PRAANNGGG...Reynard meraih vas bunga dan melemparnya hingga hancur berantakan. Emosinya meledak karena sampai saat ini dia belum bisa menemukan Serra. Kini ia sedang ada di ruang kantornya.Semua orang yang ia kerahkan bahkan tak bisa mengendus kemana wanita yang yang cintai itu pergi. Sayangnya Bryan juga sedang tugas keluar kota karena ada proyek yang harus pria itu tangani. Proyek yang ia serahkan karena saat ini seharusnya ia masih dalam cuti pernikahannya.Ya, seharusnya sekarang ia menjalani masa masa bahagianya. Selain istri ia juga mendapat anugerah seorang anak. Seharusnya kebahagiannya sudah lengkap, tapi karena kebodohannya semua sirna."Maaf Tuan, tapi kami tak bisa melacak ponsel mereka. Sepertinya ponsel Nyonya Jane dan Nona Naina sedang tidak aktif. Lagipula kami yakin jika Tuan Erick sudah mengantisipasinya!"Reynard membuang pandangannya, ia hampir lupa jika Serra dan keluarganya ada dalam lindungan Erick Kylen sang mantan pemimpin badan inteligen.Setelah dari rumah
"Sebuah kehormatan anda berdua mau mengunjungi saya di rumah saya sendiri Tuan Muda Alexander. Saya akui nyali anda berdua cukup besar untuk datang ke tempat ini. Jika anda pikir saya akan takut maka anda salah! Saya tak terlalu memikirkan tentang anak perusahaan milik saya yang diakuisisi oleh Jayde's. Pasang surut di dunia bisnis itu sudah biasa!" sapa sinis Carlos Vendez pada dua tamu yang tak pernah diundangnya.Reynard Jayde dan Giorgio Alexander siang ini datang di mansion-nya hanya dengan beberapa orang saja. Carloz kurang lebih tahu apa maksud kedatangan kedua putra Alexander itu.Dua pria muda itu memaksa masuk ke dalam mansion dengan sempat baku tembak dengan orang orangnya. Dan sayangnya walau mereka menang jumlah tapi tetap saja tak sanggup membendung putra putra Alexander dan pasukannya."Aku kesini hanya ingin butuh jawabanmu, kenapa kau mengganggu keluarga Wilson? Jauhi mereka dan jangan pernah berani berbuat lebih jauh karena bukan hanya perusahaanmu, tapi aku akan mem
"Tuan Rey, bantuan datang lagi dengan jumlah yang sama seperti tadi. Sepertinya ini taktik mereka! Mereka buat seolah tidak siap dengan serangan kita padahal mereka sudah merencanakan ini dengan sangat baik. Carloz hanya umpan untuk memancing kedatangan kita!"Reynard hanya mendengus kasar ketika mendengar penjelasan dari salah satu penjaga yang saat ini selalu berada dibelakangnya. "Berengsek, jadi mereka adalah orang orang Mendoza? Berapa sisa orang orang kita?" tanya Reynard dengan mata yang masih tajam melihat sekitarnya. Kadang dia mengambil senjata dari musuh yang sudah tergeletak tak bernyawa karena ia tak membawa cukup peluru untuk senjata yang ia bawa. Reynard akui jika kali ini dia ceroboh, terlalu menganggap remeh lawannya. Sungguh dia tak menduga jika saat ini harus berhadapan langsung dengan klan Mendoza. Dia sangat tahu sepak terjang klan kejam itu, tapi dia tak merasa harus memusuhinya karena sebelumnya ia memang tak mempunyai masalah dengannya."Sudah tiga orang gug
Beberapa jam yang lalu..."Apa masih jauh? tanya Mia yang sekarang duduk disisi suaminya yang sedang menyetir. Mereka ingin pergi ke tempat Serra di bawa. Suatu tempat di daerah pegunungan dengan udara sejuk yang jauh dari keramaian kota. Seperti biasa, sang Tuan Besar Alexander lebih senang mengendarai sendiri tanpa menggunakan seorang supir. Sengaja ia dan Erick menempatkan keluarga Wilson di suatu tempat yang tak diketahui banyak orang agar lebih aman.Di tempat itu mereka juga leluasa mengatur sistem keamanan tanpa membuat kekhawatiran Serra dan keluarganya. Dan agar putranya bisa lebih introspeksi diri ketika sedang berjauhan dari calon istrinya. Belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi."Sebentar lagi kita sampai. Boleh aku minta sesuatu padamu?""Aku tidak boleh menangis dan berbicara masa lalu. Itu yang ingin kau minta?"Dimitri terdengar menghela nafas, ia hanya tak ingin Serra maupun Naina mendengar kisah masa lalu kedua orang tua kandung mereka. Dia masih ingat
"Mereka cantik sekali, dari dulu aku ingin punya anak perempuan tapi nyatanya Tuhan memberiku anugerah dua pria tampan!" ujar Mia dengan pandangan terarah pada Serra dan Naina yang fokus pada layar laptop didepannya.Serra dan Naina sempat menyapanya tadi, tapi Mia dan Jane memilih duduk di pinggiran kolam renang sambil menikmati secangkir teh agar tak menganggu kegiatan mereka. Serra sedang membantu persiapan ujian kelulusan adiknya."Ya mereka cantik sekali, aku jatuh cinta ketika pertama kali melihat mereka. Mereka begitu mungil dan tak berdaya waktu itu. Mata Serra sembab karena tahu jika sudah kehilangan ibunya, dan dia ketakutan karena waktu itu tak ada seorang pun yang ia kenal di rumah sakit!" "Aku sudah mendengar semua dari suamiku ehh...maksudku dari dia, maaf!" gugup Mia menyadari sudah salah berkata, Jane pasti mengira jika penyebutan 'suamiku' adalah pengukuhan jika seorang Dimitri Alexander adalah miliknya."Dia memang suamimu Mia, tak ada yang salah dengan itu. Kami su
Giorgio duduk bersandar disalah satu pilar besar kediaman Carloz, sebenarnya Reynard sudah memaksanya untuk pergi ke rumah sakit. Tapi ia masih ingin menikmati luka pertamanya, luka tembak yang ia dapat karena membasmi musuh keluarganya. Beberapa saat yang lalu Reynard sudah pergi untuk menemui Dimitri, sedang dia masih duduk ditempat ini dengan alasan mengawasi tim sweeping membawa orang orangnya yang gugur ataupun terluka."Hei hentikan! Biarkan mereka!" seru Gio ketika melihat seorang penjaga ingin menyeret pergi seorang wanita yang menghampiri sebujur mayat yang mungkin adalah keluarganya. Dilihat dari pakaiannya wanita itu adalah seorang maid di kediaman Carloz. "Giorgio..." Giorgio menoleh ketika mendengar suara wanita dari arah belakang. Matanya memicing ketika melihat seorang wanita dengan wajah yang sepertinya tidak asing untuknya."A-aku Kathleen, apa kau tak ingat aku?"Giorgio spontan berdiri ketika melihat wanita yang mengaku bernama Kathleen itu mendekat padanya. Satu
"Ckk kenapa kau tengil sekali? Itu hanya luka kecil, jangan berlebihan," ujar Reynard yang sebal melihat Gio yang hanya mengenakan kaos oblong hingga memperlihatkan luka tembak di lengannya yang sudah dibebat."Memang apa salahnya aku memakai baju ini? Aku terlihat sangat tampan!" sahut Gio, menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. Saat ini mereka masih ada dikota asal Carloz, karena masih mengurus pengobatan para penjaga yang terluka dan yang gugur dalam pertempuran. Walau jumlahnya tidak banyak tapi tetap saja Reynard merasa bertanggung jawab pada seluruh penjaga yang bekerja padanya."Kau mau kemana?" tanya Reynard ketika Gio berlalu keluar kamar hotel, padahal hari sudah hampir larut."Aku ingin keluar sebentar, aku butuh merefresh otak dan hatiku setelah patah hati!" "Maksudmu?" "Kau mengambilnya dariku, jadi sekarang aku butuh beberapa gelas beer agar bisa melupakannya!" sahut Gio sambil tertawa, sengaja menggoda kakaknya. Dia tahu jika Erick masih melarang Reynard berte
Reynard pergi ke titik yang diberikan oleh Bryan, yang ternyata adalah area pinggiran kota dimana terdapat bar kecil yang tidak terlalu banyak pengunjung. Walau begitu ia merasa jika tempat ini bukanlah tempat 'biasa'."Ada apa?" tanya Reynard ketika sudah ada duduk disamping Bryan, mereka duduk tepat di depan meja bartender.Sebelum Bryan menjawab sang bartender terdengar menyapanya."Selamat malam Tuan Jayde? Senang akhirnya bisa bertemu pria hebat seperti anda. Ingin minum sesuatu?" sapa sang bartender hingga membuat Reynard harus mengerutkan dahinya, karena ia tidak mengenal sosok didepannya."Aku tidak ingin minum," jawab Reynard karena setelah ini ia akan kembali ke klub malam untuk menjemput Gio dan Elle. Dia khawatir dua orang itu akan mabuk dan membuat keonaran.Pandangannya kembali teralih kepada bartender yang sepertinya seumuran dengannya. Dengan badan tinggi besar, berkulit coklat dan garis muka yang tegas."Dia adalah keturunan klan Mendoza yang sekarang memegang pimpina