Mahendra terdiam dan balik bertanya, “Kenapa?”Zola menatapnya dan bertanya dengan tenang, “Nggak apa-apa, hanya penasaran kenapa kamu ada topi seperti itu?”“Audy yang beli dan memintaku untuk pakai. Karena nggak mau dia marah, makanya aku letakkan di mobil. Apakah ada masalah dengan topi ini?” tanya Mahendra sambil menatap Zola.Perempuan itu tersenyum kecil dan menjawab, “Nggak ada masalah, hanya merasa nggak cocok denganmu makanya penasaran.”“Aku juga merasa nggak cocok,” ujar Mahendra menimpali.Mendadak suasana menjadi hening sejenak. Mahendra langsung mencari topik berkata, “Zola, kalau waktu kamu bawa ini pulang dan dia tanya, kamu bilang saja beli di internet. Kalau nggak, dia akan mempersulit kamu.”Zola mengerti maksudnya dan hanya tersenyum tipis dan berkata, “Nggak apa-apa, ini niat baikmu. Kenapa harus cari alasan yang nggak jujur?”“Aku hanya takut dia mempersulitmu.”“Nggak akan.”“Iya, kalau begitu kamu kembali saja, waktunya sudah larut. Aku juga masih harus menemani
Hari ini adalah waktu pemeriksaan nenek. Sudah dijadwalkan lebih dari seminggu yang lalu. Sebenarnya, pemeriksaan ini harus dilakukan beberapa setelah keluarga Leonarto tertimpa masalah. Namun, karena Dokter Guntur ada urusan, jadi tertunda.Boris menemnainya ke rumah sakit. Sepanjang proses pemeriksaan dilakukan langsung oleh Dokter Guntur. Mereka menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk proses pemeriksaan. Setelah selesai, Nenek terlihat kelelahan.Dokter Guntur mengatur seorang perawat untuk membawa Nenek ke ruang kerjanya beristirahat. Kemudian dia dan Boris menuju balkon di luar pemeriksaan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Boris.“Nggak terlalu baik. Di bagian jantung ada masalah dan sangat parah. Kalau ingin dikontrol, perlu operasi transplantasi, tapi risiko operasi sangat besar. Bahkan kalau berhasil, reaksi setelah operasi akan berisiko juga karena usianya sudah tua.”Guntur mengatakannya dengan serius, artinya kondisinya memang sangat parah. Boris terdiam seketika.“Boris,
Namun Nenek tetap bersikeras tidak ingin memberitahu Zola. Hingga akhirnya mau tidak mau Boris menyetujuinya. Akan tetapi, bukan sepenuhnya karena Zola sedang hamil, melainkan karena Guntur bilang usia Nenek sudah terlalu tua untuk operasi dan dikhawatirkan tidak sanggup.Selesai Boris berbincang dengan Nenek, dia langsung meninggalkan rumah sakit.Setelah mereka berdua pergi, seorang wanita cantik muncul dari balik koridor paviliun taman dengan mengenakan kacamata hitam dan topi. Dia tersenyum dan mata yang ada di balik kacamata hitamnya terlihat penuh rencana.Dia datang ke rumah sakit hanya untuk mempertahankan citra sebagai anak yang berbakti saja. Namun, ternyata dia bisa menemukan sesuatu yang tidak terduga. Jadi dia memutuskan untuk langsung pergi.Begitu Zola tiba di kantor, dia meminta Caca, Bobi dan Davin masuk ke ruangannya. Mereka berempat sudah sibuk membahas sketsa dari pagi. Dengan adanya bantuan dari ketiga orang tersebut, banyak hal detail yang langsung ditemukan. Zola
Dia terdiam dengan bola mata yang terlihat kosong. Meski ucapan Tyara tidak bisa sepenuhnya dipercaya, tadi pagi Boris lebih awal ke kantor dan neneknya juga sedang tidur. kedua peristiwa itu terlalu kebetulan, bukan?Zola menggigit bibirnya sambil bangkit berdiri. Dia memberitahu Caca mengenai pekerjaan siang ini kemudian langsung berangkat menuju Morrison Group. Mengenai masalah neneknya, dia harus cari tahu dengan jelas agar bisa tenang.Mengenai tentang apa yang dikatakan Tyara, tentang dia mengabaikan neneknya demi anak di dalam perutnya, tentu saja tidak mungkin. Dia pasti tidak akan melakukan hal seperti itu. Zola tiba di Morrison Group dan Boris juga langsung tahu perempuan itu datang. Oleh karena itu, begitu Zola masuk ruangan, dia bisa menemukan Boris di meja kerjanya.Dia melihat Zola dan bertanya dengan suara rendah, “Kenapa kamu datang ke sini di waktu seperti ini?”Belakangan ini mereka jarang sekali berinteraksi. Sekarang Zola tiba-tiba ke kantor untuk mencarinya seharus
Sambil bersandar di pelukan hangat lelaki itu, hati yang tadinya gelisah mulai merasa sedikit tenang. Dia mengangguk pelan sambil berkata, "Iya."Suasana perlahan menjadi sunyi, dan keduanya tetap berpelukan.Setelah itu, Boris menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan membawa Zola ke rumah sakit untuk bertemu dengan Guntur. Dokter tersebut menjelaskan semua risiko dan konsekuensinya pada Zola.Jika masih menggunakan pengobatan biasa, maka tidak akan bertahan lama. Namun, jika operasi maka ada risiko besar dan komplikasi. Namun, jika berhasil maka hasilnya akan baik.Zola memilih opsi kedua. Seperti yang dia katakan, dia tidak ingin melepaskan setiap harapan sekecil apa pun. Selanjutnya, mereka harus meyakinkan Nenek untuk dirawat di rumah sakit untuk mempersiapkan operasi transplantasi.Setelah malam tiba di rumah, keduanya ke rumah Nenek. Melihat mereka berdua muncul secara bersamaan dengan wajah serius, Nenek langsung mengerti bahwa Zola sudah mengetahuinya.Ketika Zola mengungkapka
Zola terkejut seketika.“Nenek nggak bilang sama kamu karena khawatir kamu akan ada pikiran. Kalau kamu berpikir seperti itu, dia juga nggak tenang untuk operasi. Jadi, jangan merasa bersalah, ya?”Zola merasa sedikit tenang karena Boris yang menenangkannya. Seharusnya dia memandang ke depan, bagaimanapun juga Nenek sudah setuju untuk operasi, bukan?Setelah dipikirkan lagi, Zola juga merasa perasaannya sedikit lega. Setelah selesai bekerja, dia akan mengosongkan waktu untuk menemani Nenek di rumah sakit. Setelah itu Boris akan menjemputnya kembali ke apartemen.Hari ini Zola juga ke rumah sakit begitu pulang dari kantor. Dia sudah janjian dengan Boris sebelumnya.“Kita makan malam bersama, ya? Aku ingin makan makanan Restoran Yirna.”Boris setuju dan mereka berjanjian pukul enam sore lelaki itu akan menjemputnya di rumah sakit. Namun, Tyara tiba di Morrison Group pukul setengah lima dan merusak jadwal lelaki itu. Dia bilang dengan Jesse ingin bertemu Boris. Setelah mendapat izin, Jess
Setelah Tyara selesai mengatakannya, Boris baru mengerti maksud perempuan itu yang sebenarnya. Tyara merasa di tangannya ada Kartu As?Boris menatapnya dengan dingin sambil mendengus sinis dan berkata, “Tyara, kamu merasa aku bisa menyetujuimu?”Tyara sedikit ragu karena dia juga tidak begitu yakin. Perempuan itu mengatupkan mulutnya tanpa berani menatap mata Boris. Dia hanya bisa berusaha tenang sambil menatapnya dan berkata,“Boris, bukannya kamu nggak mau lihat Zola sedih, ‘kan? Kalau kamu setuju, berarti itu akhir yang baik. Kamu juga pernah janji mau menikahiku, kamu yang lebih dulu melanggar janji.”“Melanggar janji?” Boris terkekeh dingin dan berkata, “Lalu ada apa dengan kontrak yang kamu tandatangani?”Tyara terdiam dan berkata dengan pelan, “Aku mengakui kalau perjanjian itu aku yang tandatangani. Aku juga sudah menerimanya. Tapi sekarang kalau kamu mau neneknya Zola segera melakukan operasi transplantasi, kamu harus menyetujui permintaanku.”“Cih! Kamu merasa aku akan mengab
Zola mengerutkan kening dan sedikit mengendus sambil bertanya, “Kamu ke rumah sakit?”Boris tersentak karena tidak menyangka Zola sangat peka.“Kamu pasang kamera pengintai di tubuhku?”“Itu karena bau antiseptik di tubuhmu terlalu kuat.”“Kamu hewan ya?” Boris meraih wajah perempuan itu dan menatapnya dengan lekat dan dalam. Jakun lelaki itu refleks bergerak naik turun.“Kamu yang hewan.”“Iya, benar. Jadi kamu juga?”“Minggir, pergi mandi. Bau sekali.”“Cih!” Dia menatapnya dengan lembut, senyumnya menyebar di sudut bibir dan tubuhnya dengan sengaja mendekat. Dia menghirup aroma khasnya dan makin lama makin mendekat dan kemudian langsung memeluk pinggang perempuan itu.Dia berbicara dengan suara serak, “Kamu sudah mulai membenciku sekarang? Apa kamu harus sekejam itu?”“Kamu lepaskan aku dulu.”“Peluk saja nggak boleh? Pelit sekali.”“Boris!”“Hadir!” Suara Zola terdengar tegas, tetapi Boris terdengar lembut. Mendadak Zola tidak tahu harus berbuat apa. Apa yang terjadi dengan lelaki