“Pak … Pak Boris, kamu nggak akan menyangkal bahwa adikku yang mengalami kecelakaan di proyek konstruksi Morrison Group, ‘kan?”“Sekarang dia sudah tiada, kami juga nggak membutuhkan kompensasi. Kami hanya ingin Anda mengakui bahwa kecelakaan ini memang disebabkan oleh kelalaian dari pihak perusahaan. Kalau begitu, urusan kita bisa dianggap selesai."Boris menatapnya dan menjawab, "Kecelakaan ini belum jelas penyebabnya, tetapi kamu sudah ingin Morrison Group mengakuinya? Setahu saya, kondisi keuangan keluargamu nggak begitu baik, apalagi dengan anak yang perlu dinafkahi. Kamu yakin nggak ingin kompensasi?"“Kami ingin orangnya, bukan uang. Bisakah kamu mengembalikan nyawa keluargaku? Kami memang miskin, tapi kami nggak akan menjual anggota keluarga kami,” ujar istri korban berbicara dengan sangat emosional.Boris menatap dengan dingin dan berkata, “Jadi kalian sudah yakin bahwa ini kecelakaan saja dan bukan ulah manusia?”“Tentu saja kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi karena material
Jesse merangkum apa yang terjadi di internet dengan menyebut “Para tokoh sukses dari berbagai industri” meskipun sebenarnya yang terjadi lebih besar daripada itu.Dia menyerahkan tangkapan layar yang dikirimkan dari departemen humas kepada Boris. Totalnya ada puluhan akun resmi yang mengunggah pernyataan dukungan.Di antara perusahaan dan tokoh sukses tersebut, tidak semuanya memiliki hubungan kerjasama dengan Morrison Group, bahkan beberapa tidak pernah berhubungan sama sekali, termasuk beberapa yang berasal di luar negeri, yang jelas-jelas tidak ada kaitannya.Melihat kejadian ini, Boris tenggelam dalam pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang mengendalikan ini semua? Lelaki itu termenung cukup lama, tetapi tidak dapat memikirkan siapa yang mungkin terlibat dalam hal ini.Dia menatap Jesse dengan serius dan bertanya, “Apakah kamu tahu siapa yang melakukannya?”“Nggak tahu, saya sudah cek satu per satu perusahaan dan tokoh yang mengeluarkan pernyataan dukungan. Tidak ada ke
Boris menatap Jesse dengan datar bertanya, "Bagaimana?"Lelaki itu menyerahkan laporan pemeriksaan yang dia dapat dari pihak medis kepada Boris dan menjawab, “Sama dengan dugaan Anda."Boris mengambilnya dan melirik sekilas pada laporan tersebut. Di laporan tersebut tertulis jelas, bahwa si korban menderita kanker lambung dan diperkirakan hanya memiliki waktu hidup lebih dari satu bulan. Jadi, semuanya menjadi jelas.Karena korban memiliki penyakit ganas, keluarganya pun sudah menyadari hal ini. Alasan mereka menolak autopsi adalah karena takut Boris dan polisi akan menemukan fakta tersebut. Kini terlihat, semuanya sudah direncanakan sebelumnya.Boris menyipitkan matanya dan memasang raut dingin sambil berkata, “Biarkan Pak Jodi yang menunjukkan laporan ini pada mereka. Saya ingin tahu bagaimana mereka akan membela diri."Jesse mengangguk dan turun untuk masuk ke kantor polisi. Dia menyerahkan laporan itu kepada Jodi. Melihat laporan tersebut, Jodi bertanya, "Apakah situasi ini benar?"
Ketika berhadapan dengan permohonan dari keluarga korban, Jesse segera meminta petunjuk dari Boris, “Pak Boris, menurut Anda apakah kita masih perlu menuntut pertanggungjawaban mereka?”Boris terdiam sejenak, kemudian dengan nada datar berkata, “Biar mereka menerima wawancara media dan mengungkapkan semuanya. Meskipun mereka sebagai keluarga inti mungkin bukan dalang dari rencana ini, keinginan mereka untuk meraih keuntungan sudah jelas.”“Kalau Morrison Group mengalah, itu berarti mereka berhasil. Jadi, tanggung jawab yang harus mereka pikul nggak akan dibatalkan. Sedangkan untuk kompensasi, urusan mereka mau menerimanya atau nggak. Kita biarkan pihak polisi yang menentukan jumlah kompensasi yang sesuai.”Dalang utama dalam insiden ini adalah sepupu korban, jadi sudah sewajarnya dia bertanggung jawab penuh atas akibatnya. Namun, sebelum itu, Boris ingin mendapatkan pengakuan dari mulutnya. Jadi setelah berpikir sejenak, dia memberi instruksi pada Jesse, “Cari cara untuk membawa orang
Pria itu tidak menjawab dan berkata, “Apa yang kalian lakukan ini melanggar hukum! Aku akan melaporkan kalian sudah berkolusi dengan polisi untuk menindas orang, ini melanggar hukum … Ah!”Salah satu pengawal yang berdiri di dekatnya langsung menendang lelaki itu ketika melihat sikapnya. Tatapan dingin Boris sekilas mengarah ke pengawal itu, lalu dengan tenang dia berkata, “Biarkan dia duduk untuk berbicara denganku.”Pengawal itu segera mengerti dan menarik lelaki tersebut. Dia mendudukannya di sofa yang ada di hadapan Boris. Suara lelaki itu sudah serak, mungkin karena terus berteriak sejak keluar dari kantor polisi.Boris menatapnya dengan dingin dan berkata, “Menurutmu, kalau aku bisa membawamu keluar dari kantor polisi, aku akan membiarkanmu melaporkan bahwa aku berkolusi dengan pihak kepolisian?”“Apa yang mau kamu lakukan? Kuberi tahu, kamu nggak boleh sembarangan, kalau nggak ….”“Kalau nggak kenapa?” Boris tertawa sinis. “Kamu mau meminta orang yang memerintahmu untuk melapork
Setelah minum, dia meletakkan gelas dan bangkit berdiri sambil berkata, “Sudahlah, serahkan saja ke pihak polisi. Biarkan mereka menanganinya sesuai aturan, satu-satunya permintaanku adalah segera disidang dan biarkan aku yang memutuskan apa konsekuensi fisiknya.”Lelaki itu memahami maksud perkataan Boris. Meski Boris tidak bisa sepenuhnya mengontrol prosedur kepolisian, situasi di dalam penjara bisa saja berbeda. Semua karena di sana ada berbagai macam orang dan apa pun bisa terjadi.Lelaki itu mengerti ancaman tersebut dan segera bangkit untuk mengadang Boris. Karena tangannya diborgol, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai.Sambil mendongak, lelaki itu berkata, “Pak Boris, aku akan bicara, aku akan bicara. Meski aku nggak sempat melihat wajahnya secara jelas, aku merekam video saat dia memberikan instruksi. Dia memakai topi dan masker, berpakaian serba hitam. Mungkin kamu bisa menemukan petunjuk dari sini.”Boris berhenti sejenak dan menoleh sembari berkata, “Kamu tahu ko
Dia berkata dengan tenang, “Boris, aku mengerti apa yang kamu katakan, tapi menurutku, kalau ada yang mendukung Morrison Grup apalagi di saat genting seperti ini, itu lebih baik daripada nggak ada yang mendukung sama sekali, bukan?”“Tentu saja. Tapi sampai sekarang aku belum menemukan siapa sebenarnya dalang yang mengatur dukungan dari orang-orang dan perusahaan-perusahaan itu untuk Morrison Group,” suara lelaki itu terdengar jelas tetapi membuat Zola menggigit bibirnya secara refleks.Dengan suara pelan, dia bertanya, “Lalu menurutmu siapa yang paling mungkin?”Boris berpikir sejenak. “Sebenarnya siapa pun bisa saja, tapi nggak ada yang benar-benar terlihat jelas. Mengumpulkan begitu banyak orang dan perusahaan itu nggak mudah, tapi hanya ada sedikit orang yang mungkin mampu melakukannya.”“Di antara orang-orang yang kita kenal, nggak ada seorang pun yang bisa bertindak secara anonim seperti ini. Jadi, untuk sementara, aku belum tahu siapa pelakunya.”Zola mengangguk pelan, pandangan
Sikap Zola sangat tegas. Dia sedang memberi tahu Mahendra dengan cara ini untuk tidak mencampuri urusannya dengan dalih peduli dan berpura-pura demi kebaikannya. Lelaki itu sudah melampaui batas.Terutama akhir-akhir ini, kata-katanya membuat Zola merasa dia sudah tidak mengenali orang ini lagi. Terasa sangat asing hingga membatnya tidak nyaman.Keduanya saling menatap terdiam. Setelah hampir setengah menit, Zola akhirnya berkata, “Kalau nggak ada hal lain, aku mau pergi kerja dulu.” “Zola.” Mahendra langsung menahannya dengan berkata “Apakah kamu mencintainya sebegitu dalam?” Zola tidak menjawab dan hanya menatapnya dengan datar. Dia selalu berpikir Mahendra cukup mengenalnya sehingga tidak perlu bertanya banyak hal. Namun, sekarang terlihat jelas bahwa Mahendra sama sekali tidak mengerti dirinya. Lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkannya. Zola tetap diam, dan kebetulan ponsel Mahendra berdering. Dia mengambil ponselnya dan meliriknya sekilas. Matanya sedikit membes