah kemudian kosong dan linglung.Bayu terdiam selama beberapa menit dengan tatapan kosong. Tidak lama kemudian suara panggilan June mengejutkan Bayu, “Bayu!”Bayu tersentak. Dia berdiri dan berkata dengan ketus, “Aku kehilangan selera makan, ayo pulang!”Bayu berjalan dengan langkah gontai keluar dari restoran Burger tanpa peduli apakah June akan mengikuti dia atau tidak. Tak lama kemudian, June mengikuti Bayu.Di area parkir, Bayu bersiap menyalakan kendaraannya, ketika June menghampirinya dan berkata, “Kamu pulang sendiri saja. Aku naik ojek online.”“Terserah!” Kata Bayu dingin lalu menyalakan kendaraannya, mundur keluar dari jajaran parkir dan kemudian pergi.June ha
Enam bulan yang lalu di sebuah kompleks perumahan di Wilayah Jakarta Timur.“June, Usaha Ayah hampir bangkrut. Hutang Ayah hampir tidak bisa terbayar. Ibumu harus cuci darah seminggu sekali. Tabungan darurat Ayah sudah habis. Kenalan Ayah membantu meminjamkan uang dalam jumlah cukup besar, hanya karena putranya pernah melihatmu di acara ulang tahun Keluarga Wijaya yang pernah kita hadiri sebulan yang lalu. Putranya ingin menikahimu. Ini kesempatan besar keluarga kita bangkit. Kamu tahu, kan kekayaan keluarga Wijaya?” Bujuk Ayah June.“Ya, June tahu , Ayah sedang kesulitan keuangan. Karena itulah June mengambil kesempatan beasiswa di Institut Teknik agar Ayah dan Ibu tidak harus membiayai June. Tapi June tidak mau menikahi orang yang tidak June kenal, apalagi orang itu angkuh dan sombong, Ayah. Lagipula June masih ingin menyelesaikan kuliah dan berkarier terlebih dahulu.” Cetus June.“Kamu bisa tunangan lebih dahulu, menikah setelah
June terpana melihat Bayu. Tanpa disadari, Air mata June menetes. June langsung menundukkan kepalanya. Melihat June, Bayu merasa canggung di luar dan marah di dalam hatinya.Sebenarnya Bayu marah kepada June bukan karena keputusan June pada waktu makan malam di hari Sabtu Malam yang lalu, tetapi lebih karena keputusan June yang ceroboh menerima ajakan makan malam dengan Adam sehingga June jatuh ke dalam perangkap Adam.Bayu terdiam menatap June dengan wajah yang kompleks dan rumit. Di satu sisi, Bayu merasa kasihan sekaligus marah, di sisi lain kasih sayangnya terhadap June masih kuat.Lina dan Arlen mengamati Bayu dan June dengan ekspresi bingung, keduanya menatap bolak-balik dari Bayu ke June. Bayu yang langsung menyadari situasi, menjadi canggung dan agak malu.“Lina, mengapa kamu juga disini?” Tanya Bayu kepada Lina untuk mengalihkan suasana canggung.“Lho, aku dan June diajak Arlen bergabung dalam tim Pak Doddy untuk pr
Bayu berjalan dengan June menuju Kantin Kampus yang sedang tutup. Hanya ada meja dan kursi kosong yang diisi beberapa mahasiswa yang kebetulan berinteraksi di sana.Bayu dan June menduduki meja dan kursi yang terletak di sudut kantin.Mendadak Bayu menggenggam tangan June di meja. June yang terkejut ingin melepaskan tangan Bayu tetapi tidak bisa karena Bayu menggenggam tangan June dengan erat. June hanya bisa menundukkan kepalanya.“June, angkat kepalamu! Tatap mataku!” Perintah Bayu dengan lembut.June perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Bayu.June, aku tahu apa yang kamu alami. Aku tidak peduli, aku hanya mau tanya.” Kata Bayu lembut.“Terlepas dari apapun yang terjadi, jawab dengan jujur dari lubuk hati kamu, apakah kamu masih menyukaiku? Apakah kamu ingin bersamaku?” Tanya Bayu sambil menatap June dengan tatapan penuh kasih sayang.June diam hanya menatap Bayu dengan mata berkaca-kaca. Tak lama
Bayu kembali ke kampus dan melaporkan temuannya kepada Doddy.“Bang, rumah kosong itu menurut saya sangat berbahaya. Saya menyarankan kita mengubah sasaran lain.” Kata Bayu memperingatkan Doddy.“Begitukah menurutmu, Bayu? Kita sudah tidak punya waktu mengubah sasaran. Besok kita sudah sepakat dengan yang lain untuk melakukan perngambilan gambar video di rumah kosong itu.” Kata Doddy bersikeras.“Apakah Bang Doddy berani menanggung konsekuensinya bila ada korban di pihak kita?” Tanya Bayu menakuti Doddy.“Benarkah disana sangat berbahaya? Tidak bisakah kita besok berangkat saja dan melakukan rekaman disana?” Tanya Doddy lagi.“Kalau Bang Doddy bersikeras, saya tidak akan ikut besok.” Ancam Bayu tegas.“Yah, kalau kamu tidak ada, bagaimana kita bisa mengambil video rekaman makhluk gaib itu?” Tanya Doddy tak berdaya.“Saya tidak mau ada hal-ha
Mayat perempuan muda tergantung di kayu rangka tanpa plafon. Wajah perempuan itu membiru, lidahnya terjulur keluar, matanya membalik ke atas hanya menyisakan putih matanya. Darah hitam menetes di antara kedua kakinya.Ada tangga lipat yang tergeletak di lantai di bawah mayat perempuan itu.Bayu membaca doa lalu berkata, “Aku Bayu. Jangan berpose terus. Aku ingin bertanya kepadamu!” Bayu berkata dengan nada suara tegas.Perempuan yang gantung diri itu tiba-tiba memulihkan raut wajahnya seperti orang normal, hanya saja kulit mukanya tetap pucat bersemu biru layaknya mayat. Perlahan matanya menatap Bayu.“Siapa namamu? Mengapa kamu membunuh dirimu?” Tanya Bayu dengan sikap tenang meskipun hatinya agak gugup.Sosok perempuan itu melepas tali yang menjerat lehernya dan perlahan melayang turun menjejakkan kakinya di lantai, walapun tumitnya tetap terangkat dan hanya jari kakainya yang menyentuh lantai.“Namaku Marcell
“Bibi, kenalkan ini June, Teman dekat Bayu.” Kata Bayu memperkenalkan June kepada Paramita, Bibinya.“Halo, Bibi, saya June, teman kuliah Bayu.” Kata June malu-malu membuat pipinya memerah karena tersipu malu.“Halo June, kamu sangat cantik. Beruntungnya Bayu berteman sama kamu.” Kata Paramita memuji June.“Terima kasih, Bibi. Bibi juga cantik dan awet muda.” Balas June memuji Paramita.Memang, meskipun Paramita berusia akhir dua puluhan, wajahnya awet muda seperti wanita berusia awal dua puluhan, ditambah Paramita sedang hamil muda.“Kalian belum makan siang, kan? Ayo, kita makan siang bersama.” Ajak paramita dengan nada riang kemudian berjalan menuju ke dapur.June bergegas mengikuti Paramita sambil berkata, “Biar saya bantu menyiapkan makan siang, Bibi.”Paramita menoleh dan tidak menolak saran June, bahkan Paramita merasa senang karena June berinisiatif memban