Tatapan tajam dan dingin Wano seperti sebilah pisau es, bergantian melihat kearah Nuria dan menantunya.Bahkan Nuria yang selalu berani dengan apa pun sampai berkeringat dingin karena takut akan aura kuat Wano.Nuria melihat Wano dengan tatapan tidak arogan, "Yuna bicara sembarangan, yang terjadi nggak seperti itu, dia yang berpakaian terlalu terbuka, sehingga dia di ganggu orang-orang itu, dia memang pantas kalau sampai terjadi sesuatu!"Nuria berbicara sambil menggertakkan giginya, seolah Yuna adalah musuh terbesarnya.Niat jahat muncul di bibir Wano, "Nggak apa kalau kalian nggak mau ngaku, bawa Zidan kesini dan masalah ini nggak akan selesai cuma dengan sebelah tangan."Setelah berkata demikian, Wano mengeluarkan ponselnya, menelepon Zakri."Bawa Zidan kesini."Dengan sangat cepat, dua orang pengawal mendorong masuk tubuh Zidan.Melihat Wano, Zidan segera jatuh ke lantai berlutut dengan suara yang keras."Pak Wano, aku nggak ada hubungannya dengan ini, nenek yang bilang Yuna sepert
Mendengar perkataan Yuna, Zidan segera bangkit.Gemetar, Zidan melihat kearah Wano, "Pak Wano, Yuna berkata akan memaafkanku, apa aku sudah boleh pergi?"Wano berkata dengan nada dingin, "Enyahlah!"Nuria tidak berani mengatakan satu kata pun, di depan Wano yang menyeramkan.Hanya bisa pergi bersama Zidan dan ibunya.Ruangan itu hening sekali lagi.Yudha menghela napas, "Mereka mengganggu acara makan-makan kita yang bahagia."Yuna segera menenangkan, "Ayah, aku akan meminta koki untuk memasak lagi beberapa sayur, kita lanjutkan makan. Mulai hari ini, apa pun yang terjadi dengan keluarga Qalif nggak ada hubungannya dengan kita lagi, ini adalah hal yang baik.""Ya, ke depannya kita bukan lagi budak mereka, kita jalani kehidupan kita sendiri."Yudha membawa para tamu ke dalam dan tidak lupa menyapa Wano."Wano, kamu baru saja datang, aku akan minta seseorang mengambilkanmu piring dan alat makan."Wano memegang tangan Yuna, dengan suara berat, "Terimakasih Paman Yudha."Dari awal sampai ak
Sambil berbicara, tangan besar Wano mengusap-usap bagian atas kepala Yuna, menatap Yuna dengan senyuman di matanya.Seolah-olah rumah yang disebutkan olehnya adalah rumah yang penuh dengan cinta.Hati Yuna serasa ditusuk.Adegan saat dia meninggalkan rumah itu terlintas lagi di dalam benaknya.Tidak sedikit pengorbanan Yuna terhadap rumah itu. Oleh karena itu, saat dia pergi meninggalkan rumah hatinya terasa sakit.Jari-jari Yuna terasa bergetar, tapi dia masih memandang Ayahnya dengan tenang."Ayah, hatiku nggak tenang, biar aku temani Ayah beberapa hari lagi.""Kenapa nggak tenang? Di rumah saja ada pelayan. Kalian ini baru saja kembali bersama, butuh saling menjaga dan memantapkan perasaan kalian."Akhirnya, setelah Yudha berulang kali membujuknya, Yuna naik ke dalam mobil Wano.Sejak Wano dan Yuna berpisah terakhir kali, baru kali inilah mereka duduk bersama dengan tenang tanpa bertengkar.Beberapa saat kemudian, Yuna akhirnya yang membuka percakapan."Bukankah kamu nggak punya kem
Lebih baik menjaga jarak aman.Wano tiba-tiba merasa frustrasi, dia melonggarkan dasinya dan berjalan ke arah elevator seorang diri.Dua orang itu memasuki toko pakaian pria satu demi satu.Penjaga toko yang melihat aura dan pakaian yang dikenakan dua orang itu langsung tahu, bahwa hari ini dia sudah bertemu dengan orang yang akan menyerahkan uangnya di toko ini.Jelas saja penjaga toko itu langsung menyapa mereka dengan tersenyum."Pak, Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?"Wano hanya menunjukkan wajah dingin tanpa berkata apa pun. Dia langsung duduk di atas sofa dan mengambil ponselnya untuk menangani beberapa urusan.Yuna berjalan sambil tersenyum dan menganggukkan kepala menuju ke arah bagian kemeja.Sekilas dia melihat kemeja yang berwarna biru laut.Warna ini sangat cocok dengan kulit. Terlihat kalem dan awet muda.Wano akan terlihat bagus memakai kemeja itu.Hanya saja, warna ini bukanlah warna kesukaan Wano.Karena, warna ini sama sekali tidak pernah muncul di dalam lemari pa
Yuna ingin melawan, tapi sayangnya kemampuan mencium Wano terlalu hebat.Tubuh Yuna terasa sakit dan lemas setelah beberapa ciuman itu.Tidak tahu sudah berapa lama, akhirnya Wano perlahan melepaskan Yuna.Dengan lembut dia mengusap bibir Yuna yang sedikit bengkak dengan jarinya.Suara Wano begitu enak di dengar."Sekretaris Yuna, ayo kita lanjutkan."Yuna memutar kepalanya dengan takut dia berkata, "Wano, kamu masih belum cukup membuat masalah?"Wano terkekeh pelan, "Maksudku melanjutkan mencoba baju, apa Sekretaris Yuna memikirkan hal lain?"Keduanya keluar dari ruang ganti dan pelayan menyambut mereka berdua.Melihat wajah tampan Wano dan tubuhnya yang ideal, pelayan itu tidak bisa menahan rona di wajahnya."Baju ini sangat cocok dengan Tuan, apa mau dipasangkan dengan dasi?"Yuna menjawab dengan suara rendah, "Coba yang itu."Kemudian Yuna mengambil dasi itu dari tangan pelayan, berjinjit untuk membantu Wano memasang dasi itu.Wano cukup menurut sepanjang proses itu.Membungkuk dan
Yuna terkejut melihat ke arahnya, "Nggak, kenapa?"Dengan segera sekretaris itu memperlihatkan foto dari grup perusahaan pada Yuna."Sebuah foto yang begitu intim antara kamu dengan seorang pria dikirim ke dalam grup dan sekarang semua orang di perusahaan tahu, kalau kamu punya pacar anak orang kaya."Yuna melirik foto itu, hatinya yang tegang seketika tenang.Untungnya foto itu tidak terlalu jelas, kalau tidak, Yuna tidak tahu akan terjadi masalah seperti apa nanti.Yuna tidak menjelaskan, hanya tersenyum ke arah sekretaris itu, "Masih ada data yang kurang dari informasi yang kita butuhkan nanti, bisakah kamu membantuku?"Yuna sibuk sepanjang hari, akhirnya sebelum rapat dimulai seluruh data sudah dipersiapkan.Baru saja Yuna masuk ruang pertemuan, dia melihat Qirana duduk di kursinya, melihat ke arah Yuna dengan suatu maksud."Bu Yuna, kudengar kamu sedang jatuh cinta, dengan seorang anak orang kaya, selamat untukmu."Entah berita itu benar atau tidak, Qirana akan minta seseorang men
Ternyata Wano tahu ibunya hampir membunuh ayahnya, hanya saja tidak memberi tahu Yuna.Wano memainkan peran di hadapan ayahnya, bukan karena merasa bersalah pada Yuna, tapi untuk menebus kesalahan ibunya.Bagaimanapun juga, jika ayah Yuna benar-benar mati, Vina akan menanggung hukuman.Seluruh tubuh Yuna merasakan hawa dingin.Semua kebaikan yang akan Yuna tunjukkan pada Wano beberapa hari ini, menghilang seiring perkataan itu.Yuna tersenyum mengejek dirinya sendiri, kemudian berbalik ke ruangannya membawa dokumen di tangannya.Baru saja Yuna sampai, dia mendengar Listi berbicara dengan nada yang aneh, "Kamu sudah berhasil mendapatkan Pak Wano, apa masih perlu aku mengembalikan uangmu?"Yuna segera tersadar dari keadaannya.Yuna mencibir dan berkata, "Kalau kamu nggak mau bayar, kita bisa bertemu langsung di pengadilan.""Yuna, kamu kejam! Berikan aku nomor rekeningmu, aku akan mengirimkannya padamu."Listi mengirimkan uang pada Yuna dan berkata dengan kasar, "Yuna, sebentar lagi hari
Namun, Yuna tidak merasa sakit sama sekali.Xena sampai melihat tetesan darah yang mengalir dari telapak tangan Yuna."Yuna, lepas!"Seluruh tubuh Yuna bergetar, semakin Xena mendorongnya, justru semakin erat cengkeraman Yuna.Xena hanya dapat membujuknya dengan lembut, "Yuna, patuhlah. Lepaskan tanganmu. Aku pasti dapat membantumu memenangkan kasus ini meskipun nggak ada video itu."Rupanya, saat Yuna sudah mulai melepaskan tangannya, peniti itu sudah menusuk jauh sampai ke daging.Hati Xena merasa kasihan melihat Yuna seperti ini.Dia mengeluarkan tisu dari sakunya dan berkata lirih, "Tahan sedikit, aku akan mencabut peniti itu."Tidak peduli saat peniti itu dicabut atau pun saat diolesi obat, Yuna benar-benar tidak bersuara sedikit pun.Seperti sudah kebal.Setelah Xena selesai membalut lukanya, dia mendengar Yuna berkata, "Kak, aku ingin minum anggur."Di sisi lain.Wano diundang oleh beberapa temannya untuk minum-minum dulu setelah pulang kerja.Tepat lewat jam sepuluh malam, ada
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper