“Nggak kenal.” Nenek menggelengkan kepalanya tanpa ragu-ragu.Boris langsung menjelaskan, “Bukan masalah apa-apa. Aku hanya pernah dengar Zola sebut nama itu saat lagi telepon. Aku khawatir dia ada masalah tapi nggak mau beritahu aku. Makanya aku coba tanya sama Nenek. Nenek juga tahu, kan. Kalau aku paksa dia, dia akan marah padaku lagi. Jangan beritahu dia kalau aku datang tanya soal ini sama Nenek, ya. Kalau nggak, dia ngambek lagi sama aku.”Boris mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Tentu saja, nenek Zola sama sekali tidak meragukannya. Sebaliknya, dia malah berkata, “Dia nggak punya banyak teman di Kota Jantera. Teman mainnya hanya itu-itu saja. Nggak ada tuh temannya yang bernama Gilang. Kalau kamu khawatirkan dia, gimana kalau aku coba tanya ke dia saat dia datang ke sini nanti?”“Nggak usah tanya, Nek. Aku suruh orang selidiki. Nenek anggap saja nggak tahu apa-apa.”“Ya sudah,” jawab sang nenek.Pada akhirnya, Boris tidak mendapatkan informasi apa pun dari nenek Zola. Ekspres
Hubungan mereka tampak hanya sekedar hubungan rekan kerja dan kerja sama, sesederhana itu. Tentu saja, Mahendra tidak tahu apa yang dipikirkan Zola. Dia menatap Zola, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi merasa ragu. Setelah ragu sejenak, dia pun berkata, “Zola, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Zola merasa terkejut. “Ada apa?”“Kamu mungkin nggak senang kalau aku katakan hal ini. Tapi aku nggak ingin sembunyikan dari kamu. Jadi setelah berpikir berulang kali, aku rasa lebih baik aku beritahu kamu.”Raut wajah Mahendra menjadi serius. Zola spontan mengerutkan kening. “Katakan saja,” ujar Zola.“Bibi yang merawat nenekmu itu kamu cari dari Kota Jantera, kan?”Zola mengangguk. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya hal ini?”“Suami bibi itu bernama Gilang. Akhir-akhir ini, orangnya Boris sedang ikuti dan selidiki dia.”“Orangnya Boris selidiki dia? Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Zola yang kini benar-benar terkejut.Mahendra justru berkata dengan sangat tenang, “Si Gilang ini teman lama sopir
Boris tidak segera membalas. Zola terus merasa gelisah. Semakin dia memikirkannya, semakin dia tidak bisa tenang. Akhirnya dia merapikan dokumennya dan pergi.Saat Zola meninggalkan kantor, dia harus melewati kantor Mahendra baru bisa meninggalkan perusahaan. Jadi Mahendra yang duduk di kursinya bisa melihat dengan jelas Zola keluar. Setengah menit kemudian, Mahendra memanggil sekretarisnya dan bertanya, “Bu Zola pergi?”“Iya, Pak. Bu Zola bilang dia ada urusan.”“Oh, ya sudah.”Mahendra mengibaskan tangan dan menyuruh sekretarisnya keluar. Kemudian, dia menutup pintu kantornya.Ponsel di tangan Mahendra masih tersambung dalam panggilan. Dia berkata dengan tenang, “Tunggu Boris taruh seluruh perhatiannya untuk jelaskan kepada Zola, proyek juga dapat dimulai.”“Kamu benar-benar sudah atur dengan baik? Yakin Boris nggak akan curiga sama kita?” Perempuan yang berada di ujung telepon lainnya bertanya dengan gusar.“Tentu saja. Sekarang kamu coba sering-sering hubungi dia. Sering-sering ung
Zola memang tidak menyukai Tyara, tapi itu hanya reaksi setelah Tyara memprovokasinya lebih dulu. Namun sebelum Zola menikah dengan Boris, dia sama sekali tidak memiliki dendam dengan Tyara. Lantas, untuk apa Zola melakukan hal itu pada Tyara?Namun, apa yang Boris lakukan membuat Zola merasa sangat marah. Boris boleh saja pilih kasih, lebih sayang pada Tyara. Boris juga boleh saja salah paham padanya. Namun, Boris tidak boleh salah paham pada nenek Zola karena Tyara.Boris memasang wajah muram dan berkata, “Masalah nggak seperti yang kamu bayangkan. Ada beberapa hal yang nggak bisa aku jelaskan padamu sekarang. Menurut hasil penyelidikanku, orang yang menyebabkan kecelakan setahun yang lalu memang suami bibi yang merawat Nenek. Namanya Gilang.”“Gimana kamu bisa yakin kalau Gilang pelakunya?”“Tyara yang bilang. Dia korbannya, jadi aku harus selidiki sampai jelas.”Zola tertawa sinis. “Jadi kamu percaya padanya, mengira semua yang dia katakan benar. Saat kamu tahu kalau istri Gilang a
Boris tidak ragu-ragu lagi. Dia menyuruh Jesse mengemudikan mobil. Kemudian, dia membawa Zola pergi ke lokasi konstruksi.Lokasi konstruksi telah dikerumuni orang. Banyak orang berkumpul di depan pintu gerbang. Karena ada media yang melakukan siaran langsung di lokasi kejadian, jadi Boris dan Zola memasuki lokasi melalui pintu belakang garasi.Setelah terjadi hal seperti ini, para pekerja sangat ketakutan. Polisi sudah mencari dan menyelamatkan orang-orang yang terluka. Jumlah orang yang terluka masih belum dapat dipastikan. Suasana sangat menegangkan. Zola melihat ke tempat yang penuh reruntuhan dan bergumam, “Kenapa bisa terjadi bangunan runtuh?”Jesse memanggil Wanto, Zola pun bertanya padanya, “Kenapa tiba-tiba terjadi bangunan runtuh? Akhir-akhir ini nggak turun hujan. Semua fasilitas dalam kondisi normal. Nggak mungkin terjadi bangunan runtuh.”“Aku juga berpikir seperti itu. Tapi barusan aku periksa batang baja di lantai yang runtuh dan menemukan kalau batang baja yang dipakai b
Boris berbicara sebentar dengan polisi. Saat muncul kejadian seperti ini, polisi menyarankan Boris mengajukan kasus untuk diselidiki. Hanya dengan cara itu pula, Morrison Group baru bisa terhindar dari masalah.Itu juga yang dipikirkan Boris. Dia berjalan menjauh dari polisi dan menelepon Tedy. “Yandi sekarang lagi di mana? Suruh dia kembali ke Kota Binru hari ini juga untuk bantu aku tangani kejadian bangunan runtuh di perusahaanku,” kata Boris ketika Tedy mengangkat telepon.Insiden bangunan runtuh telah menimbulkan kegemparan besar di dunia maya. Tedy juga mengetahui hal itu. “Ada keributan besar di internet. Kalian nggak ada rencana mau atasi itu?”“Sekarang semua orang sudah tahu. Sekalipun semua artikel bisa dihapus, memangnya bisa hapus ingatan semua orang? Cara itu nggak hanya nggak akan berhasil, justru akan buat orang lain merasa kami bersalah dan ketakutan.”Karena berita sudah tersebar luas, maka semuanya harus ditangani secara terbuka. Tedy pun tidak banyak tanya lagi. Dia
Wajah Boris menjadi sangat muram setelah mendengar pertanyaan Zola. “Jadi kamu yakin setiap batch sudah diperiksa dengan teliti?” tanya Boris.“Aku yakin.” Zola menatap Boris dengan tegas. “Supplier juga harus selidiki secepat mungkin. Masalah ini sudah menjadi masalah yang sangat besar. Jika Morrison Group dituding telah menggunakan batang baja di bawah standar, maka semua properti dan bangunan Morrison Group akan dipertanyakan. Ini bukan hanya masalah yang akan berdampak pada Morrison Group. Masalah ini benar-benar bisa mendorong Morrison Group ke dalam kehancuran.”Tentu saja Boris juga memahami hal tersebut. Justru karena dia tahu, makanya dia tetap tenang dan berusaha mencegah masalah menjadi kian besar. Dia akan berkomunikasi dengan pihak korban dan menyelidiki apakah kejadian ini merupakan kecelakaan atau perbuatan yang disengaja.Boris berjalan ke arah Zola dan menatapnya dengan serius. “Apakah kejadian ini akan mendatangkan masalah bagi Morrison Group?” tanya Zola.“Kita lihat
Namun, begitu beritanya keluar, berita tersebut langsung menimbulkan kegemparan besar. Baik mereka yang telah membeli properti Morrison Group atau hanya tukang komentar di dunia maya, mereka semua menuntut Morrison Group untuk memberikan ganti rugi. Bahkan ada beberapa yang sengaja membuat kepanikan dan asumsi lain.“Aku pemilik properti yang dibeli dari Morrison Group. Ada retakan di balkonku. Jangan-jangan juga karena penggunaan batang baja yang nggak memenuhi syarat?”“Morrison Group harus beri penjelasan!”“Morrison Group sama saja dengan melakukan penipuan. Ini terlalu nggak adil bagi kami semua. Semoga departemen terkait bisa bantu tegakkan keadilan untuk kami.”“.…”“Selidiki Morrison Group!”Berbagai komentar muncul di kolom komentar. Langit di luar sudah gelap. Namun, Boris masih duduk di kantornya sambil menghisap rokok. Wajah tampannya sedingin es.Sejak kembali ke perusahaan pada sore hari, Boris belum meninggalkan kantornya. Dia tetap diam. Jesse membawakan makan malam unt