Share

Bab 535

Penulis: Jus Pir
Boris tidak akan berperang tanpa persiapan. Sekalipun ada serangan mendadak, dia masih memiliki banyak cara untuk membuat lawannya mundur. Jadi jawaban Boris membuat Zola merasa bingung. Apakah Boris benar-benar tidak menemukan apa pun?

Zola tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sebenarnya dia bisa langsung mengungkapkan isi pikirannya kepada Boris, tapi dia sedikit ragu-ragu. Ada perasaan di dalam hatinya yang membuatnya tidak bisa melakukan hal yang benar-benar tidak berperasaan.

Zola terdiam lama. Boris mengambil kembali ponselnya dan meletakkannya di samping. Kemudian, Boris meletakkan tangannya di pinggang Zola sambil bertanya, “Masih sakit?”

“Sedikit.”

Boris mengangkat tangannya dan mencubit pipi Zola. “Kalau sakit istirahat saja di rumah. Nggak usah khawatir. Kesehatanmu lebih penting.”

Zola hanya mengerutkan bibir dan mengangguk, tanpa banyak ekspresi di wajahnya. Boris langsung mencubit dagunya lalu membuat Zola melihat ke arahnya. “Ada apa denganmu hari ini? Apa aku lakukan hal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Saibah Pua Luka
zola betul² cerdas... yakin dehh pasti ad mksud dibalik itu semua....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 536

    Zola menatap Jeni masih dengan ekspresi yang sama. “Nggak apa-apa. Ingat apa kataku, oke?”Jeni masih penasaran, tapi dia mengangguk dengan cepat. Keduanya masuk ke perusahaan. Zola langsung pergi ke kantor Mahendra. Mahendra juga baru datang. Begitu melihat Zola masuk ke kantornya, Mahendra langsung berkata, “Zola, pinggangmu masih sakit, nggak?”Mahendra menatap Zola dengan penuh perhatian. Dia berharap Zola bisa istirahat dulu kalau masih merasa tidak enak badang.Zola tersenyum tipis dan mengangguk, “Sudah jauh lebih baik.”“Hmm, biar sudah sembuh juga harus tetap diperhatikan. Kamu lagi hamil, harus ekstra hati-hati.”“Oke, aku tahu,” jawab Zola. Kemudian, dia berkata lagi, “Mahendra, aku cari kamu karena ada sedikit urusan.”“Ada apa? Katakan saja.”Mahendra menatap Zola dengan lekat. Zola berkata, “Mobilku lagi diservis. Aku ingin ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin. Jadi aku ingin tanya nanti kamu keluar, nggak? Kalau kamu nggak keluar, boleh pinjam mobilmu, nggak? Awalnya a

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 537

    Setelah merasa mengambil cukup banyak foto topi itu, Zola menutup pintu bagasi. Dia menatap Jeni dan berkata, “Kita pergi lihat Nenek dulu.”Jeni mengangguk tanpa banyak tanya. Kemudian, dia menemani Zola pergi ke bangsal tempat neneknya dirawat dengan menggunakan lift.Setelah masuk ke kamar neneknya, Zola menyingkirkan semua emosi dan keseriusan di wajahnya. Dia tersenyum tipis dan berkata pada sang nenek, “Nenek, coba tebak aku bawa siapa ke sini?”“Boris, ya?” Nenek tanpa sadar teringat dengan Boris.Jeni keluar dari belakang Zola dan pura-pura tidak senang. “Nenek, sekarang Nenek pilih kasih. Di mata dan hati Nenek hanya ada cucu menantu Nenek, nggak ada cucu angkatnya yang ini lagi.”Nenek baru tahu kalau Jeni datang bersama Zola. Dia pun langsung tersenyum lebar, lalu berkata dengan hangat kepada Jeni, “Sini, duduk di sini. Aku pikir kamu mungkin lagi sibuk. Habis itu, aku kira kamu sudah kembali ke Kota Jantera. Dasar kamu ini. Jelas-jelas lagi di Kota Binru, kenapa nggak perna

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 538

    Jeni sedikit bingung. Dia mengangkat tangan dan memberi isyarat agar Zola berhenti bicara dulu. “Tunggu sebentar, kamu tunggu aku cerna dulu.”Beberapa detik kemudian, Jeni menatap Zola dan berkata, “Kamu curiga kalau Mahendra adalah orang yang bawa pergi istri Budi? Terus kamu curiga lagi kalau dia dalang atau ada campur tangan di balik kejadian gedung runtuh?”Zola tidak bicara, Jeni menganggapnya sebagai jawaban iya. Jeni spontan mengerutkan kening dan berpikir berulang kali. Kemudian, dia melihat foto dan video di ponsel Zola lagi.“Kamu tahu dari mana asal topi ini?” tanya Jeni.“Aku pernah tanya. Aku nggak sengaja lihat topi itu setelah kejadian yang menimpa Leonarto Group. Jadi aku pernah tanya padanya. Dia bilang Audy yang belikan untuknya.”Saat itu Zola tidak terlalu memikirkannya. Karena dia merasa respon yang Mahendra berikan sangat masuk akal. Jadi dia tidak pernah mencurigai topi itu. Namun, kejadian yang terjadi berturut-turut membuat Zola benar-benar tidak bisa berhenti

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 539

    “Nggak tahu. Kalau nggak ada hal di luar dugaan, aku rasa bisa masuk final.”Ada sepuluh kuota peserta di babak final. Zola merasa dia memiliki peluang untuk masuk ke babak final.“Benar-benar nggak mau suap aku?” tanya Boris lagi.Mulai lagi, Boris mulai lagi. zola mendengus sinis. “Aku lagi hamil. Kamu tega suruh aku suap kamu?”“Suap yang aku maksud paling suruh kamu lebih baik sama aku. Kamu kira maksud aku apa?”Boris tertawa pelan. Zola menyipitkan matanya, tidak tahu harus berkata apa lagi. Apakah Boris benar-benar mengira Zola tidak tahu apa yang ada di pikirannya? Huh.Zola tidak bicara, Boris pun berkata, “Nanti malam makan bareng?”“Makan di luar?”“Iya, Tedy ajak kita berdua makan bareng.”“Kenapa dia ajak kita makan bareng?” Zola sedikit kaget. Lebih tepatnya, kenapa Tedy mengajaknya juga?“Mungkin dia ingin baik-baik di depanmu,” kata Boris.Beberapa patah kata itu mengandung banyak arti. Zola langsung memahaminya. Dia memikirkannya dengan serius, lalu berkata, “Nggak usa

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 540

    Zola masih menatap Mahendra. Dia mengangguk pelan dan menjawab, “Hmm, iya.”“Bukannya CCTV di lokasi dihancurkan? Polisi umumkan hasil penyelidikan. Tapi ada banyak orang yang berikan saran. Aku lihat polisi selidiki satu per satu tapi nggak temukan apa pun.”Boleh dibilang hampir tidak ada masalah dalam jawaban Mahendra. Namun, justru karena tidak ada masalah. Itulah masalah paling besar.Zola tidak beranggapan dalam keadaan normal seseorang masih akan menjawab pertanyaan dari orang lain setelah menanyakan pertanyaan kepada orang itu. Jadi, apakah Mahendra mencoba menyembunyikan sesuatu?Hati Zola sedang kacau. Ada perasaan yang terlukiskan dalam hatinya, membuatnya sangat tidak nyaman.Zola mengerutkan bibir dan berkata, “Polisi jelas akan umumkan apa yang bisa diumumkan. Mereka nggak akan umumkan sesuatu yang nggak bisa diumumkan.”Jawaban Zola terkesan samar-samar, seperti sedang menutupi sesuatu, tapi itu justru membuat orang semakin penasaran dan mulai berspekulasi.Namun, Mahend

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 541

    “Kenapa kamu nggak beranggapan kalau mereka ingin tahan kamu di Kota Binru?” tanya Zola.“Mereka baru berkembang di Kota Binru. Dengan kewaspadaan mereka terhadapku, kamu kira mereka akan biarkan aku menetap dan bangun kerajaanku di sini?”Mahendra tertawa sinis, sarkasme di sorot matanya sangat kuat. Zola spontan mengerutkan kening.“Jangan pesimis begitu, Mahendra. Sekarang belum sampai tahap itu. Tunggu sampai benar-benar harus buat pilihan baru buat rencana.”“Zola, kalau mereka benar-benar suruh aku kembali ke Kota Jantera, apakah kamu akan menyalahkan aku?” tanya Mahendra sambil menatap Zola dengan serius.“Nggak akan. Aku hanya berharap kamu pilih apa yang kamu suka.” Meskipun Mahendra dibesarkan oleh keluarga Cahyono, Mahendra telah melakukan banyak hal untuk keluarga itu. Tentu saja, utang budi itu tidak akan terbayar seumur hidup. Namun, Mahendra juga tidak perlu sampai memaksa diri dalam segala hal, bukan?Terlebih lagi, membuat pilihan yang Mahendra sendiri sukai bukan ber

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 542

    Mahendra tidak mengakuinya secara langsung, tapi hanya berkata, “Hanya teman.”Apakah teman bisa membuat Mahendra sampai harus mengganti pakaian untuk pergi menemuinya? Zola tidak berpikir demikian.Namun, Zola tidak banyak bertanya agar tidak membuat Mahendra curiga. Setelah pulang karena, karena tahu mobil Zola sedang diservis, Mahendra berinisiatif berkata, “Aku antar kamu dan Jeni pulang, ya.”Mahendra tidak bertanya, tapi membuat pernyataan. Zola juga tidak menolak. “Oke, maaf buat kamu harus antar kami dulu.”“Kamu ini ngomong apa, sih? Nggak ingat apa yang pernah aku bilang ke kamu?”Mahendra sudah mengatakannya berkali-kali, Zola tidak perlu mengucapkan terima kasih padanya.Zola tersenyum, “Oke, aku ingat.”Zola dan Jeni duduk di kursi belakang. Sementara Mahendra mengemudikan mobil di depan. Sepanjang jalan Jeni tetap diam saja. Namun, suasana di dalam mobil tidak boleh terlalu sunyi. Kalau tidak rasanya akan sedikit canggung. Oleh karena itu, Zola hanya bisa terus mencari to

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 543

    “Hati-hati di jalan, ya,” kata Zola kepada Mahendra.“Oke.”“Hmm, bye.”“Bye.”Keduanya melambaikan tangan, lalu Zola baru keluar dari mobil. Zola tidak langsung masuk ke apartemen. Dia diam di sana melihat Mahendra pergi, sampai mobil Mahendra menghilang di ujung jalan, dia dan Jeni baru masuk ke apartemen.“Tadi kamu kenapa, sih?”“Aku nggak suka saja sama dia.”“Nggak bisa ditahan saja?” tanya Zola dengan suara pelan. Sebenarnya Zola sangat tidak berdaya. “Sepertinya kamu nggak ada masalah dengan dia, kan? Kenapa kamu ketus banget sama dia?”Sebelumnya Jeni telah mengatakan kalau dia hanya tidak terlalu menyukai Mahendra. Meskipun dia tidak banyak kontak dengan Mahendra, dia tetap tidak menyukai pria itu.Jeni menghela napas lalu berkata, “Dulu aku merasa orangnya munafik. Tapi sekarang aku merasa dia sangat jahat. Aku juga ingin kendalikan diri, nggak mau rusak rencanamu. Tapi aku nggak bisa tahan. Selain itu, setelah aku pikir-pikir, kalau perubahan sikapku padanya terlalu jelas,

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status