Home / CEO / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 81 - Suami Istri Salah Tingkah

Share

Bab 81 - Suami Istri Salah Tingkah

last update Last Updated: 2023-09-05 09:01:34
“Aku benar-benar harus minta maaf pada Stevan malam ini juga!” tekad Elisa sambil mengepalkan tangan erat-erat, berdiri di beranda menantikan kepulangan suaminya. Penjelasan dari Maria benar-benar menyadarkannya.

“Tapi … apa Stevan mau berbicara denganku? Tadi pagi aku sudah memprovokasinya dengan sengaja. Sepertinya dia marah, bahkan melempar sendok garpu di tangannya.”

Elisa berlari kembali ke kamar, melompat ke atas ranjang dan menyembunyikan wajahnya dengan bantal.

“Apa aku bicara besok pagi saja saat sarapan?” Tangannya meraba-raba sisi lain kasur, mengambil ponsel. Dia ingin membaca artikel yang mungkin bisa membantunya.

“Cara meminta maaf,” gumam Elisa, mengucapkan kata yang tengah diketik di laman mesin pencarian yang bisa memberikan segala macam informasi kepada penggunanya.

Mata indah Elisa mengerjap, menatap deretan huruf di depannya.

“Kenapa banyak sekali artikelnya? Aku harus membaca semuanya?”

Elisa meletakkan ponsel, tapi kembali diambil tiga detik berikutnya. Sat
Creative Words

Cieee ada yang udah baikan >__< Stevan sekalinya bersikap manis langsung bikin Elisa salting brutal hahaha. Masih pada mau momen romantis mereka lagi nggak nih? Atau mau berantem lagi aja? :D btw hari ini double up lohh ^^

| 3
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
ChristyneAlin Tyne
ah tidak sabar untuk membaca saat mereka menyatakan perasaan masing2... kenapa harus dilambatkan moment ini
goodnovel comment avatar
Lauwsiokhiang
ya romantis dikit lah kan sdh "mengandung",spy baby nya lahir nggak punya sifat dendam... happy slalu
goodnovel comment avatar
Selvi Aja
nunggu cerita mereka saat bercinta ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 82 - Kamu Menyukainya?

    “Apa yang kamu lihat?” tanya Sera sambil menatap sekeliling, tetapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian kecuali lalu lalang kendaraan di jalan. “Kamu menunggu seseorang?”Elisa menggeleng, berbalik dan memasuki gerbang universitas tanpa mengatakan apa pun. Dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Stevan mengacak rambutnya, tersenyum, bahkan juga melambaikan tangan. Itu tiga hal yang mustahil. Di luar nalar.“Benar-benar mustahil. Pasti aku hanya berhalusinasi.”Lagi-lagi Elisa menggeleng-gelengkan kepala, menyangkal memorinya. Tidak masuk akal bagi seorang pria tanpa perasaan yang suka menindas, tiba-tiba bersikap begitu baik. Bahkan juga bisa disebut sedikit romantis.“Ah, atau dia berusaha

    Last Updated : 2023-09-06
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 83 - Konsultasi Perasaan

    Wajah Elisa merona mendengar pertanyaan Sera. Ia tidak bisa menyembunyikan bisikan hati kecilnya yang mulai menaruh rasa pada pria itu. “Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan,” jawab Elisa, mencoba berkilah sambil menolehkan muka ke arah lain. Dia tidak bisa berbohong pada Sera. Gadis itu pasti akan mengetahui kebenaran yang terlihat di matanya. “Ayolah, jujur saja padaku. Sejauh mana hubunganmu dengannya?” “Hubungan apa? Aku tidak—” “Aah, kamu tidak perlu malu padaku. Apa kalian sudah tidur bersama?” Elisa menggeleng, malu sendiri dengan pertanyaan Sera. Gadis itu benar-benar menggodanya, menanyakan hal-hal yang tidak seharusnya diceritakan. “Bukankah sudah kukatakan, aku dan Stevan tidak sepenuhnya—” “Tidak perlu menutup-nutupinya dariku, Elisa. Malam sebelum fashion show, kalian tidur bersama bukan?” “Aku memang tidur di kamarnya, tapi kami tidak melakukan apa-apa!” “Ahaha, apa aku harus percaya ucapanmu?” Sera mengedipkan sebelah matanya, “Kalian pasangan yang sah, buka

    Last Updated : 2023-09-06
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 84 - Sikap Posesif Stevan

    Mario meneguk ludah sebelum bicara, “Itu hanya pendapat pribadi saya. Sejak siuman, Anda begitu temperamental dan sulit mengendalikan emosi. Namun, kehadiran Nona Elisa membuat Anda berubah perlahan, menjadi lebih tenang dan bersabar.” “Kau memujiku atau sebaliknya?” “Saya hanya mengatakan apa yang saya lihat.” Stevan melempar punggungnya ke belakang, bersandar pada kursi kebesaran miliknya. Dia tidak menyangkal pendapat Mario, bahkan mengizinkan pria itu bicara lebih banyak. “Anda pernah keliru memperlakukan Nona Elisa dengan mengurungnya dua hari di kamar. Jika itu wanita lain, pasti sudah meninggalkan Anda atau minimal meminta cerai.” ‘Itu memang yang Elisa katakan hari itu,’ batin Stevan, meremas jarinya gelisah. “Nona Elisa tetap bertahan di sisi Anda dan tetap mengurus Anda setelahnya. Perubahan Anda begitu kentara saat menolong Nona dari pengendara motor yang menyerempetnya sore itu di depan Miracle Company. Anda begitu panik dan segera membawa Nona Elisa ke rumah sakit.”

    Last Updated : 2023-09-06
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 85 - Jangan Main-main Denganku!

    “Dasar menyebalkan!” ucap Elisa seraya membanting pintu mobil, menimbulkan suara debam yang cukup kentara. Bibirnya mengerucut, kembali dibuat kesal oleh Stevan yang mendiamkannya sepanjang jalan, bahkan dia ditinggalkan tanpa alasan. “Tahu begini, lebih baik aku makan dengan Bastian saja!” Elisa merogoh saku tasnya dan mengambil ponsel dari sana, bersiap menghubungi asisten dosen yang berkali-kali berbuat baik padanya. Namun, langkah Elisa terhenti di hitungan ketiga. Matanya mengerjap, tidak percaya dengan pesan yang tampak di layar ponselnya. Nama Stevan tampak sebagai pengirimnya. (Aku di depan. Wanita tua itu menyuruh kita makan bersama.) Ibu jari Elisa bergerak cepat mengetuk layar sentuh, membuat tampilan berubah memasuki aplikasi pesan warna hijau. “Dia mengirimkan pesan?” Mata indah Elisa menyipit, melihat angka kecil di pojok kanan bawah pesan tersebut yang menunjukkan waktu Stevan mengirimkannya. “Tiga puluh menit yang lalu?” Otak Elisa berhitung cepat, “Dia sengaja d

    Last Updated : 2023-09-07
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 86 - Turuti Kata-kataku!

    “Sa … saya akan membawakan minuman dan makanan baru untuk Anda berdua,” ucap Maria memecah keheningan yang tercipta. Tangannya sibuk mengambil serpihan kaca, dengan cepat membersihkannya. “Tidak perlu.” “Jangan.” Suara Stevan dan Elisa terdengar bersamaan membuat keduanya kembali saling pandang selama sepersekian detik. Sama-sama tidak menyangka akan terjebak di situasi yang benar-benar tidak nyaman. “Kau boleh pergi,” ujar Stevan angkuh dengan harga diri setinggi gunung Himalaya. Kakinya melangkah ke arah kamar mandi, tidak bisa terus berbagi udara yang sama dengan Elisa atau rasa panas di wajahnya semakin menggila. Maria masih terpaku selama beberapa detik setelah menghilangnya Stevan. Matanya fokus menatap Elisa yang masih terpaku di tepi ranjang sambil menundukkan wajahnya. “Saya permisi, Nona,” pamit Maria, mengangguk sekilas sebelum pergi dari sana dan menutup pintu kamar Stevan, meninggalkan Elisa sendirian. Elisa yang sesaat lalu menoleh patah-patah sambil menelan ludah

    Last Updated : 2023-09-07
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 87 - Guru yang Menyebalkan

    “Pelajari ini.”Stevan meletakkan lima buah buku tebal dengan sedikit kasar ke atas meja, membuat Elisa terlonjak dan menengadahkan wajahnya yang terkantuk-kantuk sejak tadi. Matanya terasa berat dan lelah karena terlalu banyak membaca.“Kau bisa membawanya ke kamar. Baca sebelum tidur.”“Hah? Kenapa banyak sekali?!” protes Elisa dengan bibir mengerucut. “Banyak? Kau mau yang lainnya juga?” Stevan pura-pura menoleh ke arah rak yang penuh berisi buku-buku bisnis. “Aku bisa menambahkan beberapa yang lainnya.”“Sudah cukup!” teriak Elisa, terdengar seperti rengekan penuh derita. “Buku-buku yang kamu berikan siang tadi, aku belum selesai membaca semuanya.”“Itu karena kau yang terlalu lambat!” Stevan beralih ke belakang kursi Elisa, mengamati buku ketiga yang kini ada di hadapan gadis itu. Baru dibaca setengah bagian. Itu pun tidak yakin apakah Elisa bisa memahami isinya atau tidak.“Aku sudah mewarnai poin-poin penting dan menambah catatan di setiap buku yang kau baca. Apa kau tidak men

    Last Updated : 2023-09-08
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 88 - Sikap Hangatnya

    “Aku tidak boleh membuat Stevan curiga,” ucap Elisa sambil melilitkan stagen dan mengaitkannya dengan peniti. Itu semacam korset berbentuk kain panjang yang dililitkan di perut untuk menyembunyikan kehamilannya yang mulai tampak. “Fokusku saat ini adalah memastikan kerja sama dengan Thomas and Co. berjalan dengan lancar. Urusan lain, pikirkan nanti saja!” Elisa menurunkan sweater rajut lengan panjang menutupi perutnya, merapikan penampilannya sebelum keluar kamar dengan buku catatan di tangan. Tak lupa, dua buku tentang bisnis ikut ada dalam genggaman. “Nona, Tuan sudah menunggu Anda di ruang kerja.” Maria menyambut Elisa di samping tangga, tahu gadis itu akan menghabiskan waktu dengan tuannya hari itu. Elisa mengangguk, menilik jam tangan. Masih ada lima menit sebelum jam tujuh. Dia tidak akan terlambat. “Maria, coba lihat. Apa penampilanku terlihat aneh?” Elisa memutar tubuhnya sebelum kembali memperhatikan wanita yang pantas dia panggil Nenek. “Tidak. Anda cantik, Nona.” “Buk

    Last Updated : 2023-09-08
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 89 - Mencuri Kecupan

    “Aku tidak mengerti!” cetus Elisa sambil menggigit ujung bolpoin, menggeleng dan berusaha memasang wajah bodoh.“Apa?” Stevan terkejut, menatap lekat-lekat gadis yang duduk di depannya. “Bagian mana yang tidak kamu mengerti?”“Semua.”“Hah?!”“Tadi kamu menjelaskannya terlalu cepat, lompat dari topik yang satu ke yang lainnya. Sedang membahas profit share, kemudian kamu menyebutkan arus kas. Aku belum memahaminya, kamu sudah membuka lembar berikutnya dan menjelaskan proses produksi.”“Elisa ….”“Ah, Ini juga,” tunjuk gadis itu di lembar ke sekian. “Pelaksana utama tertulis Miracle Company, tapi kenapa produksi di-handle oleh anak perusahaan Thomas and Co.? Bukankah mereka hanya sponsor? Eh … investor? Eh … apa ya?”Elisa sengaja memasang wajah bingung sambil menggaruk kepala.“Kau bahkan tidak tahu perbedaan sponsor dan investor?”“Tidak tahu,” jawab Elisa mengangkat bahunya, “Lalu ini apa? Kenapa diagramnya dibuat seperti ini?”“Jangan katakan kau tidak bisa membaca diagram lingkaran

    Last Updated : 2023-09-09

Latest chapter

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

DMCA.com Protection Status