Hubungan mereka tampak hanya sekedar hubungan rekan kerja dan kerja sama, sesederhana itu. Tentu saja, Mahendra tidak tahu apa yang dipikirkan Zola. Dia menatap Zola, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi merasa ragu. Setelah ragu sejenak, dia pun berkata, “Zola, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Zola merasa terkejut. “Ada apa?”“Kamu mungkin nggak senang kalau aku katakan hal ini. Tapi aku nggak ingin sembunyikan dari kamu. Jadi setelah berpikir berulang kali, aku rasa lebih baik aku beritahu kamu.”Raut wajah Mahendra menjadi serius. Zola spontan mengerutkan kening. “Katakan saja,” ujar Zola.“Bibi yang merawat nenekmu itu kamu cari dari Kota Jantera, kan?”Zola mengangguk. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya hal ini?”“Suami bibi itu bernama Gilang. Akhir-akhir ini, orangnya Boris sedang ikuti dan selidiki dia.”“Orangnya Boris selidiki dia? Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Zola yang kini benar-benar terkejut.Mahendra justru berkata dengan sangat tenang, “Si Gilang ini teman lama sopir
Boris tidak segera membalas. Zola terus merasa gelisah. Semakin dia memikirkannya, semakin dia tidak bisa tenang. Akhirnya dia merapikan dokumennya dan pergi.Saat Zola meninggalkan kantor, dia harus melewati kantor Mahendra baru bisa meninggalkan perusahaan. Jadi Mahendra yang duduk di kursinya bisa melihat dengan jelas Zola keluar. Setengah menit kemudian, Mahendra memanggil sekretarisnya dan bertanya, “Bu Zola pergi?”“Iya, Pak. Bu Zola bilang dia ada urusan.”“Oh, ya sudah.”Mahendra mengibaskan tangan dan menyuruh sekretarisnya keluar. Kemudian, dia menutup pintu kantornya.Ponsel di tangan Mahendra masih tersambung dalam panggilan. Dia berkata dengan tenang, “Tunggu Boris taruh seluruh perhatiannya untuk jelaskan kepada Zola, proyek juga dapat dimulai.”“Kamu benar-benar sudah atur dengan baik? Yakin Boris nggak akan curiga sama kita?” Perempuan yang berada di ujung telepon lainnya bertanya dengan gusar.“Tentu saja. Sekarang kamu coba sering-sering hubungi dia. Sering-sering ung
Zola memang tidak menyukai Tyara, tapi itu hanya reaksi setelah Tyara memprovokasinya lebih dulu. Namun sebelum Zola menikah dengan Boris, dia sama sekali tidak memiliki dendam dengan Tyara. Lantas, untuk apa Zola melakukan hal itu pada Tyara?Namun, apa yang Boris lakukan membuat Zola merasa sangat marah. Boris boleh saja pilih kasih, lebih sayang pada Tyara. Boris juga boleh saja salah paham padanya. Namun, Boris tidak boleh salah paham pada nenek Zola karena Tyara.Boris memasang wajah muram dan berkata, “Masalah nggak seperti yang kamu bayangkan. Ada beberapa hal yang nggak bisa aku jelaskan padamu sekarang. Menurut hasil penyelidikanku, orang yang menyebabkan kecelakan setahun yang lalu memang suami bibi yang merawat Nenek. Namanya Gilang.”“Gimana kamu bisa yakin kalau Gilang pelakunya?”“Tyara yang bilang. Dia korbannya, jadi aku harus selidiki sampai jelas.”Zola tertawa sinis. “Jadi kamu percaya padanya, mengira semua yang dia katakan benar. Saat kamu tahu kalau istri Gilang a
Boris tidak ragu-ragu lagi. Dia menyuruh Jesse mengemudikan mobil. Kemudian, dia membawa Zola pergi ke lokasi konstruksi.Lokasi konstruksi telah dikerumuni orang. Banyak orang berkumpul di depan pintu gerbang. Karena ada media yang melakukan siaran langsung di lokasi kejadian, jadi Boris dan Zola memasuki lokasi melalui pintu belakang garasi.Setelah terjadi hal seperti ini, para pekerja sangat ketakutan. Polisi sudah mencari dan menyelamatkan orang-orang yang terluka. Jumlah orang yang terluka masih belum dapat dipastikan. Suasana sangat menegangkan. Zola melihat ke tempat yang penuh reruntuhan dan bergumam, “Kenapa bisa terjadi bangunan runtuh?”Jesse memanggil Wanto, Zola pun bertanya padanya, “Kenapa tiba-tiba terjadi bangunan runtuh? Akhir-akhir ini nggak turun hujan. Semua fasilitas dalam kondisi normal. Nggak mungkin terjadi bangunan runtuh.”“Aku juga berpikir seperti itu. Tapi barusan aku periksa batang baja di lantai yang runtuh dan menemukan kalau batang baja yang dipakai b
Boris berbicara sebentar dengan polisi. Saat muncul kejadian seperti ini, polisi menyarankan Boris mengajukan kasus untuk diselidiki. Hanya dengan cara itu pula, Morrison Group baru bisa terhindar dari masalah.Itu juga yang dipikirkan Boris. Dia berjalan menjauh dari polisi dan menelepon Tedy. “Yandi sekarang lagi di mana? Suruh dia kembali ke Kota Binru hari ini juga untuk bantu aku tangani kejadian bangunan runtuh di perusahaanku,” kata Boris ketika Tedy mengangkat telepon.Insiden bangunan runtuh telah menimbulkan kegemparan besar di dunia maya. Tedy juga mengetahui hal itu. “Ada keributan besar di internet. Kalian nggak ada rencana mau atasi itu?”“Sekarang semua orang sudah tahu. Sekalipun semua artikel bisa dihapus, memangnya bisa hapus ingatan semua orang? Cara itu nggak hanya nggak akan berhasil, justru akan buat orang lain merasa kami bersalah dan ketakutan.”Karena berita sudah tersebar luas, maka semuanya harus ditangani secara terbuka. Tedy pun tidak banyak tanya lagi. Dia
Wajah Boris menjadi sangat muram setelah mendengar pertanyaan Zola. “Jadi kamu yakin setiap batch sudah diperiksa dengan teliti?” tanya Boris.“Aku yakin.” Zola menatap Boris dengan tegas. “Supplier juga harus selidiki secepat mungkin. Masalah ini sudah menjadi masalah yang sangat besar. Jika Morrison Group dituding telah menggunakan batang baja di bawah standar, maka semua properti dan bangunan Morrison Group akan dipertanyakan. Ini bukan hanya masalah yang akan berdampak pada Morrison Group. Masalah ini benar-benar bisa mendorong Morrison Group ke dalam kehancuran.”Tentu saja Boris juga memahami hal tersebut. Justru karena dia tahu, makanya dia tetap tenang dan berusaha mencegah masalah menjadi kian besar. Dia akan berkomunikasi dengan pihak korban dan menyelidiki apakah kejadian ini merupakan kecelakaan atau perbuatan yang disengaja.Boris berjalan ke arah Zola dan menatapnya dengan serius. “Apakah kejadian ini akan mendatangkan masalah bagi Morrison Group?” tanya Zola.“Kita lihat
Namun, begitu beritanya keluar, berita tersebut langsung menimbulkan kegemparan besar. Baik mereka yang telah membeli properti Morrison Group atau hanya tukang komentar di dunia maya, mereka semua menuntut Morrison Group untuk memberikan ganti rugi. Bahkan ada beberapa yang sengaja membuat kepanikan dan asumsi lain.“Aku pemilik properti yang dibeli dari Morrison Group. Ada retakan di balkonku. Jangan-jangan juga karena penggunaan batang baja yang nggak memenuhi syarat?”“Morrison Group harus beri penjelasan!”“Morrison Group sama saja dengan melakukan penipuan. Ini terlalu nggak adil bagi kami semua. Semoga departemen terkait bisa bantu tegakkan keadilan untuk kami.”“.…”“Selidiki Morrison Group!”Berbagai komentar muncul di kolom komentar. Langit di luar sudah gelap. Namun, Boris masih duduk di kantornya sambil menghisap rokok. Wajah tampannya sedingin es.Sejak kembali ke perusahaan pada sore hari, Boris belum meninggalkan kantornya. Dia tetap diam. Jesse membawakan makan malam unt
Boris melengkungkan bibirnya dan tersenyum, matanya juga seakan ikut tersenyum. “Kamu mengkhawatirkan aku?” tanyanya dengan suara pelan.Zola mengerutkan kening dan menatap Boris dengan serius. Namun, Boris malah memeluk pinggang Zola. Meskipun pria itu mengerutkan alisnya sedikit, bibirnya tetap melengkung, membentuk seulas senyum di sana.“Aku nggak yakin. Aku nggak bisa kendalikan opini publik. Terutama di saat seperti ini Morrison Group memang dalam kondisi pasif. Hanya dengan mengeluarkan bukti nyata kalau itu nggak ada hubungannya dengan Morrison Group baru bisa menutup mulut mereka.”Wajah Zola tampak muram. “Kamu nggak sembunyikan apa pun dariku, kan?”“Menurutmu apa yang bisa aku sembunyikan darimu?”“Aku nggak tahu. Kalau aku tahu, aku nggak akan tanya sama kamu,” tukas Zola.Raut wajah Zola datar. Kedua matanya terus menatap Boris tanpa berkedip. Boris membalas tatapannya sambil tersenyum tipis, “Aku benar-benar nggak sembunyikan apa pun dari kamu. Kejadian ini terlalu menda
Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele
“Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol
Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam
Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali
Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t
Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya
“Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di
Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid
Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum