Home / Romansa / Jerat Pesona Ayah Anakku / Kunci Sebuah Hubungan

Share

Kunci Sebuah Hubungan

Author: Amarta Bleue
last update Last Updated: 2023-09-21 14:30:21
"Hmm, kau tidak bisa menjawabnya bukan? Kalau begitu aku juga tidak akan mau menjawab pertanyaanmu!" ucap Kara seraya berbalik dengan cepat, hendak melewati Barra yang tengah terdiam berkat pertanyaan sindirannya.

Entah apa yang ada di dalam benak pria itu sekarang. Apa mungkin Barra tersadar, atau malah sedang memikirkan hal lain? Kara tak tahu karena ia bukanlah cenayang, yang katanya bisa membaca pikiran orang.

"Tunggu, Kara! Percakapan kita belum selesai!" cegah Barra dengan cepat, yang mana dengan satu tarikannya saja langsung berhasil membuat pinggang ramping wanita itu berada penuh di dalam lingkaran lengan kekarnya.

Tatapan kedua insan itu sempat menyatu dalam satu garis lurus. Kara sempat terdiam, terhipnotis dengan manik mata cokelat Barra yang amat tajam. Namun dengan cepat ia segera menggeleng, dan menyadarkan diri.

"Lepas, Barra! Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, karena kau sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaanku!"

Kara memberontak. Namun sayang semakin s
Amarta Bleue

Yaakkk, Arka itu om baikmu mau isi energi dulu 😆 Simak terus kelanjutan ceritanya yaa, dan jangan lupa berikan ulasan, vote dan komen 💕 Terima kasih

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Cemburunya Arka

    "Om Baik! Bunda!"Kara terkejut mendengar suara teriakan Arka, dan langsung segera menjauh dari jangkauan Barra. Ia tidak ingin membuat Arka salah mengartikan posisinya, terlebih adegan tadi memang tak pantas disaksikan langsung oleh anaknya yang masih kecil.Untung saja tadi Barra belum sempat melakukan apa pun yang diinginkannya. Karena kalau sudah, bisa dipastikan Kara akan bingung harus menjelaskan seperti apa pada anaknya nanti."Om Baik, jahat! Kenapa Om Baik ke Bunda dulu? Kan yang kangen sama Om Baik itu Arka, bukan Bunda!" protes anak kecil itu seraya mengangkat kedua tangannya, seolah memberikan kode pada Barra untuk segera menggendongnya.Mendengar protes dari mulut mungil itu, Barra pun tertawa renyah. Ia segera menggendong Arka dan mengecup pipi tembam tersebut secara berkali-kali, hingga setelahnya menatap Kara dengan sedikit mengerenyitkan kedua alis tebalnya."Arka sedang demam, dia selalu bertanya tentangmu belakangan ini," jelas Kara pelan yang entah kenapa membuat h

    Last Updated : 2023-09-22
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Menuntut Penjelasan

    "Kamu belum menjelaskan apa pun padaku, Kara!"Kara terperanjat, ketika tiba-tiba saja mendapati Barra yang memeluknya dari belakang dengan begitu posesif. Saat ini, Kara memang hendak mencuci piring. Arka baru saja tertidur, setelah perutnya terisi penuh tadi. Terlebih sesudahnya Kara langsung memberikan obat penurun panas kembali, agar anak kesayangannya tersebut bisa segera cepat pulih."Barra, tidak bisakah mengunggu sampai aku selesai membersihkan semua piring-piring ini?" kilah Kara yang memang niatnya tak mau menjelaskan apa pun pada Barra.Tadi, Kara memang sempat berpikir kalau Barra telah melupakan pertanyaannya. Namun nyatanya dugaannya itu salah, karena saat ini pria tersebut kembali bertanya setelah memastikan Arka benar-benar sudah tertidur dengan pulas di kamarnya."Tidak bisa, Sayang! Aku benar-benar ingin tahu penyebab apa yang sampai mampu membuatmu meragukan hubungan kita," sahut Barra yang kembali mengeratkan dekapannya dan membubuhi beberapa kecupan singkat di ba

    Last Updated : 2023-09-22
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Ungkapan Cinta

    Kara terengah, menatap Barra yang tengah menyeringai tipis ke arahnya. Pria itu nampaknya sengaja membuatnya kewalahan, hingga sampai saat ini dirinya masih kesulitan untuk mengatur napas dengan normal."Jangan main-main denganku, Kara. Aku tidak suka wanitaku dekat dengan pria lain!" tekan anak tunggal Avaline tersebut, seraya menyeka satu tetes peluh yang sedang mengalir di dahi Kara.Setelahnya, pria itu beralih mengusap lembut bibir Kara yang sudah basah karena ulahnya. Ia menatapnya lurus tanpa ekspresi, hingga membuat permukaan kulit wanita yang masih berada di atas pangkuannya itu sedikit bergetar ketakutan.Kara sadar, bahwa dirinya telah salah. Sudah seharusnya ia memang tak main-main dengan seorang Barra Piterson, akan tetapi mau diapakan lagi? Jackson adalah sahabat dekatnya dulu, sehingga rasanya tak mungkin kalau dirinya menjauhi pria itu begitu saja."Sudah mau berbagi cerita tentang hal tersebut padaku, Kara Isabelle?" tanya Barra y

    Last Updated : 2023-09-23
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Salah Tingkah

    "Yah, basah!"Barra berucap seraya menatap kaus putih miliknya yang sudah basah sempurna berkat cipratan air yang terus-menerus. Sementara sang pelaku, tentu hanya tertawa lepas saja. Arka nampak sangat senang dimandikan oleh om baiknya, hingga kedua matanya berbentuk sebuah garis yang sedikit melengkung.Sore ini setelah demam Arka mulai menurun, Barra memang mengajukan diri untuk memandikan Arka pada Kara. Meski awalnya sempat tidak diperbolehkan, akan tetapi pada akhirnya Kara membiarkannya juga. Wanita itu tentu tak tega dengan Arka yang terus memohon kepadanya, terlebih sudah dari pagi juga anak kecil tersebut belum membasuhnya seluruh badannya."Nah 'kan, jadi main air," ucap Kara yang memergoki kedua lelaki berbeda usia itu dari balik pintu dengan tatapan khas ibu-ibu yang ada di muka bumi.Arka yang tengah dipergoki pun malah semakin tertawa. Sementara Barra, pria itu nampak salah tingkah hingga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bena

    Last Updated : 2023-09-23
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Saling Terbuai

    "Stop, Kara! Sepertinya kau sengaja ingin memancingku untuk bertindak lebih jauh ya? Heumm?"Kara terkesiap, dan langsung membuka matanya ketika merasakan dua tangan kekar Barra yang tengah menahannya dengan cukup kencang. Kara benar-benar merasa malu. Ia sama sekali tak bermaksud seperti itu, karena tadi hanya merasa sedikit penasaran saja."Barra, maaf. Aku—""Ssttt! Sudah terlambat meminta maaf, Sayang! Jadi sekarang, kau harus bertanggung jawab lebih dulu!" bisik Barra dengan suaranya yang kian terdengar berat.Setelahnya, tanpa memberikan aba-aba lagi Barra pun langsung menarik Kara masuk ke dalam dekapannya dan segera menyambar bibir manis wanita itu secara berulang dan terus berulang layaknya sedang memakan permen manis.Sementara Kara, wanita yang sebenarnya sudah terbawa suasana sedari tadi itu akhirnya pasrah dengan segala perbuatan Barra. Mereka berdua saling terbuai dengan sentuhan masing-masing. Apalagi entah kenapa semakin h

    Last Updated : 2023-09-24
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Dongeng Pengantar Tidur

    "Bagaimana ini, Tante? Semua telepon dariku benar-benar tidak dijawab," keluh Clarissa seraya menyandarkan kepalanya sesaat di pundak Avaline.Sehabis kepergian Jack tadi, Clarissa memang langsung mendatanginya. Entah apa dua pemuda itu sempat bersisian atau tidak, karena Avaline sendiri pun belum sempat bertanya banyak padanya.Namun satu hal yang pasti, Clarissa nampak sangat resah karena sedari tadi tak bisa menghubungi Barra. Wanita muda itu terlihat sangat kebingungan sekali, apalagi mamanya yang masih ada di luar negeri sana terus menghubunginya dan memintanya untuk segera melakukan panggilan video bersama calon tunangannya."Bagaimana kalau Tante yang coba menghubunginya?" tawar Avaline seraya mengusap pelan rambut pirang panjang milik wanita yang berprofesi sebagai model tersebut."Pasti tetap tidak bisa, Tante. Sepertinya telepon Barra tidak aktif, aku sudah mencoba menghubunginya dengan nomor lain tadi," sahut Clarissa kian tak bersemangat."Kau punya nomor baru?""Tidak, Ta

    Last Updated : 2023-09-24
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Bekas Orang Lain

    "It's okay, Ra. Jangan terlalu khawatir, mungkin mommy hanya ingin membicarakan masalah pekerjaan?""Pekerjaan? Kalau seperti itu untuk apa ibumu menelepon di saat malam-malam seperti ini? Apa tidak ada hari esok untuk membicarakannya?"Barra menghela napas, melihat ketakutan Kara yang semakin jelas. Sebenarnya tadi ia hanya ingin membantu menenangkan saja, tetapi nyatanya kekasihnya itu tak kunjung bisa tenang dan terus kepikiran karena tadi sempat tidak berani menjawab langsung panggilan dari Avaline."Ibumu pasti meneleponku untuk mencarimu. Teleponmu tidak aktif 'kan?" ucap Kara pelan seraya mengusap wajahnya.Saat ini Barra dan Kara memang sudah berdua di ruang tengah. Arka sudah tertidur pulas di dalam kamar setelah mendengar dongeng karangan Barra, sehingga kini mereka berdua bisa saling berbicara untuk membahas telepon dari Avaline yang amat tiba-tiba tadi.Dengan membawakan satu gelas air hangat, Barra pun duduk si samping Kara.

    Last Updated : 2023-09-25
  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Perdebatan yang Tak Kunjung Usai

    "Bekas orang lain? Dia bukan barang, Mom! Dia jelas bukan bekas siapa-siapa!"Emosi Barra seketika tinggi tak membendung, di saat mendengar ucapan Avaline yang benar-benar tidak bisa dimaklumi olehnya. Baginya ucapan itu sudah benar-benar keterlaluan, bahkan terdengar sangat jahat sekali."Kau meninggikan nada bicaramu di depanku, Barra? Ingat, aku ini masih ibumu!" hentak Avaline tak kalah emosi.Kedua ibu dan anak itu kini saling bersitatap dalam tegang. Tak ada satu pun yang berniat mengakhiri emosinya, terlebih Avaline kian menatap ke arah Barra dengan sangat tajam."Hanya karena wanita itu, kau sampai tega membentakku? Mommy benar-benar kecewa padamu, Barra!" Avaline berucap, membuat Barra tersenyum miris setelahnya."Jangan bersikap seolah aku yang jahat di sini, Mom! Di awal aku sudah sebisa mungkin berusaha bicara dengan baik-baik!"Avaline memutar matanya jengah. Kini tekadnya memisahkan Barra dan Kara jadi semakin besar, apalagi semakin hari penentang anak lelakinya itu sema

    Last Updated : 2023-09-25

Latest chapter

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Keajaiban

    "Maaf kalau kehadiranku di sini mengejutkanmu, Kara. Akan tetapi Barra memintaku untuk menjagamu di sini sesaat, dia sedang menemui Arka yang kebetulan baru saja sadar," tutur Avaline pelan hingga membuat Kara mengerjap sesaat.Yang di hadapannya ini, benar Avaline ibu kandungnya Barra bukan? Kenapa wanita itu bisa tiba-tiba berubah selembut ini padanya? Apakah ini sebuah keajaiban? Atau malah hanya sebuah mimpi? "Bu ...."Kara tak sempat menyelesaikan kata-katanya, berkat pelukan Avaline yang sangat tiba-tiba. Jujur, ia sungguh tidak tahu telah melewati hal penting apa selama pingsan tadi. Dirinya masih tak menyangka, terlebih ibu kandungnya Barra tersebut bisa memeluknya dengan sangat erat seperti ini."Barra sudah menceritakan semuanya padaku, Kara! Tolong maafkan semua sikap tidak pantasku padamu! Aku benar-benar sudah sangat menyesal, karena telah menganggapmu yang tidak-tidak dan membuatmu serta cucuku sendiri menderita!" ucap Avaline langsung dengan kian memeluk erat wanita mu

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Sama-sama Tersiksa

    "Apa? Ayah kandungnya?"Orang tuanya Clarissa berikut para tamu yang lain langsung kompak bergumam, dengan dua netra yang membulat. Suara riuh desas-desus pun kian terdengar di telinga Avaline. Wanita itu seketika merasa malu, hingga kembali berusaha mendorong tubuh Kara."Tunggu, Mom! Jadi Arka kecelakaan, Kara?" Barra segera mencegah, dengan menatap ke arah bundanya Arka tersebut dengan penuh serius dan khawatir."Iya, Barra. Dia sudah ditemukan oleh salah satu anak buah Jack, tetapi...." Kara tak sanggup melanjutkan bercerita, karena kini perasaannya kembali hancur ketika mengingat Jack yang telah berupaya mencelakai anaknya.Sementara Avaline, ia kian panik tak karuan ketika mendapati tatapan tajam dari kedua calon besannya. Ia seolah bingung ingin beralasan apa, hingga akhirnya hanya bisa berusaha menarik Kara dan membuat wanita itu menjauh dari anaknya."Sudah cukup semua karanganmu hari ini, Kara! Barra dan Clarissa akan menikah! Jadi—""Aku ikut bersama Kara!" potong Barra mem

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Antara Hidup dan Mati

    "Apa? Jadi stok darah di rumah sakit ini habis?"Tubuh Kara kian bergetar lemas, mendengar kenyataan yang lagi-lagi sangat menyiksa dirinya. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba untuk tetap terlihat tegar. Namun sayang nyatanya tak bisa, apalagi kondisi anaknya saat ini semakin memburuk dengan membutuhkan donor darah yang sangat sulit untuk dicari."Maaf, Bu. Kami pihak rumah sakit juga sudah berusaha mencari, tetapi memang benar-benar sedang habis. Apalagi darah yang dibutuhkan oleh anak ibu cukup langka. Kami di sini jarang menemuinya, sehingga mungkin ibu bisa menghubungi kebarat terdekat yang mempunyai golongan darah yang sama."Kara terdiam mendengar penuturan tersebut. Ia tentu tak mempunyai kerabat lain, terkecuali Barra yang memang sudah jelas memiliki darah yang sama dengan anaknya. Yang jadi pertanyaannya, apakah ia bisa meminta tolong pada pria tersebut? Bukankah pada hari ini pria itu akan menikah dengan Clarissa?"Bagaimana, Bu? Apakah ada?" Sang dokter kembali bertanya, hin

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Pria Gila

    Degghh!Tubuh Kara seketika semakin lemas mendengarnya. Jadi, penderitaannya selama ini disebabkan dari orang terdekatnya sendiri? Bahkan dulu saja Kara tak berani mencurigai siapa pun dari salah satu teman-temannya, ia hanya menganggap malam itu dirinya sedang mengalami kesialan. Namun, siapa sangka jika pada kenyataannya yang terjadi malah sebaliknya? Semuanya ternyata sudah direncanakan dengan rapi. Bahkan dirinya selama ini tidak pernah menyadari kejanggalan tersebut, karena saking terlarutnya dalam keterpurukan."Aku benar-benar tidak menyangka kau bisa melakukan hal seburuk itu padaku, Jack!" ucap Kara akhirnya dengan berkali-kali mencoba menarik pasokan oksigen yang ada di sekitar.Jujur, napas wanita itu benar-benar sesak saat ini! Kara kembali tak kuasa dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya, hingga dirinya kembali menatap sang anak yang sedang terbaring tak berdaya dengan beberapa bercak darah di tubuhnya."Aku tidak ingin melihat keberadaanmu di sini lagi, Jack! Mula

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Busuk yang Terbongkar

    "Bagaimana? Apa semuanya sudah bersih?"Sayup-sayup suara itu terdengar, hingga membuat Kara berusaha membuka dua netranya yang sedari tadi tertutup rapat.Dengan pandangan yang masih buram, wanita tersebut mencoba menatap sekeliling mencari siapa yang telah berbicara. Namun sayang pada kenyataannya tak ada siapa pun di sekitarnya saat ini, hingga membuat dirinya menghela napas kemudian."Bagus! Kalau begitu nanti hubungi aku lagi!"Setelahnya, Kara tak mendengar suara apa-apa kembali. Sekelilingnya menjadi sunyi, hingga kini ia beralih menatap setiap dinding rumah sakit dan sebuah bangku kosong yang ada di sampingnya."Apa tadi aku sudah pingsan?" Wanita itu bergumam pelan, sambil berupaya bangkit dari tempat tidurnya.Dengan kepala yang masih sangat pening, Kara mencoba mengingat lagi bagaimana cara dirinya bisa berada di rumah sakit. Ia benar-benar bingung karena tetiba terbangun di tempat ini. Hingga beberapa saat kemudian napasnya terasa sesak, seiring dengan munculnya beberapa k

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Tidak! Ini Tidak Mungkin!

    Klikk!Sambungan telepon itu tiba-tiba langsung diputuskan sepihak begitu saja oleh Clarissa. Padahal masih ada banyak kata-kata yang Kara ingin sampaikan. Setidaknya ia ingin menitipkan pesan pada Barra melalui wanita itu, meski sebenarnya dirinya juga tak terlalu yakin akan langsung disampaikan nanti atau tidak.Tingg![Lihatlah, Kara. Bukankah Barra benar-benar menyayangiku?]Degghh!Hati Kara seketika terasa perih, melihat sebuah foto yang tiba-tiba dikirimkan oleh Clarissa. Di gambar itu terlihat dengan jelas bahwa wanita tersebut sedang memamerkan sebuah liontin baru. Dan tak hanya itu saja, Clarissa juga terlihat dengan senangnya bersandar pada Barra tepat di atas ranjang dengan gaun malamnya yang sangat tipis hingga tak benar-benar mampu menutupi setiap lekuk tubuhnya.Jadi, seperti inikah Barra yang sebenarnya? Pria itu ternyata hanya gemar mengumbar janji manis, tanpa pernah berniat untuk sungguh-sungguh?Ah, lagi-lagi Kara menyesal karena telah mengubah anggapannya pada Bar

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Rindu yang Menyesakkan

    Ada dua berita yang Kara terima hari ini. Yang pertama adalah kabar baik, karena keinginannya untuk segera keluar dari rumah sakit ini bisa terkabulkan. Sementara untuk yang keduanya, entah termasuk kabar baik atau buruk.Kabar baik atau buruk? Kenapa seperti itu?Ya, Kara sendiri pun sebenarnya tak tahu mengapa dirinya bisa berpikiran seperti itu. Namun yang jelas, ia sungguh tak menyangka dengan berita tersebut.Kalau dibilang senang, dirinya sebenarnya cukup senang karena ternyata Barra bisa menjalani komitmen yang serius dengan wanita lain. Namun jika dibilang tidak senang, Kara juga merasa seperti itu. Ia sangat kecewa, karena ternyata pria tersebut lebih memilih untuk mengurus pernikahannya terlebih dahulu dengan Clarissa, dibandingkan dengan mencari keberadaan anaknya yang masih menghilang.Ke mana janji pria itu yang katanya ingin segera mencari Arka sampai berhasil ditemukan? Kenapa pula janji tersebut dengan mudahnya menguap tanpa kabar,

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Undangan Pernikahan

    Berhari-hari berlalu, Kara merasa semakin tak betah karena hanya membaringkan tubuhnya di atas sebuah ranjang rumah sakit. Semua kebutuhannya, bahkan sudah tersedia di sekitarnya. Kurang lebih selama seminggu ini semua uang diinginkannya pasti selalu akan dilayani dengan baik, akan tetapi sayang nyatanya semua itu belum bisa membuat hatinya merasa tenang dan damai begitu saja."Apa belum ada kabar baik tentang keberadaan Arka?" Wanita itu langsung bertanya, tepat ketika melihat sesosok orang yang baru saja masuk ke dalam ruang inapnya. Jack yang mendengarnya pun langsung mendesah pasrah. Ia longgarkan kerah pakaiannya yang tiba-tiba terasa sesak, sebelum akhirnya kembali mendekat dan duduk di hadapan wanita yang akhir-akhir ini sering melamun dengan tatapannya yang terlihat sedikit kosong."Maaf, Kara. Aku dan para anak buahku belum bisa melacaknya. Para penculik itu memakai plat nomor mobil palsu, sehingga kita sempat sangat kebingungan untuk m

  • Jerat Pesona Ayah Anakku   Maaf dan Terima kasih

    Waktu telah berganti malam, hingga tak sadar Kara tertidur di dalam dekapan pria yang ada di sampingnya. Sayup-sayup suara bunyi hewan malam telah terdengar. Wanita itu sedikit menggeliat menggerakkan badannya yang pegal-pegal, hingga beralih menatap ke sebuah jendela besar yang hanya menampilkan gelap gulitanya malam."Bagaimana kabarmu sekarang, Nak? Apa kamu bisa tertidur tanpa bunda di sisimu? Apa sebelumnya kamu sudah makan dan membersihkan diri?"Kara membatin, dengan perasaannya yang kembali sesak. Dalam kesunyian malam, ia terisak kecil. Kara tak berani banyak mengeluarkan suara, karena tak mau membangunkan tidur pria yang sedari tadi sudah memeluk dan menjaga tidurnya.Barra, pria itu ternyata benar-benar hanya memeluk tubuhnya sampai malam. Putra tunggal Avaline tersebut sama sekali tak mengingkari janji, atau pun nekat berbuat hal lebih yang mungkin saja bisa dilakukannya di tempat ini.Sebenarnya, ada sedikit rasa beruntung b

DMCA.com Protection Status