“Bang Juna bilang, dia nganggep gue adek ... masa adeknya di tandain ampe lehernya merah-merah gini ... duh, sampe ke dada lagi ... dasar munafik!” Kejora misuh-misuh sambil mengaplikasikan foundation untuk menutupi tanda merah yang Arjuna tinggalkan tadi malam di tubuhnya.Lelaki itu sungguh keterlaluan, setelah kedua orang tuanya datang—ia pergi begitu saja tanpa mau membantu menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan saat itu.Beruntung Uncle Ben yang berpikirian bebas langsung mengalihkan pembicaraan dan mengutarakan niat kedatangannya.Uncle dan Aunty bermaksud untuk pamit kepada Kejora karena akan kembali ke Irlandia, kedua orang tua dari Arjuna itu mengatakan jika Kejora bisa mengandalkan Arjuna selama berkuliah di sini.Uncle dan Aunty begitu percaya jika putranya adalah lelaki baik yang tidak akan mencelakakan Kejora apalagi menyakitinya.Mereka tidak tau saja jika anaknya sudah berbuat nakal dengan merayu Kejora, memberikan banyak tanda di tubuhnya.Kejora mengesah, teringat
“Pi ... ada cewek!” King berseru dengan suara pelan.“Mana?” Papi Zach bertanya sambil menoleh kemarah lain yang kemudian ditoyor oleh sang istri tercinta di bagian pipinya.Delikan tajam setajam samurai pun dilayangkan Mami Azuri.“Maksud King—“ “Wait!” sambar Papi Zach menghentikan kalimat King sambil mengangkat tangannya.Pria paruh baya dengan tubuh tegap dan otot yang masih terjaga dengan baik itu Meraih tangan sang istri kemudian mengecup punggung tangannya lembut.“I’m sorry, Baby ...,” ucapnya kemudian.Mami Azuri tidak menolak tapi juga tidak merubah raut wajahnya yang cemberut karena kelancangan sang suami yang terang-terangan mencari sosok wanita lain yang dituduhkan King.“Kenapa?” Zach bertanya kembali, melanjutkan perbincangannya dengan King setelah melepaskan tangan sang istri untuk kembali memegang pisau memotong daging steak yang menjadi menu makan malam mereka.Restoran mewah di tengah kota Munich menjadi pilihan Zach untuk makan malam ini, ia sedang berkunjung ke J
Hembusan udara keluar dari mulut Kalila ketika memasuki ruangannya.Akhirnya Kalila bisa bernapas dengan lega.Baru saja ia melewati rangkaian acara perkenalan di perusahaannya yang beberapa waktu lalu sang Kakek beli.Keuntungan membeli sebuah perusahaan yang sudah pernah berjalan bahkan meraih kesuksesan pada masa kepemimpinan sebelumnya adalah tidak perlu repot-repot memulai dari awal.Kalila tinggal melanjutkan apalagi sang Kakek sudah mengurus semuanya sehingga Kalila hanya perlu beradaptasi dan ia yakin itu bukanlah hal yang sulit.Selanjutnya, Kalila akan berusaha keras untuk membawa perusahaan ini lebih maju lagi melebihi kepemimpinan sebelumnya.Dibukanya kembali perusahaan ini sudah tersiar ke seluruh penjuru Negri membuat nama Gunadhya paling dicari di Google karena Nama pemilik sekaligus pemimpinnya membuat para pengusaha lain penasaran.Pasalnya pemilik sebelumnya begitu sulit mempertahankan perusahaan tersebut hingga akhirnya harus melepaskan semua asetnya untuk membayar
Ponsel Kejora berbunyi nyaring, malas-malasan ia meraihnya dari atas nakas kemudian berubah semangat saat melihat nama sang Arjuna tertera di layarnya.“Hallo!” Kejora menjawab cepat namun tidak ada suara dari sebrang sana.Menjauhkan ponsel dari telinga untuk melihat apa yang terjadi dengan panggilan tersebut dan Kejora menemukan satu panggikan tak terjawab dari sang Arjuna.Oh, jadi panggilannya terlebih dahulu putus sebelum Kejora menjawabnya.Baiklah, Kejora akan menghubungi balik. Eit, gengsi donk!Kejora sudah berjanji untuk menjaga sikap tidak agresif kepada sang Arjuna.Jadi meski pria blasteran itu sudah mengungkapkan perasaannya, Kejora harus tahan harga.Oke, sepertinya Kejora akan mengirim pesan saja.Kejora : Bang Juna, tadi telepon Kejora?Arjuna yang sedang membuka kaos dalamnya seketika menghentikan aktifitas tersebut.Buru-buru ia meraih ponsel yang tadi dilempar ke atas ranjang setelah salah tekan saat menatap foto profil Kejora pada aplikasi pesan.Arjuna meringis k
“Hai Angel Eyes,” sapaan dari suara berat di dalam ruangan itu membuat Kalila yang hendak masuk pun mematung di ambang pintu.Ia menoleh ke arah Eva dengan sorot mata tajam, pasalnya Eva memberitau jika Tuan Alterio datang untuk melakukan diskusi tentang kerjasama bisnis yang akan terjalin kembali.Maka bergegas Kalila menuju ruang VIP dimana beliau sedang menunggu. Kalila pikir Alterio yang Eva maksud adalah Zachery Alterio tapi ternyata yang ada di sana adalah sang junior yang sedang berusaha Kalila hindari untuk sementara waktu.Perlu digaris bawahi bagian hanya sementara waktu karena ia belum siap bertemu King yang ternyata merupakan penyelamat hidupnya di masa lampau dan sedang berusaha mati-matian ia singkirkan dari hidupnya.Eva mengangkat kedua alisnya bingung dengan tatapan yang diberikan sang Bos, ia berpikir jika tidak ada yang salah dengan pekerjaannya.Tampang tanpa dosa Eva membuat Kalila menyadari jika memang dirinya yang telah salah menanggapi maksud Eva karena untuk
“Tidak perlu kamu pandangai terus, Elma memang selalu ramah kepada setiap pria apalagi pria berduit,” sindir Leon seraya menyenggol tubuh Arjuna yang berdiri menghalangi jalannya.Selepas rapat dengan salah satu klien tadi ternyata pimpinan perusahaan yang masih terbilang muda itu malah mampir ke ruangan Elma dan sudah cukup lama mereka di dalam sana.Hari semakin sore, ia harus menjemput Kejora sedangkan tadi Elma mengajaknya pulang bersama.Lidah Arjuna berdecak membalas Leon yang selalu sinis dibelakang Elma tapi di depan wanita itu Leon tampak biasa saja.“Apa yang mereka diskusikan? Apa penting?” Arjuna bertanya sambil mengayun langkah mengikuti Leon menuju ruangannya yang berada tepat di depan ruangan Elma yang pintunya terbuka.Arjuna jadi bisa melihat Elma yang sedang tertawa lepas dan mungkin bisa menguping sedikit perbincangan mereka berdua .“Kau tanya saja sendiri nanti setelah mereka selesai.” Leon membuka pintu ruangannya lalu masuk terlebih dahulu.“Beberapa hari lalu d
Kalila terhenyak ketika ia yang sedang duduk bersila di kursi tinggi meja kitchen island merasakan sebuah pelukan dari arah belakang di susul kecupan pada tengkuknya.Kalila jadi menyesal mengikat rambutnya seperti bun.Aroma mascullin dari parfum exclusive yang menembus indra penciuman Kalila memberitaunya siapa yang sudah kurangajar memeluk dari belakang.Selain itu, siapa lagi kalau bukan King yang berani memeluknya seperti ini.“Hai Angel eyes, miss you so badly,” bisik King di telinga Kalila.Hembusan nafasnya membuat Kalila meremang jantungnya mulai menggila di dalam sana.“Kenapa kamu bisa masuk?” Kalila bertanya dingin.“Entahlah ... sebelum aku membuka pintu, pintu itu sudah terbuka sendiri mempersilahkanku masuk,” balas King lalu duduk di samping Kalila.Bibir sensual Kalila mencebik disusul dengan decakan lidah King.“Demi Tuhan, Kalila! Jangan memancingku,” ujar King gemas.“Memancing apa?” “Bibir itu ... jangan pernah mencebik di depan pria manapun!” King berseru memer
“Hai Mas King!” Kejora menyapa calon Kakak iparnya yang duduk menyandar di sofa.Ya, Kejora sudah yakin jika King mampu meluluhkan sang Kakak karena pria itu melebihi Kalila dalam segala hal.King terlihat sibuk mengetikan sesuatu di laptop Kalila.Gadis berbulu mata lentik itu sempat bertanya-tanya dengan apa yang sedang King lakukan.Kemudian Kejora terkejut saat mendapati sang Kakak tertidur pulas di atas pangkuan King.“Stt ... .” King menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.Tapi Kejora menggelengkan kepala dengan sebuah seringai di bibir.“Kak Lila!!” teriak Kejora membuat Kalila membuka mata.Memandang sekitar beberapa saat kemudian bangun dari atas pangkuan King.Bahkan sedang terkejut pun gerakan Kalila begitu elegan dan efisien.Tatapan penuh tanya dengan kening terlipat dalam dilayangkan Kalila kepada King tapi pria tampan itu malah mengangkat kedua bahunya.Sekilas saja King bisa tau jika Kalila sedang bingung dengan apa yang terjadi.“Kak Lila udah pacaran sama Mas Ki
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya