"Sebagian membersihkan tempat ini dan sebagian ikut aku ke hotel XX!" "Baik Tuan!" sahut para penjaga serempak ketika Giorgio memberi perintah pada mereka.Giorgio ingin memberi pelajaran pada Adriana. Berani beraninya wanita itu menjadikan Serra menjadi targetnya, dan nyaris dia dan kakaknya mati sia sia ditempat ini. Sepertinya selama ini dia terlalu lunak pada wanita itu.Dan kali ini dia membawa penjaga cukup banyak karena tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Sampai di hotel yang dituju Gio langsung pergi menuju lift yang akan mengantarkan dirinya ke lantai kamar tempat Adriana menginap. Agar tidak terlalu menarik perhatian pria itu hanya membawa dua penjaga untuk ikut naik bersamanya. Sedang penjaga Alexander yang lain terlihat berjaga di beberapa titik sekitar hotel. Mereka bisa menghadang jika Adriana kembali menyewa orang bayaran untuk mencelakai majikan mereka. CEKLEKKK...Ternyata pintu kamar Adriana tidak terkunci, padahal tadi nyaris Giorgio mendobraknya. Dua penja
Serra membuka matanya, sesaat kemudian ia sadar jika sedang berada di dalam mobil yang sedang melaju. Dia ada di jok depan dengan posisi berbaring."Darah...Tuan Reynard!!" pekik Sera yang teringat dengan darah di lengan Reynard, luka akibat tergores peluru yang diarahkan padanya. Untung hanya lengan...bagaimana jika peluru itu bersarang di kepala? Atau tepat di jantung?"Tidak!""Berisik! Kenapa kau teriak teriak? Diamlah sebentar lagi kita sampai di rumah sakit!"Serra langsung menoleh ke samping, ia melihat Reynard sedang menyetir dengan lengan yang di bebat asal. Dan dari warna bebat yang memerah ia tahu jika darah yang keluar cukup banyak."Aku tidak apa apa, kau dengar itu? Dan jangan pingsan lagi, kenapa kau hobi sekali membuatku repot?" gerutu Reynard memarkirkan mobilnya, mereka sampai di rumah sakit. "Tetap di tempatmu!" seru Reynard ketika melihat Serra ingin membuka sendiri pintu mobilnya. Spontan Serra urung membuka pintu, ia berpikir jika Reynard mungkin tidak mengijin
Serra segera menjauhkan dirinya dari Erick ketika melihat kedatangan Reynard. Pria itu terlihat membawa beberapa kantong obat ditangannya. Tapi wajah pria itu merah padam, Serra yakin jika pria itu sedang marah besar. Mungkin efek luka di lengan pria itu berpindah ke otaknya, Reynard selalu saja marah tanpa sebab.Sedang Erick terlihat menggelengkan kepalanya pelan, ia hanya berpikir jika saat ini dia sedang melihat seorang Dimitri Alexander pada diri pria muda yang sedang menghampirinya. Sifat yang meledak ledak, arogan dan selalu mengintimidasi!"Ehmm apa kau ingat? Ini Uncle Erick, tadi kami tidak sengaja bertemu disini," ujar Serra yang melihat Reynard terus menatap tajam pria parubaya disampingnya."Selamat siang Tuan Alexander, senang bisa kembali bertemu dengan anda! Anda sedang tidak baik baik saja?" sapa Erick melihat ke arah luka di lengan Reynard. Ada sedikit noda darah di kaos yang dikenakan pria muda di depannya."Selamat siang Tuan Erick, saya juga senang bisa kembali b
Kathleen menatap layar televisi yang menayangkan berita tentang dia tanpa berkedip. Dexter benar benar memenuhi ancamannya, entah bagaimana caranya tapi semua video panas antara dirinya dan pria itu sedang menjadi trending topik di semua media.Video video panasnya ternyata dijual di sebuah web khusus film film panas. Dan siap tidak siap dia harus bisa menerima dampaknya. Sang manager telah meninggalkannya dan semua kontrak kerja diputus secara sepihak. Dan perusahaan warisan orang tuanya sudah di akuisisi oleh Jayde's, walau namanya masih tetap menjadi salah satu pemegang saham di Stockholm. Sekarang hidup Kath hanya bergantung pada keuntungan yang dibagikan Jayde's. Dan tentu saja tak akan mencukupi gaya hidupnya yang sudah terbiasa mewah. Karena keuangannya tidak memungkinkan untuk membiayai operasi plastik di negeri ginseng maka dengan terpaksa ia menagih bantuan yang dulu ditawarkan oleh Giorgio.Kath melihat jam digital yang ada di atas nakas, tak terasa sudah waktunya makan m
"Ckk kenapa tiba tiba sekali! Bukannya kemarin dia bilang jika aku cuti dua hari," cicit Serra yang pagi ini tiba tiba saja mendapat pesan dari Bryan untuk datang ke kantor Jayde's pagi ini juga."Kau ingin ke kantor sayang? Bukannya kau masih libur?" tanya Jane yang melihat putrinya sudah rapi dengan pakaian formal. "Tuan Bryan tadi mengirim pesan agar aku segera ke kantor Bu, tapi tidak lama. Mungkin jam makan siang aku sudah pulang," sahut Serra mencium sekilas ibunya"Kau tidak melihat adikmu dulu?""Tentu saja, aku sudah buatkan sarapan untuknya, semalam dia memintaku untuk bercerita tentang masa kecil kami. Dan Naina menangis, aku rasa dia mulai ingat dengan sebagian masa masa kebersamaan kami. Sungguh, aku bahagia."Serra membawa nampan berisi sarapan ke kamar Naina, ia ngin menyuapi adiknya sebelum berangkat ke kantor."Hai cantik, kau sudah bangun? Kakak bawa sarapan untukmu."Serra mencium kening adiknya, dia meletakkan nampan di meja setelah melihat tatapan Naina padanya.
Serra segera ke lantai atas untuk tahu pekerjaan apa yang akan di berikan Bryan padanya. Sampai di lantai atas dia terkejut karena mejanya yang berada tepat disamping meja sekretaris utama telah menghilang."Selamat pagi Nona Serra, mari bicara di ruangan saya," ujar Bryan yang paham dengan raut tanya wanita di depannya.Serra menurut dengan mengikuti langkah Bryan, sudut matanya melirik ruangan presdir yang tampaknya sangat sepi. Apa mungkin Reynard sedang pergi bersama sekretaris Cindy, karena tadi ia juga tidak mengalami Cindy di mejanya."Silahkan duduk Nona, saya ingin berbicara tentang apa yang tadi anda lihat di ruang depan. Maaf, saya sudah membuang meja anda karena memang tidak diperlukan lagi.""Apa saya dipecat? Apa salah saya pada perusahaan ini?" tanya Serra tanpa penekanan, dia tahu Bryan melakukan semua hal dengan alasan yang tepat."Tuan Reynard mengangkat anda menjadi sekretaris utama perusahaan ini. Dan beliau melakukan itu bukan tanpa alasan. Kinerja anda saat divis
Serra sedikit ragu untuk turun dari mobilnya, saat ini dia sudah berada di halaman depan kediaman Alexander. Sebenarnya ia ingin segera pulang dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga atas kembalinya ingatan Naina. Tapi jika ia tidak segera melakukan tugasnya maka dia akan semakin lama berada disini. Serra segera turun dari mobil ketika seorang penjaga datang menghampirinya. Pria itu pasti ingin memarkirkan mobilnya."Anda Nona Serra? Tuan Bryan ingin anda segera masuk dan menemui Tuan Reynard. Dan untuk mobil ini biar saya yang akan mengurusnya," ujar pria bertubuh tambun itu sopan.Tanpa berkata apa apa lagi Serra segera menyerahkan kunci mobilnya dan masuk ke dalam mansion. Seorang maid sudah menunggunya untuk mengantarnya ke lantai atas. Sepertinya Bryan benar benar telah 'menyiapkan' kedatangannya.Sampai di depan kamar Serra langsung mengetuk pintunya, karena tidak ada sahutan maka dia langsung membukanya. Dan ternyata pintu kamar Reynard tidak terkunci. Maid yang tadi meng
"Ckk ini sudah sore saya....emmpptthhhh!" sebelum bisa menyelesaikan kata katanya bibir Serra sudah dibungkam dengan sebuah ciuman."Kau sudah berjanji tak akan berbicara formal lagi padaku!" ujar Reynard mengeratkan pelukannya pada wanita yang berbaring dalam rengkuhannya. "Say....maksudnya aku harus pulang, ibu pasti mencariku karena aku berjanji pulang siang tadi. Dan aku butuh waktu untuk beradaptasi denganmu," ujar Serra yang kesal karena tak juga bisa melepas rengkuhan tangan Reynard. Tangan pria itu bagai besi yang tak bergeming walau sekuat apapun ia ingin memindahnya. Dua kali permainan di ranjang dan terakhir di dalam kamar mandi, tepatnya ketika ia ingin membersihkan tubuhnya di bawah shower. Seperti tak ada bosannya Reynard menyentuhnya. Alhasil tubuhnya serasa remuk redam, bagian inti tubuhnya juga masih terasa perih.Serra menyerahkan dirinya karena sebenarnya ia sudah mulai mencintai iblis disampingnya. Reynard sering kali membuat dunianya jungkir balik. Kadang ia san
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Adiknya harus menjalani beberapa prosedur medis untuk memastikan jika kanker tak akan tumbuh lagi at
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya. Pria itu akan selalu berusaha berada di sisi istrinya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, akhir akhir ini perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Dia mendengar
Adrian terbangun dengan mengerjabkan matanya, indera penciumannya terganggu dengan bau gurih dan wangi masakan. Hal yang ia rindukan setelah sepuluh tahun terakhir ini kehilangan ibunya.Ibunya meninggal tak lama setelah ia kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah pengganti ayah Serra sebagai pemegsjg tampu tertinggi klan Mendoza, tapi karena membuat sistem yang berbeda ayahnya dibenci dan akhirnya klan terbagi menjadi dua bagian.Karena rasa cintanya pada kedua orang tuanya sampai sekarang Adrian masih terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, yaitu mengarahkan klan-nya ke arah yang lebih baik. Dia ingin dunia mengenal nama Mendoza sebagai klan terhormat, bukan sebagai klan kotor penuh kejahatan.Dia masih sangat muda waktu itu, tapi ia beruntung karena didukung oleh orang orang yang masih setia pada ayahnya. Hidupnya selalu penuh ancaman, dan hal itulah yang menempanya menjadi pria yang lebih kuat. Tak sekalipun ia gegabah mengambil tindakan, semua langkahnya selalu penuh perhitung
"Apa? Kak Adrian meminta Deela ikut bekerja dengannya? Jangan bercanda?" ujar Serra tak percaya ketika baru saja suaminya mengatakan jika sahabatnya sudah diminta bekerja menjadi asisten kakak sepupunya."Semalam dia sudah memintanya secara resmi padaku sayang, dia bilang sangat kerepotan jika melakukan perjalanan bisnis tanpa seorang asisten disampingnya. Adrian memperbesar pengaruh bisnis agar lebih mudah mengendalikan sayap kiri klan yang tidak pernah mendukungnya."Serra menghela nafas panjang, pantas saja semalam suaminya bersikukuh meninggalkan Deela. Reynard sengaja meninggalkan Deela agar Adrian bisa mengantarnya pulang, mungkin pria itu ingin hubungan Adrian dan Deela lebih dekat."Bagaimana jika Deela menolak? Dia tak punya pengalaman menjadi asisten pribadi. Jika sedang bekerja maka dia akan menjadi sosok yang perfeksionis," ujar Serra masih khawatir jika kakak sepupu maupun sahabatnya bukanlah partner kerja yang baik "Adrian menawarkan gaji tiga kali lipat lebih besar, se
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Deela bisa bernafas lega, dia sudah sampai di halaman depan area rumah sewanya. Dari balik jendela mobil ia bisa melihat jika kedatangan mereka sangat menarik perhatian penghuni lain area tempat tinggalnya.Wajar saja terjadi karena mobil yang ia tumpangi merupakan salah satu mobil termahal yang hanya beberapa gelintir orang saja memiliki. Dan lamunannya buyar ketika tiba tiba pintu mobil sudah terbuka lebar untuknya. Adrian ternyata sudah berdiri di sisi pintu, pria itu membukakan pintu untuknya! Tapi sejak kejadian di supermarket tadi ia tak berani menatap netra setajam elang itu. Sungguh ia sama sekali tak menduga jika pria itu mau dan mampu mengangkat tubuhnya.Tapi ini bukan negeri dongeng di mana upik abu di gendong pangeran untuk dibawanya ke istana dan kemudian akan hidup berbahagia selamanya. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya. Adrian adalah pria tampan kaya raya yang tak akan mungkin ia jangkau, pria itu juga t
Deela langsung turun dari mobil ketika mereka berhenti disebuah mini market yang ada di pinggiran kota. Tak peduli dengan suara yang berkali kali memanggilnya, yang ada di otaknya sekarang hanyalah beberapa batang coklat, satu bungkus besar keripik kentang dan sebotol susu pisang dingin yang pasti menyegarkan tenggorokannya.Dan benar saja, tak berapa lama wanita itu sudah memenuhi keranjang belanjanya. Dan Adrian sudah berdiri disamping kasir seakan sedang menantinya. Deela segera mengikuti arah pandang Adrian yang terus saja memandang ke bawah, dan dia berdecak malas ketika menyadari jika ia sedang tidak mengenakan alas kakinya. Kakinya pegal karena seharian ini tak melepas sepatunya. Sepatu yang ia kenakan di kantor adalah sepatu hak yang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja tak nyaman jika dikenakan terus menerus. Dan tanpa sadar ia melepas sepatunya tadi di dalam mobil."Kau seperti suku primitif yang baru pertama kali masuk ke dalam toko. Lantainya dingin sekali, kau bisa sakit
Deela melihat ke arah sekitarnya, dirinya seperti seorang perempuan di sarang penyamun. Dia satu satunya wanita yang ada di tempat ini. Dan seperti biasanya, tak akan ada yang seorang pun memperhatikannya. Dia tak menyalahkan Serra yang terlebih dulu pulang tanpa mengajaknya karena ia yakin situasinya tak memungkinkan untuk pulang bersama sama. Tapi sesaat kemudian dia bisa bernafas dengan lega ketika dua penjaga Jayde's datang menghampirinya."Nona Deela, Nyonya Muda meminta kami untuk mengantar anda pulang. Beliau juga meminta kami membeli ini untuk Nona," ujar salah satu penjaga memberikan satu kantong plastik penuh berisi beberapa anak dan coklat. Serra tahu jika sahabatnya sangat suka dengan cemilan setelah makan malam."Terimakasih, sebaiknya kita pulang sekarang saja. Besok pagi pagi sekali aku harus berangkat kerja, ada tugas yang harus aku selesaikan," sahut Deela sangat bersemangat melihat banyaknya makanan ringan di tangannya.Wanita itu segera mengikuti langkah dua penjag
"Ehh...Tuan Adrian? Saya hanya membawa ini untuk kentang dan sayurannya," ujar Deela dengan menunjukkan dua wadah yang tadi dibawanya. "Tapi tidak begitu dengan yang aku lihat, kembali ke tempatmu sekarang juga.""Memang apa yang sedang anda lihat? Saya disini untuk membantu mereka, bukan sedang menari telanjang dan menggoda mereka!" seru Deela, tanpa sadar matanya menatap tajam pria yang berdiri menjulang didepannya. Dia hanya tidak suka dengan kata kata bernada ancaman yang ditujukan padanya.Tinggi badannya yang hanya sebatas dada pria arogan didepannya membuatnya harus mendongakkan kepala."Turuti kata kataku, atau...""Atau apa? Membunuhku? Kau bukan siapa siapa bagiku! Jadi kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Jangan kau pikir semua orang harus tunduk di kakimu Tuan Adrian yang terhormat," ujar Deela dengan suara pelan tapi penuh penekanan. Dia bahkan tidak menggunakan kata kata formal lagi pada kakak sahabatnya itu.Sebenarnya Deela sedang menahan rasa takutnya karna sa
"Kau suka?" tanya Gio memeluk istrinya dari belakang. Sekarang mereka berada di sebuah resort pinggir pantai yang ada di Bali. Liburan kali ini adalah hadiah pernikahan mereka dari Mia Alexander."Suka sekali, sudah lama aku ingin kesini. Sayangnya Serra dan kakakmu tak bisa berlibur disini bersama kita.""Mana mau kakakku pergi bersama, dia pasti lebih suka pergi ke pulau tak berpenghuni agar tak ada satupun orang yang bisa mengganggu mereka," ujar Gio yang membuat istrinya tertawa.Gabrielle sangat paham bagaimana watak Reynard karena sudah cukup lama mereka bersahabat. Reynard bukanlah pria yang bisa bersikap hangat ataupun lembut pada wanita. Tapi dia akan benar benar menjaga apa yang sudah ia klaim menjadi miliknya jika sudah menjatuhkan hatinya."Rasanya aku masih tak percaya berada disini bersamamu, bertahun tahun menjadi sahabat kakakmu tapi aku bahkan tak pernah bertemu secara langsung denganmu," ujar Elle mencium sekilas rahang suaminya. Angin pantai di sore hari membuatn