Share

bab 33

Pagi hari aku dibangunkan suara murottal anak anak santri. Aku diminta untuk ikut berjamaah karena kata Abah dan Ustad semakin aku menebalkan ketakwaan maka Allah akan selalu melindungiku setiap saat. Malaikat subuh yang namanya sering jadi aroma parfum nampaknya bagian dari keistimewaan orang yang suka bangun lebih awal sepertiku saat ini.

“Nggak denger apa apa lagi?” Sebuah tepukan di pundak membuatku menengok dan akhirnya tersenyum.

“Nggak, aman udah kayaknya demitnya lagi semedi dulu.” Ujarku saat melihat Hamzah yang ternyata sudah lebih dulu bangun dariku.

“Bray, gimana rasanya di detox dengan ruqyah? Aura auranya, lo ngebet kawin juga?” tanyaku.

“Siapa sih yang nggak mau melakukan hal lumrah itu? Kita udah dewasa, kalau misal mau halal ya memang harus nikah,” jawab Hamzah.

Selepas shalat tadinya aku mau ke rumah Pak Ustad. Beliau tadi tidak kelihatan, mungkin sedang beristirahat di rumah sederhananya.

“Kalau lo jadi gue, lo milih Ipeh atau Nona Lisa?” tanyaku yang juga san
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status