Giorgio duduk bersandar disalah satu pilar besar kediaman Carloz, sebenarnya Reynard sudah memaksanya untuk pergi ke rumah sakit. Tapi ia masih ingin menikmati luka pertamanya, luka tembak yang ia dapat karena membasmi musuh keluarganya. Beberapa saat yang lalu Reynard sudah pergi untuk menemui Dimitri, sedang dia masih duduk ditempat ini dengan alasan mengawasi tim sweeping membawa orang orangnya yang gugur ataupun terluka."Hei hentikan! Biarkan mereka!" seru Gio ketika melihat seorang penjaga ingin menyeret pergi seorang wanita yang menghampiri sebujur mayat yang mungkin adalah keluarganya. Dilihat dari pakaiannya wanita itu adalah seorang maid di kediaman Carloz. "Giorgio..." Giorgio menoleh ketika mendengar suara wanita dari arah belakang. Matanya memicing ketika melihat seorang wanita dengan wajah yang sepertinya tidak asing untuknya."A-aku Kathleen, apa kau tak ingat aku?"Giorgio spontan berdiri ketika melihat wanita yang mengaku bernama Kathleen itu mendekat padanya. Satu
"Ckk kenapa kau tengil sekali? Itu hanya luka kecil, jangan berlebihan," ujar Reynard yang sebal melihat Gio yang hanya mengenakan kaos oblong hingga memperlihatkan luka tembak di lengannya yang sudah dibebat."Memang apa salahnya aku memakai baju ini? Aku terlihat sangat tampan!" sahut Gio, menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. Saat ini mereka masih ada dikota asal Carloz, karena masih mengurus pengobatan para penjaga yang terluka dan yang gugur dalam pertempuran. Walau jumlahnya tidak banyak tapi tetap saja Reynard merasa bertanggung jawab pada seluruh penjaga yang bekerja padanya."Kau mau kemana?" tanya Reynard ketika Gio berlalu keluar kamar hotel, padahal hari sudah hampir larut."Aku ingin keluar sebentar, aku butuh merefresh otak dan hatiku setelah patah hati!" "Maksudmu?" "Kau mengambilnya dariku, jadi sekarang aku butuh beberapa gelas beer agar bisa melupakannya!" sahut Gio sambil tertawa, sengaja menggoda kakaknya. Dia tahu jika Erick masih melarang Reynard berte
Reynard pergi ke titik yang diberikan oleh Bryan, yang ternyata adalah area pinggiran kota dimana terdapat bar kecil yang tidak terlalu banyak pengunjung. Walau begitu ia merasa jika tempat ini bukanlah tempat 'biasa'."Ada apa?" tanya Reynard ketika sudah ada duduk disamping Bryan, mereka duduk tepat di depan meja bartender.Sebelum Bryan menjawab sang bartender terdengar menyapanya."Selamat malam Tuan Jayde? Senang akhirnya bisa bertemu pria hebat seperti anda. Ingin minum sesuatu?" sapa sang bartender hingga membuat Reynard harus mengerutkan dahinya, karena ia tidak mengenal sosok didepannya."Aku tidak ingin minum," jawab Reynard karena setelah ini ia akan kembali ke klub malam untuk menjemput Gio dan Elle. Dia khawatir dua orang itu akan mabuk dan membuat keonaran.Pandangannya kembali teralih kepada bartender yang sepertinya seumuran dengannya. Dengan badan tinggi besar, berkulit coklat dan garis muka yang tegas."Dia adalah keturunan klan Mendoza yang sekarang memegang pimpina
Giorgio memapah tubuh Elle yang berjalan terhuyung, mungkin pengaruh obat laknat dan alkohol di dalam tubuhnya. Tapi baru beberapa langkah tubuh Elle seperti sangat lemah, dua tangan dokter cantik itu sudah bergelayut di lehernya.Akhirnya Giorgio membopong tubuh Elle karena akan terlalu lama jika berjalan dengan cara seperti itu. "Jangan pulang ke hotel, mommy tidak boleh tahu aku dalam keadaan begini. Ya Tuhan kenapa kau tampan sekali Giorgio Alexander, aku ingin... jangan gila Elle...jangan gila!" gumam Elle.Giorgio ingin tertawa melihat tingkah wanita mabuk dalam rengkuhannya, tapi ia juga khawatir karena tahu obat perangsang yang seharusnya ditujukan padanya sudah bekerja di tubuh Elle.Tiba tiba ia menghentikan langkahnya, terlalu beresiko jika mereka keluar dengan cara seperti ini. Elle adalah seorang dokter, jika ada pemburu berita ada disekitar tempat ini maka karir gadis itu akan hancur.Pasti akan tersiar kabar jika Elle mempunyai skandal dengannya, atau mungkin saja dibe
Serra menaikkan dua tangannya untuk meregangkan otot, baru saja ia bangun dari lelapnya. Pagi ini matahari sepertinya belum muncul di peraduannya, hingga masih bisa ia lihat bintang yang masih setia menghiasi langit gelap.Sudah tiga hari Erick pergi bersama Dimitri, dan Mia sudah dijemput penjaga Alexander kembali ke pulau.Serra bisa melihat sikap ibunya yang terlihat lebih pendiam. Dia yakin jika apa yang dipikirkan ibunya berkaitan erat dengan rencana pernikahan yang memang diputuskan mendadak itu. Dia sendiri yang meminta Erick Kylen dan Jane secepatnya menikah.Awalnya baik Erick dan Jane menolak untuk menikah lebih dulu, tapi Serra mengatakan jika dia belum siap untuk menjalin hubungan lagi dengan putra sulung Alexander. Hatinya masih sangat sakit ketika mengingat semua penghinaan Reynard pada ibunya.Dia pasti akan memaafkan, tapi butuh waktu untuk membuat semua kembali seperti semula."Hai sayang selamat pagi, kau sudah bangun? Bagaimana kalau kita jalan jalan pagi, lbu perna
Elle membuka matanya karena merasa ada beban yang melingkar di perutnya, sebelum bisa melihat apa yang terjadi wanita itu memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. "Kau sudah bangun?"Dan suara seorang pria membuatnya terperanjat kaget, suara itu terdengar tepat di telinganya. Reflek ia menggerakkan sikut tangannya, salah satu gerakan membela diri yang ia pelajari di kelas taekwondo-nya."Akkhhh..." "Ehhh Gio? Kenapa kau disini?" Elle langsung menyingkap selimut dan melihat keadaan dirinya yang masih telanjang."Kau? Dasar mesum! Predator! Kau apakan diriku hahh!"Gio menyentil dahi gadis yang kalap memukul dadanya, matanya terpejam ketika Elle melupakan selimutnya yang saat ini tersingkap. Area atas dengan bukit berpucuk merah muda itu membuat sesuatu di bawah sana terbangun."Lihat ini," Gio menunjukkan area dada, leher dan tengkuknya yang dipenuhi tanda merah keunguan."Predator? Kau bisa lihat ini? Ini hanya sebagian maha karya yang kau buat. Perlukah aku tunjukkan semua?"
Serra menatap tajam pria yang sedang berjalan ke arahnya, pria yang merupakan saudara dari ayah kandungnya. Apapun yang terjadi dia akan tetap bersama dengan Jane, wanita yang sudah mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.Sekarang ia mengerti kenapa dulu Jane membawa dia dan Naina pergi walaupun mereka masih punya keluarga kandung. Ibunya pasti tak ingin dirinya dan Naina hidup di lingkungan yang mengerikan.Tapi baru beberapa langkah pria itu sudah jatuh di atas lantai dengan tangan bersimbah darah, senjata yang di bawa pun sudah terpental jauh."Jangan pernah berani menyentuh mereka bangsat!"Reynard, ternyata pria yang tidak ingin ia temui datang menjadi penyelamatnya. Sepertinya pria itu sengaja menggunakan peredam agar tak membuat mereka lebih ketakutan. Dan dibelakang Reynard terlihat Bryan yang juga bersiap dengan senjata ditangannya.Mereka langsung ke area pelatihan milik Erick setelah berbicara dengan sepupu laki laki Serra yang merupakan pemimpin klan Mendoza saat ini. Sebua
"Dia sudah pergi?" tanya Jane ketika Serra masuk ke dalam kamar Naina untuk melihat keadaan adiknya. Dan wanita itu menghela nafasnya ketika sebuah anggukan menjadi jawabannya."Ibu mengerti perasaanmu, tapi kadang sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan kita. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, semua orang pernah berbuat salah sebaik apapun dia. Termasuk seorang Reynard Jayde Alexander. Dia sangat mencintai keluarganya, kau bahkan tahu apa yang bisa ia lakukan untuk adiknya. Agar Gio bisa lepas dari tunangannya.""Aku tidak membencinya Bu, tapi aku butuh waktu agar bisa melupakan semua penghinaannya. Sekarang aku hanya fokus padanya," satu tangannya sudah mengelus lembut perut ratanya."Tadi dia bahkan memanggilnya jagoan, bagaimana dia yakin jika bayiku adalah bayi laki laki," gumam Serra yang membuat Jane dan Naina tertawa."Itu feeling seorang ayah sayang. Ayah..," Jane menjeda kata katanya, seperti ada beban berat ketika ingin meneruskan kata katanya."Sekitar tujuh belas