Setelah mendengarnya, mata Wano yang dalam terasa dilapisi sebening kristal."Periksalah, siapa saja yang terlibat dengannya pada tahun-tahun itu!""Baik.""Selidiki juga dengan siapa saja Pak Yudha berhubungan belakangan ini!"Wano menutup telepon, kemudian terdiam di tempatnya dalam beberapa saat.Tiba-tiba dia teringat bahwa Yuna memiliki kebiasaan bermimpi buruk.Dia sering menangis dan bergumam dalam mimpi, "Bukan aku, aku nggak melakukannya."Setiap kali bermimpi buruk, dia akan terbangun dengan keringat dingin, tubuhnya pun gemetaran, kemudian dia akan bersembunyi ke dalam pelukan Wano sambil terisak.Wano pernah menanyakan alasan akan hal tersebut, tetapi Yuna tak pernah memberitahukan alasannya.Ternyata, dia terbayang-bayang akan hal ini karena telah memiliki pengalaman yang membekas dengan dalam.Memikirkan semua itu membuat tatapan Wano semakin tajam. Dia kembali ke ruang ICU sambil menggenggam ponselnya.Tepat pada saat itu, dia mendengar Yuna berbicara pada ayahnya."Ayah
Wano memahami maksudnya dan segera membungkuk sambil berkata, "Paman Yudha, semua yang kukatakan itu memang kenyataan. Tolong cepatlah sehat, masih ada banyak hal yang perlu kamu lakukan."Yudha menatapnya, kemudian mengangguk samar-samar.Satu minggu kemudian, Yudha akhirnya keluar dari rumah sakit.Untuk merayakan kesembuhan ayahnya dan menghilangkan bayang-bayang masa lalu selama di penjara, Yuna mengadakan pesta keluarga di rumah dan mengundang para sahabat terbaiknya.Zanny selalu menjadi yang paling berisik. Dia bahkan sengaja membawa anglo dan meminta Yudha untuk melangkahinya.Zanny pun berkata dengan serius, "Pergilah kesialan, datanglah keberuntungan. Karir Anda akan berkembang pesat dan Anda akan mendapat keberkahan dari Laut Timur."Yanuar yang berdiri di belakangnya hampir saja tergelak.Yanuar membungkuk dan melihat bibir mungil Zanny yang terus mengucapkan sesuatu, lalu dia berkata dengan candaan, "Keberkahan dari Laut Timur sudah kamu sebutkan, bukankah selanjutnya ada
Saat turun dari lantai atas, Yudha mengenakan kemeja merah tua yang baru dibelikan oleh putrinya dan dipadankan dengan celana panjang warna abu-abu.Yudha berkata dengan antusias, "Bagaimana penampilanku untuk bertemu dengan Wano? Ini pertama kalinya dia datang ke rumah, jadi aku nggak bisa terlalu santai dengan penampilanku."Sembari bicara, dia berdiri di depan cermin dan memeriksa penampilannya dari berbagai sudut.Dia benar-benar menganggap Wano sebagai menantunya. Serangkaian acara hari ini juga diatur sesuai dengan standar untuk menyambut seorang menantu laki-laki.Yudha bahkan mengeluarkan semua anggur terbaik yang telah disimpan selama bertahun-tahun.Yuna mendekati ayahnya dengan raut datar, kemudian berkata sambil tersenyum, "Ayah, tiba-tiba saja dia ada urusan bisnis dadakan. Jadi, dia nggak bisa datang hari ini. Kita bisa langsung makan saja."Yudha menatapnya dengan kebingungan, "Tapi, kemarin dia berjanji untuk datang.""Kamu bilang kemarin, 'kan? Pagi tadi dia baru saja
Nuria yang mendengarnya seketika mencibir, "Kalau kamu mau memisahkan diri, silakan, tapi biarkan Yuna menikah dengan Tuan Yeremi dan menjadi istri ketiganya. Kalau nggak, salah satu lengan Zidan terpaksa harus dipotong."Rasa amarahnya membuat dada Yudha kesakitan.Bagaimana bisa dia punya ibu yang pilih kasih seperti ini?Zidan adalah keturunan Keluarga Qalif, bukankah putrinya juga demikian?Untuk melunasi utang yang ditinggalkan cucu ibunya, Yudha harus mengorbankan putrinya.Yudha menarik Yuna ke belakangnya. Nuria belum pernah sekejam ini sebelumnya."Yang kalah taruhan itu Zidan. Kenapa harus membiarkan putriku yang melunasi utangnya? Biarkan saja lengannya dipotong.""Lagi pula, putriku sudah punya pasangan. Jadi, nggak usah repot-repot dan pulanglah saja!"Wanita tua yang dari tadi menyaksikan perdebatan sambil bersandar seketika marah mendengar anaknya dicela."Kak, kenapa bicara begitu? Apa kamu pikir seorang paman berhak bicara seperti itu? Apa salahnya menikahkan putrimu d
Tatapan tajam dan dingin Wano seperti sebilah pisau es, bergantian melihat kearah Nuria dan menantunya.Bahkan Nuria yang selalu berani dengan apa pun sampai berkeringat dingin karena takut akan aura kuat Wano.Nuria melihat Wano dengan tatapan tidak arogan, "Yuna bicara sembarangan, yang terjadi nggak seperti itu, dia yang berpakaian terlalu terbuka, sehingga dia di ganggu orang-orang itu, dia memang pantas kalau sampai terjadi sesuatu!"Nuria berbicara sambil menggertakkan giginya, seolah Yuna adalah musuh terbesarnya.Niat jahat muncul di bibir Wano, "Nggak apa kalau kalian nggak mau ngaku, bawa Zidan kesini dan masalah ini nggak akan selesai cuma dengan sebelah tangan."Setelah berkata demikian, Wano mengeluarkan ponselnya, menelepon Zakri."Bawa Zidan kesini."Dengan sangat cepat, dua orang pengawal mendorong masuk tubuh Zidan.Melihat Wano, Zidan segera jatuh ke lantai berlutut dengan suara yang keras."Pak Wano, aku nggak ada hubungannya dengan ini, nenek yang bilang Yuna sepert
Mendengar perkataan Yuna, Zidan segera bangkit.Gemetar, Zidan melihat kearah Wano, "Pak Wano, Yuna berkata akan memaafkanku, apa aku sudah boleh pergi?"Wano berkata dengan nada dingin, "Enyahlah!"Nuria tidak berani mengatakan satu kata pun, di depan Wano yang menyeramkan.Hanya bisa pergi bersama Zidan dan ibunya.Ruangan itu hening sekali lagi.Yudha menghela napas, "Mereka mengganggu acara makan-makan kita yang bahagia."Yuna segera menenangkan, "Ayah, aku akan meminta koki untuk memasak lagi beberapa sayur, kita lanjutkan makan. Mulai hari ini, apa pun yang terjadi dengan keluarga Qalif nggak ada hubungannya dengan kita lagi, ini adalah hal yang baik.""Ya, ke depannya kita bukan lagi budak mereka, kita jalani kehidupan kita sendiri."Yudha membawa para tamu ke dalam dan tidak lupa menyapa Wano."Wano, kamu baru saja datang, aku akan minta seseorang mengambilkanmu piring dan alat makan."Wano memegang tangan Yuna, dengan suara berat, "Terimakasih Paman Yudha."Dari awal sampai ak
Sambil berbicara, tangan besar Wano mengusap-usap bagian atas kepala Yuna, menatap Yuna dengan senyuman di matanya.Seolah-olah rumah yang disebutkan olehnya adalah rumah yang penuh dengan cinta.Hati Yuna serasa ditusuk.Adegan saat dia meninggalkan rumah itu terlintas lagi di dalam benaknya.Tidak sedikit pengorbanan Yuna terhadap rumah itu. Oleh karena itu, saat dia pergi meninggalkan rumah hatinya terasa sakit.Jari-jari Yuna terasa bergetar, tapi dia masih memandang Ayahnya dengan tenang."Ayah, hatiku nggak tenang, biar aku temani Ayah beberapa hari lagi.""Kenapa nggak tenang? Di rumah saja ada pelayan. Kalian ini baru saja kembali bersama, butuh saling menjaga dan memantapkan perasaan kalian."Akhirnya, setelah Yudha berulang kali membujuknya, Yuna naik ke dalam mobil Wano.Sejak Wano dan Yuna berpisah terakhir kali, baru kali inilah mereka duduk bersama dengan tenang tanpa bertengkar.Beberapa saat kemudian, Yuna akhirnya yang membuka percakapan."Bukankah kamu nggak punya kem
Lebih baik menjaga jarak aman.Wano tiba-tiba merasa frustrasi, dia melonggarkan dasinya dan berjalan ke arah elevator seorang diri.Dua orang itu memasuki toko pakaian pria satu demi satu.Penjaga toko yang melihat aura dan pakaian yang dikenakan dua orang itu langsung tahu, bahwa hari ini dia sudah bertemu dengan orang yang akan menyerahkan uangnya di toko ini.Jelas saja penjaga toko itu langsung menyapa mereka dengan tersenyum."Pak, Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?"Wano hanya menunjukkan wajah dingin tanpa berkata apa pun. Dia langsung duduk di atas sofa dan mengambil ponselnya untuk menangani beberapa urusan.Yuna berjalan sambil tersenyum dan menganggukkan kepala menuju ke arah bagian kemeja.Sekilas dia melihat kemeja yang berwarna biru laut.Warna ini sangat cocok dengan kulit. Terlihat kalem dan awet muda.Wano akan terlihat bagus memakai kemeja itu.Hanya saja, warna ini bukanlah warna kesukaan Wano.Karena, warna ini sama sekali tidak pernah muncul di dalam lemari pa
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper