Hans segera berlari mendekat, lalu memeluk sang ibu untuk menenangkannya."Bu, jangan takut. Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."Shelvi menggelengkan kepalanya dengan putus asa dan mulai menggila. Dia terus-menerus bergumam, "Dia mau membunuh anakku. Cepat selamatkan anakku! Jangan sampai dia membunuhnya, anakku masih sangat kecil."Melihat kondisi Shelvi yang seperti ini, hati Yogi terasa pedih tanpa alasan yang jelas.Yogi kemudian menendang lutut Vina seraya menghardik, "Kamu cari mati, ya?"Vina pun terhuyung mundur beberapa langkah dan terjatuh dalam kursi roda.Vina tengah fokus menatap wajah Shelvi. Mengingat apa yang baru saja Shelvi katakan, membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Yogi, kamu tega memukulku demi wanita lain. Apa kamu masih punya hati? Meskipun salah, aku sudah melahirkan anakmu, 'kan? Kamu nggak boleh sekejam ini padaku."Yogi begitu marah sehingga urat di dahinya sangat menonjol.Setibanya di lantai kamar pasien VIP, dia menemani Shelvi dan
Rasanya begitu menyakitkan hingga membuatnya lupa untuk bernapas.Dia mengernyit seraya menatap Shelvi, kemudian berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakitinya."Setelah merasa yakin, Shelvi akhirnya melepaskan tangan Yogi.Suasana hatinya pun perlahan-lahan membaik.Hans kemudian memeluknya dengan sorot misterius dalam matanya.Melihat hal ini, kedua tangan Wano meremas selimut dengan erat.Dia bahkan bisa membayangkan bahwa Hans dan sang ibu pasti telah diburu berkali-kali.Selain itu, dia mampu menebak bahwa Vina adalah dalang dibalik semuanya.Karena itulah, Shelvi langsung bereaksi panik ketika melihatnya.Jantung Wano berdebar kencang sekali.Yogi menatap Hans dan berkata lirih, "Apa aku perlu memanggil psikolog?"Hans menggeleng, "Nggak perlu, emosinya mulai mereda. Setiap kali mendapat serangan, tubuhnya akan kelelahan dan butuh waktu yang lama untuk kembali pulih."Yuna segera membujuk Shelvi seraya berkata, "Tante, ayo berbaringlah s
Wano bukanlah sedang bertanya, melainkan mengungkapkan pernyataan dengan jelas.Tatapan dalamnya itu terfokus sepenuhnya pada Hans.Suasana di ruangan itu menjadi sangat hening. Mereka bahkan mampu mendengar suara napas satu sama lain.Beberapa saat kemudian, barulah terdengar kekehan Hans, "Sejak kapan kamu menyadarinya?"Kalimat itu terasa menghantam dada Wano.Tiba-tiba saja muncul seorang saudara laki-laki yang sedarah dengannya di dunia ini. Entah bagaimana dia harus menggambarkan perasaannya saat ini.Dia tetap merasa curiga pada Hans, sebagian karena misteri di balik asal-usulnya, lalu sebagian lagi karena perasaannya terhadap Yuna.Dia telah memikirkan banyak kemungkinan, tetapi tidak pernah terpikirkan bahwa Hans adalah saudara tiri dari ibu yang berbeda.Wano terdiam beberapa saat sebelum akhirnya angkat bicara."Kapan aku menyadarinya itu nggak penting. Yang jelas, kamu sudah tahu fakta ini sejak dulu. Kamu juga curiga kalau Vina adalah orang yang mencoba membunuh ibumu, jad
Wano tersenyum tipis, "Sayang sekali, kamu pasti kecewa. Aku sudah mengenal Yuna bahkan sebelum dia lahir. Dia sudah jadi calon istriku sejak kecil, jadi kamu nggak akan pernah bisa menandinginya."Dia mengatakannya dengan begitu bangga, namun langsung menyesalinya sesaat kemudian.Melihat keterkejutan Yuna, dia sangat menyesal hingga ingin menggigit lidahnya sendiri.Yuna menatapnya dengan bingung, "Bukankah itu kamu dan Qirana? Maksudnya, seharusnya anak yang hilang dari Keluarga Saradan. Bagaimana mungkin itu aku?"Melihat kecurigaannya, Wano buru-buru mengalihkan perhatiannya dengan mencubit hidung mungilnya sambil terkekeh, "Istriku ini memang bodoh, kamu malah membongkar kebohonganku padanya. Kamu sekongkol sama dia, ya?"Tanpa banyak memikirkannya, Yuna menengadah menatap Wano, "Jadi, bagaimana sekarang? Apa kita harus memberitahu Paman Yogi dan Tante Shelvi?"Hans adalah yang pertama kali menentang, "Sebelum semuanya jelas, aku nggak mau mereka sampai tahu. Aku nggak mau menamb
Mendengar kata-kata itu, Hans langsung menolak tanpa banyak berpikir."Aku nggak setuju! Apa Paman nggak merasa kalau itu nggak pantas? Kamu punya istri dan anak, ibuku jadi kelihatan seperti orang ketiga, 'kan? Dia dulunya terluka gara-gara hal semacam ini sampai akhirnya menderita begini. Aku lebih memilih dia tetap seperti ini daripada harus dirawatmu."Yogi menatapnya dengan tegas, "Pernikahanku dan Vina sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu. Kami juga hidup terpisah selama lebih dari dua puluh tahun, jadi sudah bisa memenuhi syarat perceraian. Hanya saja, aku merasa masih punya utang padanya karena dia sudah menyelamatkan nyawa ibuku. Karena itu aku terus menundanya."Dia kemudian memandang Yuna, "Yuna, aku mau bercerai dengan Vina, tolong bantu aku agar memenangkan persidangan ini."Yuna terlihat ragu, "Paman Yogi, memenangkan persidangan ini sebenarnya nggak susah, apalagi setelah apa yang Vina lakukan kali ini. Tapi, apa Paman yakin kalau langkah ini akan berdampak baik pada
Kemudian, dia juga memakai masker wajahnya dan meninggalkan tempat itu.Dia membuka pintu kamar Shelvi diam-diam.Melihat wajah Shelvi yang cantik merona, rasa cemburunya membuat Vina hampir menggila.Mengapa dia tak mati terbakar dalam kebakaran itu? Mengapa dia justru memiliki wajah baru yang begitu cantik?Meskipun dia kehilangan ingatannya dan penampilannya berubah, orang yang Yogi sukai tetaplah dia.Vina merasa sangat kesal dengan semua ini.Dia berjalan mendekati tempat tidur Shelvi perlahan-lahan, lalu mengeluarkan sebilah pisau bedah dari sakunya.Dengan sekali sayat, wanita ini pasti tidak akan pernah mengganggu Yogi lagi.Sembari mengatupkan giginya dengan kuat, dia menusuk perut Shelvi dua kali dengan penuh kebencian.Darah segar mengalir seketika dari tubuhnya.Vina terkejut dan mundur beberapa langkah, sorot matanya tampak panik sekaligus begitu puas.Vina tak tahan untuk mengutuknya, "Dasar jalang, sekalipun kamu lolos dari kebakaran itu. Kamu akan mati di tanganku sekar
Hans segera berteriak ke arah pintu, "Dokter tolong ibuku!"Dokter bergegas mendorong Shelvi menuju ruang operasi.Vina terduduk di lantai sambil tersenyum jahat, "Jalang! Sia-sia aku membiarkanmu hidup lebih dari 20 tahun, aku sudah terlalu bermurah hati denganmu."Tubuh Yogi terpaku melihat Shelvi terluka.Jantung Yogi seperti berhenti berdetak saat itu juga.Rasa sakit hati yang menyayat, membuat Yogi tidak bisa menahan air matanya hingga jatuh tidak terkendali di pipinya.Yogi tidak pernah setakut ini sebelumnya, bahkan ketika Wano terluka, dia tetap bisa mempertahankan ketenangannya.Namun saat ini Yogi merasa sangat kacau.Yogi bahkan merasa seperti dirinya sedang kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupnya.Kenapa Yogi bisa punya perasaan itu?Apa hubungan Yogi dan Shelvi di masa lalu?Tepat di saat Yogi merasa dirinya akan ambruk, dia mendengar tawa Vina.Muncul tatapan kebencian di mata Yogi sehingga dia bergegas menghampiri Vina, lalu mencekik leher wanita itu.Yogi
Yuna tersenyum lalu berkata, "Kamu harus kuat, tante Shelvi masih butuh kamu untuk merawatnya.""Aku tahu."Setengah jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.Dokter berjalan dengan ekspresi serius lalu berkata, "Hati pasien terluka parah dan harus segera melakukan operasi transplantasi hati. Kami sudah menghubungi semua rumah sakit donor hati, tapi nggak menemukan hati yang cocok dengan golongan darahnya. Pihak keluarga harus segera melakukan tes kecocokan."Hans mengepalkan tangannya mendengar kabar itu.Suara Hans bergetar, "Baiklah, aku akan segera melakukan pemeriksaan."Yogi juga berkata, "Aku ikut, dan aku akan meminta beberapa orang datang."Yogi segera memencet nomor di ponselnya.Beberapa orang datang dengan cepat dan melakukan tes kecocokan.Setelah beberapa jam, hasil tes pun keluar.Hans bergegas menghampiri dan bertanya, "Bagaimana? Apa ada yang cocok?"Dokter melihat dengan serius dan berkata, "Hanya hati Anda yang cocok, tapi golongan darah Anda nggak cocok dengan pasi
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper