Hans segera berteriak ke arah pintu, "Dokter tolong ibuku!"Dokter bergegas mendorong Shelvi menuju ruang operasi.Vina terduduk di lantai sambil tersenyum jahat, "Jalang! Sia-sia aku membiarkanmu hidup lebih dari 20 tahun, aku sudah terlalu bermurah hati denganmu."Tubuh Yogi terpaku melihat Shelvi terluka.Jantung Yogi seperti berhenti berdetak saat itu juga.Rasa sakit hati yang menyayat, membuat Yogi tidak bisa menahan air matanya hingga jatuh tidak terkendali di pipinya.Yogi tidak pernah setakut ini sebelumnya, bahkan ketika Wano terluka, dia tetap bisa mempertahankan ketenangannya.Namun saat ini Yogi merasa sangat kacau.Yogi bahkan merasa seperti dirinya sedang kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupnya.Kenapa Yogi bisa punya perasaan itu?Apa hubungan Yogi dan Shelvi di masa lalu?Tepat di saat Yogi merasa dirinya akan ambruk, dia mendengar tawa Vina.Muncul tatapan kebencian di mata Yogi sehingga dia bergegas menghampiri Vina, lalu mencekik leher wanita itu.Yogi
Yuna tersenyum lalu berkata, "Kamu harus kuat, tante Shelvi masih butuh kamu untuk merawatnya.""Aku tahu."Setengah jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.Dokter berjalan dengan ekspresi serius lalu berkata, "Hati pasien terluka parah dan harus segera melakukan operasi transplantasi hati. Kami sudah menghubungi semua rumah sakit donor hati, tapi nggak menemukan hati yang cocok dengan golongan darahnya. Pihak keluarga harus segera melakukan tes kecocokan."Hans mengepalkan tangannya mendengar kabar itu.Suara Hans bergetar, "Baiklah, aku akan segera melakukan pemeriksaan."Yogi juga berkata, "Aku ikut, dan aku akan meminta beberapa orang datang."Yogi segera memencet nomor di ponselnya.Beberapa orang datang dengan cepat dan melakukan tes kecocokan.Setelah beberapa jam, hasil tes pun keluar.Hans bergegas menghampiri dan bertanya, "Bagaimana? Apa ada yang cocok?"Dokter melihat dengan serius dan berkata, "Hanya hati Anda yang cocok, tapi golongan darah Anda nggak cocok dengan pasi
Ketegangan Hans seketika melonggar mendengar kabar dokter itu, dengan semangat dia bertanya, "Siapa?""Pak Wano, langka sekali. Hati milik pak Wano sangat cocok dengan hati ibumu, dan golongan darah mereka juga sama. Sekarang Anda bisa tenang karena operasinya berjalan lancar."Hans mengerutkan keningnya dan bertanya dengan cemas, "Tapi bukannya tubuh Wano baru saja menderita luka bakar dan masih belum pulih? Apa dia bisa menanggungnya?"Dokter menepuk pundak Hans menenangkannya dan berkata, "Jangan khawatir, nggak ada masalah. Pak Wano yang minta saya menyampaikannya pada Anda, dia bilang nggak masalah dia sedikit menderita selama bisa menyelamatkan ibu Anda. Saya akan segera menyiapkan operasinya, mohon menunggu di luar."Wano dengan cepat didorong ke ruang operasi.Karena takut terjadi kebocoran informasi selama operasi, Wano menggunakan nama palsu dan perban yang menutupi sekitar kepalanya.Hanya dokter yang hadir yang tahu.Dua jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.Wajah dokt
Membiarkan Vina sendirian hidup ataupun mati di tempat itu.Vina tidak bisa terus seperti ini.Tiba-tiba Vina merasakan sesuatu mengenai kepalanya.Dengan penasaran Vina mendongakkan kepala dan melihat seorang wanita, sedang menumpahkan sesuatu di kepalanya dari baskom yang dipegangnya.Vina yang selalu diperlakukan dengan hormat dan dimanjakan, tidak pernah mengalami perlakuan seperti ini sebelumnya.Vina segera berdiri dan bergegas menghampiri wanita itu.Dengan menggertakkan giginya, Vina berkata, "Apa yang kamu tumpahkan di kepalaku?"Wanita itu tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Coba cium baunya, kamu pasti tahu."Vina mengendusnya dan bisa mencium bau yang sangat tidak enak.Dalam sekejap Vina tahu cairan apa itu.Vina begitu murka hingga mengangkat tangannya untuk memukul wanita itu.Tapi seseorang menahan tangan Vina yang sudah di udara, kemudian terdengar sebuah suara benturan keras dari kepalanya.Sebuah kursi membentur kepala Vina hingga membuatnya merasa sangat pusing.Se
Ketika Shelvi tersadar, yang pertama kali dia lihat adalah Yogi.Yogi sedang duduk di kursi samping ranjang sambil mengurus dokumen-dokumen.Kerutan di alis Yogi dan tulisan tanda-tangannya yang tegas, membawa gambaran aneh di benak Shelvi.Shelvi melihat seorang wanita meletakkan dagunya di tangannya, dan tersenyum ke arah seorang pria.Ekspresi pria itu persis seperti saat ini, dan tulisan tangannya juga serupa.Entah sudah berapa lama, hingga pria itu tiba-tiba mengangkat pandangannya lalu menatap wanita itu dengan tatapan yang dalam, kelembutan muncul diantara alisnya.Pria itu menoel lembut hidung wanita itu dengan tangan besarnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Kemarilah."Si wanita berdiri dari kursi di seberangnya dengan bahagia, lalu melempar dirinya ke dalam pelukan Yogi.Jemari panjang dan ramping wanita itu mengusap lembut tahi lalat di jakun sang pria, suaranya terdengar lembut dan halus, "Yogi, ayo kita punya anak."Yogi menunduk lalu mengecup mata wanita itu, dengan sua
Ucapan Yogi seperti jarum yang menusuk dalam di hati Shelvi.Kalau Hans benar-benar anak Yogi, maka Shelvi dan pria itu benar-benar sudah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan di belakang Vina.Shelvi segera menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Nggak mungkin, Hans bukan anakmu!"Yogi segera menenangkan Shelvi dengan lembut, "Jangan terlalu bersemangat, aku cuma ngomong aja, aku sedang menyelidiki masalah ini dan akan memberikan penjelasannya padamu dan Hans."Shelvi tidak bisa mengendalikan perasaannya, jadi Yogi segera mencari dokter lalu memberikannya suntikan penenang.Yogi melihat Shelvi tertidur dengan air mata yang masih berada di sudut mata wanita itu, hatinya merasa seperti ditusuk-tusuk benda tajam.Seberapa besar penderitaan yang dialami Shelvi hingga dia seperti ini?Yogi mengulurkan tangan besarnya dan menghapus air mata Shelvi.Tiba-tiba ponsel Yogi berbunyi.Yogi segera keluar dari kamar rawat, kemudian terdengar suara seorang pria dari uj
Yogi melihat Hans yang selama ini selalu terlihat lembut dan diam, saat ini memancarkan tatapan permusuhan di matanya dengan urat-urat yang menonjol di keningnya.Hati Yogi terasa tertusuk.Sebenarnya apa yang dialami Hans selama ini, hingga membuatnya kehilangan kendali seperti ini.Seketika Yogi merasakan rasa perih di pelupuk matanya dan tenggorokannya tercekat.Yogi bahkan tidak berani untuk mendapatkan pengakuan Hans.Setelah beberapa saat, Yogi berkata dengan suara beratnya, "Meskipun aku nggak tahu apa yang terjadi, aku yang sudah membuatmu menderita, aku nggak berharap mendapat pengakuanmu. Aku cuma mau kamu kasih aku kesempatan untuk memperbaikinya, merawat dan membantu mengembalikan ingatannya."Hans menatap mata pekat Yogi cukup lama, akhirnya perlahan melepaskan cengkeramannya, lalu berkata dengan matanya yang sedikit merah, "Kalau terbukti kamu yang mengecewakan ibuku, aku nggak akan pernah memaafkanmu!"Setelah itu Hans berbalik dan masuk ke kamar rawat.Yogi menghela nap
Sudah lama sejak Wano dan Yuna melakukannya, sehingga keduanya sulit mengendalikan reaksi insting tubuh mereka.Setelah adegan mempesona itu, Wano mengecup sayang Yuna dengan rasa puas.Tatapan mata Wano masih dipenuhi gairah."Apa sudah nyaman Nyonya Lasegaf?"Wajah Yuna seketika berubah merah, lalu menatap nyalang pada Wano, "Kamu nggak tahu malu Wano, aku sudah memohon tapi kenapa kamu nggak berhenti juga?"Wano menunduk mendekati Yuna dan terkekeh pelan, "Kamu nggak memohon sayang, kamu jelas-jelas menggodaku sehingga aku nggak bisa berhenti, lagian bukannya barusan kamu ...."Wano belum selesai bicara ketika Yuna menutup mulutnya."Berani kamu ngomong macam-macam, aku nggak akan peduli padamu lagi."Wano tersenyum dan mencium tangan kecil Yuna, "Oke, aku nggak ngomong lagi. Mulai sekarang aku akan menuruti istriku, kalau istriku bilang lebih cepat, kita akan bergerak lebih cepat. Kalau istriku bilang berhenti, kita berhenti. Seperti itu oke?""Tutup mulutmu!"Yuna mendorong Wano m
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper