Membayangkan kondisi Yuna seperti itu membuat hati Wano hancur.Wano bergegas bangkit mengambil kuncinya lalu keluar dari ruangan.Yuna keluar dari hotel dan berkendara sendirian.Yuna berkendara tanpa tujuan, dirinya ingin pergi ke tempat sepi untuk menyendiri dan menenangkan diri semalaman.Ponsel Yuna terus berdering menampakkan panggilan dari Xena, Zanny dan Yudha.Tapi Yuna tidak mau menjawab satupun panggilan itu, dia tidak ingin mereka tahu perasaannya saat ini.Yuna merasa Tuhan tidak pernah adil padanya.Yuna orang yang baik, penurut dan bijaksana, kenapa begitu sulit bagi dirinya merasakan sedikit kebahagiaan.Yuna tidak minta macam-macam, dia hanya ingin menemukan seorang pria yang mencintainya dengan tulus di sepanjang hidupnya.Yuna pikir tiga tahun yang lalu, Wano-lah yang bisa memberikannya kebahagiaan.Yuna memilih mengejar Wano dan mengabaikan semuanya.Yuna tidak pernah menyangka akhir yang tragis seperti ini.Setelah tiga tahun tenggelam dalam bayangan perasaan, Yuna
Pandangan mata Wano dipenuhi rasa sakit yang sulit dijelaskan.Dengan hati-hati Wano memeluk Yuna serta tangan besarnya mengelus lembut punggung Yuna.Suara serak dan berat Wano terdengar sedikit gemetar."Marahlah padaku, kamu juga bisa memukulku kalau belum cukup, tolong jangan simpan semua rasa sakit hatimu ya?"Yuna tidak memberontak dan membiarkan Wano memeluknya seperti itu.Yuna sudah tidak punya tenaga untuk bertengkar dengan Wano, ataupun menunjukkan kesedihan serta kemarahannya.Yuna terkekeh, "Seharusnya aku berterima kasih padamu Wano, aku akan lebih terguncang kalau sudah sepenuhnya mencintai Xena kemudian mengetahui adanya anak itu.""Apa yang terjadi malam ini nggak berpengaruh padaku, paling beberapa gosip dan tatapan simpati, orang-orang akan segera melupakannya."Sama seperti ketika para karyawan di perusahaan tahu Yuna adalah simpanan Wano.Yuna sudah terbiasa menghadapi gosip, mungkin itu memang takdir hidupnya.Orang-orang membicarakan masa kecil Yuna karena ibunya
Yuna melepaskan diri dari pelukan Wano, melangkah mundur dan berkata dengan pelan, "Kalau begitu jaga jarak kita, semuanya sudah berlalu dan aku nggak memikirkan lagi siapa yang salah atau benar. Dan kamu nggak perlu berusaha menebusnya karena dulu aku yang mau perasaan itu.""Aku cuma berharap ketika kita bertemu, hubungan di antara kita cuma sebatas antara rekan kerja, aku nggak mau yang lain."Setelah itu Yuna melepaskan jas Wano dan memberikannya pada pria itu, lalu berjalan masuk ke mobilnya.Tidak peduli bagaimana Wano memanggil di belakang Yuna, wanita itu tidak menolehkan kepalanya.Begitu saja, di bawah dinginnya sinar rembulan Yuna menghilang dari pandangan Wano.Satu minggu sudah berlalu dan Xena masih belum kembali bekerja.Kabarnya Xena sedang mencari Maggie ibu Axel.Yuna tidak terlalu mempedulikannya dan hanya menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.Di hari Jumat setelah jam kerja, Yuna melihat Emily datang bersama Axel.Melihat Yuna kembali dengan penampilan elegan dan ce
Yuna akhirnya melihat Xena lagi di malam ketika Emily menjadi ibu angkatnya.Xena kehilangan berat badannya.Terlihat lingkaran mata hitam di wajah pucat Xena.Xena berdiri sendirian di koridor sambil menghisap rokok.Yuna berjalan menghampiri dan memberikan Xena sebotol air lalu berkata dengan lembut, "Apa kakak sudah menemukan Maggie?"Xena menatap Yuna dengan mata memerah."Maaf aku mengecewakanmu Yuna."Yuna menggelengkan kepalanya dengan tersenyum, "Jangan salahkan dirimu, ini keputusan terbaik karena kita belum memulai apa pun, dan aku nggak mau kakak jadi bajingan yang nggak bertanggung-jawab."Xena menutup matanya merasa sakit, suaranya terdengar lemah dan serak."Axel menderita leukimia sejak kecil, nggak ada satupun saudara yang punya kecocokan sumsum tulang, dokter menyarankan kami punya anak lagi."Dititik ini mata Xena mulai berair.Xena menatap Yuna dengan matanya yang basah, "Aku nggak pernah berpikir menikahi wanita lain dihidupku, bahkan ketika Axel muncul aku nggak pe
Roger tidak pernah seserius ini.Roger selalu benci dikekang dan tidak pernah mau mengambil alih bisnis keluarganya.Tapi selama Yuna mengatakannya, Roger siap melakukan apa pun demi Yuna.Segera setelah Roger selesai berbicara, terdengar suara dingin dan berat dari belakang."Kamu harus mengalahkanku lebih dulu kalau mau bersaing denganku."Wano berdiri di belakang Xena dan Yuna dengan pakaian hitamnya sambil memegang sepuntung rokok di antara jarinya.Wajah Wano terlihat sangat suram.Mata gelap Wano semakin bertambah gelap dengan kerutan di sudut matanya.Ada kerinduan yang tersirat jelas di dalam bola mata gelap Wano.Wano berjalan ke arah Yuna sambil menatapnya intens, suaranya terdengar serak."Kamu nggak apa, Yuna?"Roger segera berdiri di antara Yuna dan Wano dengan gegabah sebelum wanita itu menjawab."Yuna baik-baik saja, nggak perlu kamu khawatir, pergilah."Wano tidak merasa marah namun menatap Roger dengan tatapan dinginnya.Nada bicara Wano terdengar santai, "Bukankah kam
Dua buah mobil balap keluaran baru menghilang secepat kilat dari hadapan Yuna.Disaat Yuna sedang duduk menonton Wano dan Roger balapan, terdengar dering panggilan dari Zanny.Yuna baru saja mengangkat panggilan itu ketika dia mendengar jeritan Zanny."Yuna, pengiring pria yang dipasangkan denganmu di acara pernikahan Keenan benar-benar tampan, kamu tahu kan tipe pria aneh yang memakai kacamata tapi berubah liar dan menggila saat melepas kacamatanya? Kupikir pria ini punya daya tarik seperti itu, sepertinya musim semi datang lagi untukmu Yuna."Yuna tidak bisa menahan senyumnya, "Kenapa kamu senang sekali untuk sebuah formalitas seperti itu?""Tentu saja, aku sangat khawatir dengan kebahagiaanmu, tunggu ya, aku akan kirimkan foto dan biodata pria itu. Kamu pasti akan berteriak senang.""Besok pagi aku akan menemuimu lalu kita bisa pergi bersama."Setelah mematikan panggilan teleponnya dengan Zanny, ponsel Yuna tidak berhenti berbunyi.Sederetan foto pria tampan memenuhi WhatsApp Yuna.
Wano memang seorang pebisnis handal. Dia selalu bisa mencari kelemahan orang lain kemudian melancarkan serangan.Dari yang tampak ragu, Roger langsung segera mengambil keputusan begitu Wano berkata seperti itu."Aku akan tanda tangan kontrak. Cepat atau lambat, aku pasti bisa melampauimu."Mendengar hal itu, rasa bangga yang disembunyikan mata Wano mulai muncul.Dia memerintahkan seseorang agar memberikan kontrak itu pada Roger.Setelah semuanya selesai, penanggung jawab itu berkata padanya, "Pak Roger, besok akan ada kompetisi penting di sini dan masih terdapat banyak masalah. Sepertinya malam ini Anda harus membereskan masalah itu terlebih dahulu."Seketika, Roger merasa ada yang tidak beres. Dia menatap dingin pada Wano dan berkata, "Kamu sengaja melakukan ini. Kamu hanya ingin mengambil kesempatan untuk berdekatan dengan Kak Yuna."Wano mengangkat dagunya dan tersenyum sinis, "Besok akan ada kompetisi tingkat nasional. Kalau kamu ingin menang dariku, persiapkan dirimu dengan baik.
Wano ingat betul akan tanda lahir yang ada di belakang punggung Yuna.Setiap kali dia melakukan 'hal itu' dengan Yuna dari belakang, dia tidak dapat menahan diri mencium tanda lahir berbentuk bunga sakura itu.Dia selalu merasa, aroma bunga sakura itu akan menerpa hidungnya saat dia menciumnya.Aroma bunga itu selalu berhasil menggodanya. Membuat dirinya mabuk kepayang.Kalau memang benar Yuna adalah anak kandung Maya, maka orang yang seharusnya bertunangan dengan dirinya adalah Yuna.Memikirkan hal ini membuat Wano menatap Yuna semakin dalam.Suaranya menjadi sedikit serak, "Yuna, kamu memang takdirku."Setelah berkata hal itu, dia melajukan mobilnya kembali.Sejak tadi, Yuna selalu memakai perangkat audio di telinga. Jadi, dia tidak mendengar percakapan Wano dan Yudi sama sekali. Bahkan, ungkapan kasih sayang Wano ke Yuna juga tidak didengar.Malam ini, dia memang ada minum dengan Keluarga Yuliadi. Pada saat ini, Xena juga sedang tidak ada di tempat, sehingga banyak kasus hukum yang
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper