Beranda / Horor / Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku / Bab 53. Jangan Percaya Pembohong

Share

Bab 53. Jangan Percaya Pembohong

Penulis: Sisi Ryri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-23 13:03:22

"Apa mungkin dia jujur?" tanya Dumadi pada Red yang masih memandangi wajah Irawan yang terus mengiba.

"Entah!" jawab Red lalu membuang wajahnya jauh dari tatapan mata polisi muda itu. "Dia mungkin berbohong, tapi aku tidak mau melihat wajahnya,"

Dumadi lalu mengikuti langkah Red yang menjauh dari Irawan sedang polisi tegap itu masih saja mengiba di lantai dengan posisi yang masih merendah.

Keduanya memasuki lagi sel tempat Jaka berada lalu duduk di samping Jaka yang sempat tidak menyadari keberadaan mereka.

"Eh!" Jaka memperbaiki posisi duduknya lalu menoleh ke arah Red dan Dumadi yang duduk berjejer bersandar tembok sama dengannya. "Kalian kembali?" tanya Jaka dengan wajahnya yang polos. "Apa yang membuat wajah kalian seperti itu? Dia mengaku kalau dia pelakunya?"

"Tidak! Tentu saja tidak! Mana mungkin maling ngaku maling," timpa Dumadi lalu menatap lagi Red yang masih diam membantu di sel tempat Jaka ditahan.

"Lalu apa?" tanya Jaka mulai penasaran.

"Red, jangan percaya pada pemboho
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 54. Aku Akan Mengalahkan Jaka

    "Aku akan mengalahkan Jaka!" tegas Red dengan matanya yang merah. "Dia akan aku musnahkan saat dia sedang tidak siap!""Wow!" Irawan tersenyum senang mendengar apa yang baru saja dikatakan sosok menakutkan ini. Entah apa yang membuat Red memutuskan hal itu tapi sungguh jawaban itu adalah semua yang ditunggu oleh polisi muda nan licik ini.Setelah mendengar perkataan Red, Irawan sengaja tidak melajutkan perbincangan ini. Dia tidak mau Red berubah pikiran terlebih karena dia tau sebenarnya masih ada kemungkinan bagi Red untuk berubah.Polisi muda itu lalu kembali ke rumahnya dan membereskan ruanga sesajennya sambil menunggu kabar dari sosok yang berjanji akan memusnahkan Jaka yang semakin perkasa itu. "Kamu menunggu seseorang?" tanya Marni, pelayan di rumah Irawan saat majikannya itu tidak kunjung beranjak dari ruangan bercahaya remang-remang itu."Aku menunggu tamuku," sahut Irawan masih tetap duduk di lantai menghadap meja sesajennya."Karena sudah malam saya pamit tidur, ya, Pak,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 55. Jaka Harus Mati

    Sial! Teriakan itu lantang terdengar saat Irawan akhirnya tiba di kantornya dan berjalan cepat memasuki sel tempat Jaka berada. "Cepat bawa pria menyebalkan itu kemari!" "Siapa?" tanya polisi yang berada di meja jaga pagi itu."Siapa? Bukankah yang aku bui cuma satu orang?" tanya Irawan begitu marah.Polisi itu diam saja dan sedetik kemudian memutar wajahnya ke ara pintu menuju sel tempat Jaka kemarin bermalam. "Tidak ada siapapun di dalam penjara, Pak,"Hah!Irawan mempercepat langkahnya memasuki sel tempat Jaka ditahan lalu menyadari kalau apa yang dikatakan bawahannya itu benar adanya.Sel tahanan kosong dan tidak ada siapapun di sana bahkan polisi penjaga. Tentu Irawan jadi panik dibuatnya dan matanya semakin cekung karena belum juga berhasil membayar tumbal untuk semua keinginannya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang!" Irawan menendang tralis di depannya kemudian memutar badannya kembali ke ruang kerjanya.Saat tiba di ruang kerja dia bertemu polisi yang kemarin dimintanya me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 56. Marni Bertindak

    Pak!Teriakan itu membuat semua orang panik kemudian segera membawa tubuh Irawan masuk mobil agar bisa tiba di rumah secepatnya.Beberapa menit kemudian mobil yang membawa Irawan akhirnya tiba di halaman rumahnya dan beberapa pelayan segera menyambutnya termasuk supir kepercayaannya.Marni yang juga ada di dalam rumah cepat-cepat lari menghampiri majikannya. Wanita berusia 40 tahun itu lalu meminta supir Irawan membawa masuk majikannya kemudian membaringkannya di atas sofa rumah mewah itu. Suara riuh sempat terdengar dari para pelayan yang takut melihat kondisi Irawan yang begitu aneh tapi dengan cepat Marni meminta para pelayan dan polisi bawahan Irawan untuk pergi saja."Tapi..." "Kalian tidak tau apa-apa, biarkan aku dan supir saja yang ada di ruangan ini. Selebihnya kalian tinggalkan kami," Mendengar perintah dari pelayan senior itu anggota polisi dan pelayan lain segera meninggalkan tempat, tinggalah Marni dan supir yang masih ada di sana menunggu kondisi Irawan yang belum jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 57. Jaka Melawan

    Hiyaaa!Mata Marni terbelalak penuh emosi saat tangannya akhirnya berusaha menikam Jaka yang masih saja tersenyum lebar seakan tidak merasakan takut akan apa yang sedang dilakukan pelayan sepupunya itu.Jaka terus tersenyum saat pisau yang ada di tangan Marni semakin dekat menyayat tubuhnya dan saat tikaman itu semakin dekat dengannya tiba-tiba suara petir mengelegar di atas langit.Duaar!Mata Marni memutar ke atas langit-langit rumah dan dengan wajah ketakutan dia segera menjatuhkan pisau yang sejak tadi dia genggam.Apa itu!Jaka menatap Marni yang ketakutan lalu berkata. "Itu tandanya kamu akan kalah dengan mudah," desisi Jaka begitu percaya diri.Pengantar peti mati itu lalu melangkah melewati tubuh Marni yang masih terpaku menatap langit-langit rumah karena meyakini wanita ini sudah kalah bahkan sebelum dia menyentuhnya.Tidak!Marni memutar wajahnya ke arah pisau yang ada di lantai lalu meraihnya lagi kemudian dengan posisi jongkok kembali memutar wajahnya ke arah Jaka yang mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 58. Jaka Belum Selesai

    "Siapa kamu?" tanya sosok penjembut dengan suaranya yang begitu menakutkan."Dia belum selesai di dunia ini. Kamu tidak boleh menjemputnya!" kesal sosok yang ternyata adalah Dumadi. Pria yang sejak awal begitu berharap pada Jaka yang kini tergeletak di atas lantai dengan nyawa yang hampir lepas dari tubuhnya."Apa yang kamu katakan?" sosok berwajah menakutkan itu langsung memutar wajahnya ke arah lalu menatap wajah pria yang sudah kehilangan banyak darah itu dengan iba. "Jadi kamu belum bisa pulang?"Ya!Dumadi mengangguk cepat agar sosok ini segera pergi. "Dia masih punya urusan denganku, jadi biarkan dia di sini,"Jaka menoleh ke arah Dumadi lalu menghela nafasnya merasa kalau percuma jika dia tetap hidup padahal dia tidak memiliki keakinan lagi untuk bangkit. "Apa tidak bisa kau pergi saja?" tanyanya dengan penuh harap teman ayahnya itu akan membiarkan semua ini terjadi tanpa perlawanan."Jaka, kami sangat berharap padamu. Irawan sudah hampir menyerah dan itu karena kamu. Jadi apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 59. Waktunya Bangkit

    Saat Irawan dan Marni masih sibuk memikirkan cara untuk membalas Jaka, pria itu malah sudah bangkit dari keterpurukannya. Seakan tak ada masalah yang menimpa dirinya kemarin sehingga Jaka bisa kembali ke pabrik peti mati tempatnya bekerja yang sempat dia tinggalkan.Kembalinya Jaka ternyata membuat Danu sangat senang sehingga atasannya itu menyambutnya dengan suka cita. Tak ada rasa benci atau kekecewaan, melainkan kebahagiaan menyambut kepulangan Jaka, pria yang sangat dia andalkan selama ini."Jadi Bapak tidak marah aku pergi beberapa lama?" tanya Jaka dengan polosnya dan segera ditimpali Danu dengan tawa."Tentu saja tidak! Aku tau kemana kamu pergi, karena itu aku tidak akan mempermasalahkan semua itu," ucap Danu lalu memeluk Jaka."Memangnya Bapak tau dari mana saya kemana?" tanya Jaka bingung tapi sekali lagi Danu hanya tertawa mendengar perkataan supir andalannya itu.Tentu bangkitnya Jaka menunjukkan betapa tangguhnya suami Roro ini. Ia tak larut dalam kesedihan atau amarah, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 60. Paku Berlumuran Darah

    Astaga!Jaka terperanjak karena matanya jelas melihat sebuah paku berukuran besar yang tertancap di sebuah bilah kayu menembus badan ban mobilnya. Dengan cepat dia menariknya dan....Apa ini?Bowo semakin kaget saat tangan Jaka malah berlumuran darah setelah menarik kuat bilah kayu itu. Kernet muda itu kemudian menatap mata Jaka dalam untuk memahami apa sebenarnya yang sedang mereka alami siang ini. "Ini darah," lirih Bowo dengan mata yang terbelalak karena rasa takut seketika memenuhi kepalanya."Ba---gaimana bisa ada darah di..." Jaka memutar bilah kayu itu untuk melihat apa gerangan yang sempat tertancap di bilah kayu ini hingga mengucur deras darah segera dari ujung paku yang mustahil tiba-tiba berdarah."Apa mungkin..." Bowo menelan anak katanya sebelum memutar kepalanya ke arah ban yang kempes karena paku besar ini. "Tidak mungkin," jawabnya sendiri."Apanya yang tidak mungkin?" tanya Jaka yang masih belum paham tentang kejadian ini.Bowo lalu mangkit dari tempatnya jongkok meme

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 61. Kematian Yang Janggal

    Jaka masih menatap wajah Bowo yang begitu kaget dengan kabar yang baru saja dia terima. Supir tampan itu terus saja mengamati wajah itu meski tidak kunjung mendapatkan jawaban.Bowo sebenarnya ingin sekali menjelaskan kepada Jaka apa yang terjadi jika pemilik rumah duka meninggal seperti cerita yang selama ini dia percaya, tapi dia takut cerita ini malah jadi kenyataan dan tentunya itu akan berdampak pada pengiriman peti ke kota ini.Setelah lama terdiam, Jaka akhirnya mengikuti petugas rumah duka untuk menyelesaikan tugasnya yaitu mendapatkan tanda terima dari kantor, bukti dia telah mengirim peti dalam keadaan baik selama perjalanan.Seorang pegawai wanita kemudian membubuhkan stempel di surat jalan yang dibawa Jaka lalu mem-fotocopy 2x kali sebagai arsib bagi rumah duka."Jadi ini sudah selesai?" tanya Jaka setelah surat jalannya dikembalikan pegawai bagian administrasi rumah duka.Wanita itu kemudian berdiri lalu dengan ramah berkata. "Sudah, Mas. Tapi makan siang dulu, ya,"Ahay!

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03

Bab terbaru

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 72. Roro Kembali

    Meski tawa Dumadi begitu sinis tapi Jaka tetap harus mendengarkannya. Mereka terus berada di rumah Irawan sampai akhirnya langit perlahan gelap dan Jaka sadar kalau ini saatnya pulang.Dia bersama Bowo kemudian memasuki kembali mobil pick up tua yang berjalan begitu lambat menyusuri jalan pulang yang hari itu terlihat lebih lengang.Sesekali mata Jak terlihat sayu karena lelah dengan semua kejadian barusan dan kembali terang begitu tiba di jalan kampung yang berarti dia semakin dekat dengan rumahnya."Aku turun di sana aja," ucap Bowo sambil menepuk bahu Jaka yang tegap."Oh!" Sedetik kemudian Jaka sudah menyalakan lampu sein dan mobil perlahan bergerak ke kiri.Tangan Bowo segera membuka pintu lalu melambai begitu kedua kakinya mendarat di atas tanah yang basah, sepertinya hujan turun beberapa saat lalu. "Ah, sudah sampai," ucapnya lalu menutup pintu dengan tangan kirinya."Yok!" jawab Jaka singkat lalu kembali menginjak pedal gas sebelum Bowo menyampaikan salam perpisahan.Entah men

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 71. Irawan Kemana

    Serpihan itu perlahan terbang meninggalkan rumah mewah milik perwira polisi itu meski Jaka dan Bowo terus mengamatinya.Butiran-butiran itu terbang begitu bebas kemudian menghilang tersapu angin."Itu!" teriak Bowo menyadari ada yang salah dari diamnya mereka. "Kemana mereka?" Pertanyaan itu membuat Jaka tersadar, Irawan yang ada di kamar tiba-tiba menghilang. Entah kapan dia pergi, mungkin saat Red menghilang atau mungkin saat mereka lengah.Gila!Teriak Jaka lalu melangkah masuk ke dalam kamar milik sepupunya itu dengan wajah penuh kesedihan. "Bagaimana aku bisa melupakannya," desis Jaka lalu masuk ke dalam kamar untuk memastikan apa yang dia lihat. "Dia benar-benar hilang," ulang Jaka setelah memastikan jika kamar itu memang sudah kosong."Sudah! Sudah!" Tiba-tiba dari dinding yang bisa terlihat sesosok cahaya yang kemudian dikenali Jaka sebagai Gunawan, ayahnya. "Aku tau ini pasti terjadi. Mereka pasti punya rencana jahat hingga kamu harus hati-hati padanya.""Ayah, tapi dia meng

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 70. Balas Dendam Darma

    "Diam!" teriak Marni yang sudah sejak tadi ingin menghabisi adik ipar Jaka itu. "Kamu tidak akan bisa lari lagi. Sekarang aku akan menghabisimu!" Darma yang mendengar perkataan Marni langsung berdiri karena ternyata tadi yang melilit tubuhnya tidak berfungsi. Dia lalu menatap wajah Marni yang ketakutan kemudian menepis tangan pelayan Irawan itu kuat-kuat hingga pisau yang ada di tangannya terpetal jauh."Kee--napa kamu bisa sekuat ini?" tanya Marni tidak percaya."Mas, habisi dia. Dia ini setan. Dia akan mudah kamu taklukkan sekarang!" teriak Darma lalu memutar lehernya ke arah Jaka.Tidak perlu menunggu, Jaka langsung mendekat ke arah Marni. "Tenyata mudah mengalahkanmu!" teriak Jaka lalu meremas jemarinya untuk siap membogem wanita paruh baya itu.Plas!Tangannya melayang dan wajah sedetik kemudian wajah Marni remuk karena bogemannya itu. Ah!Marni terkapar di atas lantai lalu melirik ke arah kamar dimana Irawan sudah jadi mayat hidup yang tidak kunjung dijemput sang malaikat maut

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 69. Aku Tau Kelemahan Mereka

    "Aku tau kelemahan mereka," desis Darma lalu melirik ke arah Jaka.Hah!Jaka terbelalak mendengar perkataan adik iparnya itu merasa tidak mungkin tapi wajah Darma nampak begitu yakin dengan apa yang dikatakannya."Lalu apa yang kamu tau soal mereka?" tanya Bowo dengan wajah kebingungan. "Kalau bisa kita habisi saja sekarang,"Mendengar perkataan Bowo wajah Darma yang awalnya begitu yakin sontak berubah tertunduk. Dia lalu melirik ke arah Jaka yang masih duduk di sampingnya kemudian berkata. "Tapi aku tidak tau caranya,"Mmm!Jaka yang tadinya yakin pada Darma dengan kesal berkata. "Kamu ini kayak kentut. Tadi yakin banget, sekarang ragu. Sebenarnya mau kamu apa, sih?""Ada sosok yang terang di saat aku mau masuk ke gerbang kematian, Mas. Dia bilang kamu adalah orang yang kuat, hanya saja ketidakyakinan itu membuatmu lemah."Deg!Jantung Bowo berdegup kencang, dia teringat pada perkataan Nenek Manda soal kekuatan Jaka yang tersembunyi. Dia lalu menarik tangan Jaka kuat-kuat hingga kepa

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 68. Darma Ingin Membantu

    "Kalian harus ijinkan Darma tetap di rumah itu dan membantu Jaka dari rong-rongan Irawan," bisik Nenek Manda dengan suara yang tiba-tiba jadi lantang. Tidak cuma suaranya yang jadi lantang, mata Nenek Manda berubah jadi merah dan rambutnya seperti terkibar angin yang datang dari sekeliling rumah.Bowo yang tidak mengerti tentang perubahan diri wanita tua itu hanya terdiam memandangi sorot mata yang begitu asing baginya. Dia terus mencoba mengartikan apa gerangan maksud dari nenek sakti ini. "Apa yang kamu maksud sebenarnya?" tanya kernet baik itu berharap Manda mau menjelaskan lebih detail maksud perkataannya."Aku tau ini terdengar aneh, tepi kamu harus biarkan Darma di sana. Hanya itu tugas terakhir Darma di hidupnya,""Apa?" Bowo terbelalak. Dia kembali teringat cerita ibu warung kalau adik ipar Jaka itu saat ini sedang dalam keadaan koma dan bisa kapan saja meninggal.Bowo berusaha menenangkan diri karena kabar ini bukan kabar bagus baginya, dia terus berharap apa yang dia pikirk

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 67. Benar-Benar Jahat

    "Tidak ada!" teriak Bowo setelah memastikan dua sosok itu sudah pergi dari tempat yang mereka duga adalah tempat persembunyian mereka."Iya, tapi aku yakin dia akan kembali ke rumah ini. Mereka berdua masih mau Mas mati," tambah Darma lalu mendekat ke arah Jaka. "Mas tau kan kenapa aku tidak mau Mas jadi korban mereka?""Apa?" tanya Jaka semakin penasaran dengan keputusan adiknya yang tidak mau meninggal padahal saat ini dia sedang ada di gerbang antara hidup dan mati."Karena Rio, Mas. Anakmu masih butuh kamu dan aku lihat tenagamu semakin hari semakin tipis saja. Sepertinya ada sesuatu denganmu hingga tenaga pemberian nenak sakti itu tidak semuanya bisa kamu dapatkan!"Jaka mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Darma sore itu. Semenjak beberapa hari lalu tenaganya sudah tidak sebesar sebelumnya. Dia kembali jadi penakut seperti tidak berdaya apa lagi saat pelayan Irawan yang notabene adalah seorang wanita menyerangnya saja dia tidak bisa mengelak.Mendengar cerita Darma tentang

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 66. Lalu Siapa Yang Di Rumah

    Tentu kabar yang baru sampai di telinga Jaka bukanlah kabar baik hingga dia memutuskan untuk buru-buru pergi dari warung dan menyalakan mesin mobil untuk terlebih dulu menyelesaikan tugasnya hari ini.Sama seperti Jaka, Bowo juga tidak punya rencana lain kecuali menyelesaikan tugas hari ini dan kembali ke rumah Jaka untuk bertanya pada Darma apa yang sebenarnya terjadi.Setelah tugas selesai cepat-cepat keduanya menuju rumah kontrakan Jaka dan menemui Darma yang sore itu berada di ruang tengah sambil menikmati rokok yang dibawa Jaka dari Kediri.Wajah adik Roro itu terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Ya, kalau Jaka tidak tau ceritanya, tentu wajah Darma sore itu biasa saja, tapi setelah tau apa yang terjadi pada adik iparnya, Jaka jadi penasaran juga untuk bertanya. "Sudah makan?" tanya Jaka dengan suara bergetar sambil duduk di samping Darma yang jelas dia tau sedang dalam keadaan buruk di rumah sakit."Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Darma merasa risih dengan tata

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 65. Kenapa Dengan Darma

    Setelah perbincangan panjang pagi itu, Jaka kembali ke pabrik untuk memulai aktifitasnya. Dia melupakan sejenak masalah adik iparnya untuk fokus dengan tugas yang diberikan Danu hari ini.Tugasnya tidak berat, hanya mengantarkan dua buah peti mati ke Surabaya tepatnya di daerah Waru dekat Terminal Bungurasih. Untuk urusan antar peti ke Surabaya memang baru bagi Jaka tapi tidak untuk Bowo yang nampak begitu siap duduk di samping Jaka yang terlihat bingung akan memilih jalan yang mana mengingat jalan menuju Surabaya adalah hal asing baginya.Karena merasa Jaka tidak akan mampu menyetir hingga tujuan dan terlalu riskan memberikan tugas ini pada Jaka akhirnya Bowo sepakat untuk memengang kemudi sembari Jaka mengingat-ingat jalan ke titik tujuan.Sepakat duduk di samping kemudi, Jaka mulai terlihat nyaman dengan joknya. Dia juga mengeluarkan sekotak rokok pemberian rumah duka di Kediri agar tidak mengantuk saat mobil mulai melaju."Mas, tadi kata Mas kan mau sarapan dulu. Jadi nggak nih?"

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 64. Kenapa Harus Lari

    Jaka berlari sekencangnya dengan seluruh kekuatan yang dia miliki. Kakinya sempat beberapa kali tersandung kerikil tapi dia buru-buru menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh di saat yang genting ini.Sama seperti kakak iparnya. Darma juga berlari dibelakang Jaka tanpa mau menoleh ke belakang dan baru berhenti saat akhirnya mereka berdua tiba di depan halaman masjid."Alhamdulillah," Jaka yang terengah-engah langsung duduk di tangga masjid yang mulai dipadati para jamaah. "Kamu dengar kan tadi itu, Ma?" tanya Jaka pada Darma yang mengikutinya duduk di tangga."Iya, Mas. Jelas banget. Udah kita sholat aja. Jangan pikirin yang tadi,"Keduanya kemudian kompak berdiri dan melangkah masuk ke dalam masjid. Setelah mendapat posisi sholat yang mereka rasa paling tepat, Jaka dan Darma perlahan khusuk dalam ibadah pagi mereka.Selama sholat hingga melantunkan doa, Jaka dan Darma terlihat tidak sedikitpun menoleh ke belakang. Mereka masih takut kalau sosok asing itu akan mendekati mereka meski me

DMCA.com Protection Status