Home / Pernikahan / Jerat Dendam CEO Kejam / Bab 34: Janji Kesetiaan dan Kedengkian

Share

Bab 34: Janji Kesetiaan dan Kedengkian

Author: Mbak Ai
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Noah sudah memiliki firasat buruk saat mendengar jeritan Ivy. Ia segera berlari dari ruang makan bersama Clara yang mengekor di belakang.

“Ivy!”

Kaki Noah berlari makin cepat saat melihat Ivy sudah tergeletak di bawah tangga dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya.

“Astaga, Ivy!” Evan dari arah atas tangga ikut berteriak dengan wajah paniknya.

Noah menahan gemeletuk gigi saat melihat Evan yang tengah berpura-pura. Ia yakin kalau semua ini ulahnya.

“Kenapa dia bisa jatuh dari tangga?” Evan bertanya dengan wajah polosnya.

“Saya tidak tahu. Bukannya Anda yang lebih dulu masuk ke rumah?” geram Noah.

“Tapi aku daritadi di kamar. Aku tidak tahu.”

Noah ingin berteriak marah, tapi Clara yang datang dengan air mata di wajah membuatnya tersadar kalau ia harus segera membawa Ivy ke rumah sakit.

“Kakak!”

“Cepat hubungi ambulans, Clara.”

“Ya….”

Clara mulai menekan panggilan darurat dengan tangan bergetar, sedangkan Noah terus memeluk Ivy dan mencoba menghentikan pendarahan di kepalanya den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 36: Harapan Semu

    Hal pertama yang Ivy lihat adalah sinar lampu yang cukup menyilaukan. Kelopak matanya yang berat jadi kian kesulitan untuk terbuka.Ivy membutuh waktu cukup lama untuk membiasakan diri dengan cahaya lampu yang terang benderang di atas kepalanya. Setelah itu, pupilnya bergerak untuk mencari tahu sedang dimana dirinya.Tak banyak ingatan yang berada di kepala. Hal terakhir yang diingat adalah saat Noah membukakan pintu untuknya sesampainya di rumah.“Argh…” Ivy mengerang karena tubuhnya terasa sulit digerakkan.Bola matanya menjadi satu-satunya yang bisa bergerak bebas. Ia menemukan Noah sedang terlelap di sebelahnya dengan kepala yang tertumpu di sisi ranjang.Melihat wajah Noah yang nampak sayu membuat Ivy teringat akan senyum hangatnya saat Noah berusaha menenangkannya dari sang ayah.“Ah… ya. Aku didorong Ayah dari tangga.” Ivy membatin kala mengingat kejadian akhir yang membuatnya terbaring di sini.“Aku pikir aku akan mati. Ternyata Tuhan masih mengizinkanku untuk tetap hidup.”Iv

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 37: Api Yang Makin Berkobar

    Ivy dirawaht selama dua minggu penuh di rumah sakit. Sebenarnya, ia sudah ingin pulang tetapi Noah terus menolak.“Kau harus di sini sampai sembuh.”Terkadang, Ivy dibingungkan dengan semua ucapan dan perilaku Noah. Dia sangat manis, tapi bisa berubah menjadi kejam dalam hitungan detik.Seperti sekarang, saat ia menemukan Ezra sudah berdiri di depan pintu dengan sebuket besar bunga mawar.“Kau memberitahunya kalau kau di sini?!” bentak Noah setelah membanting pintu di depan wajah Ezra.Telinga Ivy rasanya berdenging mendengar suara tinggi Noah sekaligus teriakan Ezra yang meminta dibukakan sambil mengetuk-ngetuk pintu.“Aku tak mengatakan apa-apa padanya. Ponselku rusak, kau tahu kan? Kita bahkan beli ponsel baru dan aku belum menggunakannya sama sekali karena terbaring di rumah sakit.”Ivy akhirnya menjawab dengan panjang lebar untuk menenangkan Noah. Deru napas Noah masih naik turun.“Baiklah, aku mengerti.” Noah mengangguk, tetapi wajahnya masih terlihat kesal karena terus mendeng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 38: Menguak Rahasia

    Ivy kembali ke rumah sakit dengan hati berbunga karena Clara akan tinggal bersamanya mulai detik ini.“Masuklah ke kamarmu,” ucapnya sambil menunjuk kamar yang sebelumnya ia tinggali.Sejak Ivy dan Noah memutuskan menerima Clara di rumah, Noah memindahkan semua barang-barang dan pakaian Ivy ke dalam kamarnya.Ivy juga terus mengingatkan Noah untuk membersihkan kamarnya dengan sebaik mungkin. Ia tak mau Clara mengetahui pernikahan mereka yang sebenarnya tak bahagia.“Kita harus tidur di kamar yang sama. Clara akan curiga kalau kita pisah ranjang,” celetuk Ivy beberapa hari yang lalu.Ajaibnya, Noah tak mengelak sama sekali. Noah bahkan terlihat lebih bersemangat menyiapkan segalanya.“Kau mengubah cat bahkan dekorasi kamarnya?” tanya Ivy setelah mengantar Clara masuk ke kamarnya.Dinding berwarna cokelat muda memenuhi ruangan, juga perabot dengan warna senada hingga menciptakan suasana minimalis.“Ya. Kubuat sebaik mungkin agar tak ada sisa bayangan kau pernah di sini,” jawab Noah samb

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 39: Pasangan Bertopeng

    Kebingungan Ivy terhadap Noah tak akan pernah hilang. Pasalnya, Noah masih saja memperlakukannya dengan sangat manis meski selalu bilang kalau pernikahan mereka tak berdasar cinta.Hal itu membuat Ivy merasa bimbang dan aneh, tapi pada akhirnya ia tetap menuruti semua perilaku dan permainan Noah.Toh, ia pun juga suka saat diperhatikan Noah. Seperti saat ini, ketika ia tiba-tiba mendapatkan segelas jus melon di sebelah tempat tidur.“Aku membuatnya khusus untukmu,” ucap Noah.Ivy mengernyitkan dahi. “Kau? Menyentuh dapur hanya untuk membuatkan jus?”“Ya, aku minta diajarkan oleh Bi Wina sih.”Jawaban Noah tak cocok dengan pertanyaan yang dilempar, tapi cukup untuk memberi Ivy fakta kalau Noah bersungguh-sungguh membuatkan jus melon ini.“Kenapa? Kenapa kau susah payah membuatkan jus untukku?” tanya Ivy, masih ingin mendengar jawaban lain.“Ya… karena buah sehat untuk kesembuhanmu. Kau harus cepat sembuh, kan? Supaya bisa beraktivitas normal lagi.”Mendengar kata “normal” sedikit menya

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 40: Suara Hati

    Selama seharian ini Ivy melihat Noah lebih banyak diam. Kerut di dahinya terus berlipat-lipat, menandakan suasana hatinya sedang buruk.Ivy memilih untuk menghindar karena takut semakin memperburuk perasaan Noah. Biar bagaimanapun, ia masih tahu diri kalau Noah bisa saja masih sangat membencinya.“Kenapa kau menghindar?”Ivy sedang menatap beberapa mawar yang mekar dengan cantik di halaman belakang saat Noah datang dengan raut marahnya.“Apa… apa aku berbuat salah?” tanya Ivy dengan tergagap.Noah menjawab dengan dengusan, “Kau daritadi menghindar.”“Ya, karena aku tahu kau sedang marah. Jadi aku tak ingin memperburuk-”“Justru kau malah makin memperburuknya.”Ivy mengambil napas dalam-dalam kala mendengar ucapan Noah. Ia mencoba menenangkan dirinya sebelum membalas Noah.“Lalu apa yang seharusnya kulakukan? Kenapa rasanya aku selalu salah di depan matamu?”Ivy sudah siap jika harus mendengar ucapan menyakitkan dari Noah. Ia sudah menyiiapkan hatinya.Namun, di luar perkiraan. Keruh d

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 41: Munculnya Harapan

    Ivy kira Noah akan kembali dingin setelah perbincangan mereka di halaman belakang rumah. Ia sudah siap dengan sikap Noah yang kejam seperti sebelumnya, tapi rupanya ia salah besar.Noah masih tetap manis. Dia tak menghindar sama sekali.Awalnya, Ivy mengira kalau Noah akan bersikap baik untuk berakting di depang Clara. Namun, dia tetap lembut bahkan hanya saat ada mereka berdua saja.“Noah.”Noah sedang sibuk dengan laptopnya saat Ivy memanggil dengan penuh keraguan.“Ada apa?” sahut Noah sambil meletakkan laptop yang sebelumnya dipangku di paha ke atas kasur.Lagi-lagi itu adalah pemandangan aneh. Sudah beberapa hari ini Noah membawa pekerjaannya di kamar, padahal biasanya ia selalu menghabiskan waktu lama berkutat dengan pekerjaannya di dalam ruang kerja.“Tidak. Tidak apa-apa,” balas Ivy dengan menggeleng.Noah mengerutkan dahinya. “Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu?”Ivy menggigit bibirnya, berpikir lebih dalam untuk mengutarakan isi hatinya atau tidak.“Kenapa, Ivy?” tanya Noah

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 42: Ungkapan Cinta

    Ivy tak tidur. Saat Noah membisikkan panggilan sayang padanya, rasa kantuknya sudah terbang ke antah berantah.Ia yakin kalau Noah sudah berubah dan ia ingin kembali membicarakan tentang perasaan padanya sekali lagi. Karena sikap Noah telah melambungkan harapannya.Ia menunggu di kamar selama lima menit…Sepuluh menit….Bahkan sudah dua puluh menit, Noah tak kunjung kembali.“Sebenarnya dia kemana?” gumam Ivy.Ivy menyibakkan selimutnya, lalu berjalan keluar kamar. Ia berniat mencari keberadaan Noah. Mungkin saja ia berada di ruang kantornya untuk mengambil beberapa berkas.“Aku harus memarahinya kalau dia tetap bekerja selarut ini,” gumamnya.Saat Ivy membuka pintu, ruang kerja Noah diliputi kegelapan. Artinya, Noah tak berada di sana.“Lalu di mana dia?”Ivy tak tahan untuk berdecak, kebingungan. Ia segera menutup kembali pintu kantor Noah, lalu berjalan menuruni tangga.Kakinya masih terlalu sakit digerakkan sehingga setiap langkah yang tercipta terasa berat. Ia bahkan ingin menyer

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 1. Hancurnya Malam Pertama

    Hari pernikahan telah tiba. Ivy menatap dirinya di pantulan cermin dengan gugup. Gaun pengantin ini nampak begitu mewah. Kainnya memang dibuat sangat tertutup hingga tak menunjukkan punggung bahkan lengannya.Ivy tahu bahwa ayahnya telah mengatur desain gaun pengantin ini karena ingin menutup memar yang memenuhi punggung, lengan, dan kakinya. Memar dan bekas luka di tubuhnya tak akan bisa hilang karena telah menumpuk di kulitnya selama lima belas tahun lamanya.Ada ketakutan yang kini memenuhi hatinya. “Bagaimana malam pertamanya nanti? Apa aku harus mengatakan yang sejujurnya pada Noah?”“Jangan sampai Noah tahu.”Ivy tersentak saat suara ayahnya tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Tenggorokannya seketika tercekat dan ia merasa tercekik karena ketakutan.“Kau akan mati kalau ada orang yang tahu,” ancam Evan.“Ya—ya...,” jawab Ivy dengan terpatah-patah.“Sekarang tersenyumlah. Kita harus bergandengan tangan saat masuk ke aula pernikahan.” Evan mengulurkan tangannya, Ivy meraihnya den

Latest chapter

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 42: Ungkapan Cinta

    Ivy tak tidur. Saat Noah membisikkan panggilan sayang padanya, rasa kantuknya sudah terbang ke antah berantah.Ia yakin kalau Noah sudah berubah dan ia ingin kembali membicarakan tentang perasaan padanya sekali lagi. Karena sikap Noah telah melambungkan harapannya.Ia menunggu di kamar selama lima menit…Sepuluh menit….Bahkan sudah dua puluh menit, Noah tak kunjung kembali.“Sebenarnya dia kemana?” gumam Ivy.Ivy menyibakkan selimutnya, lalu berjalan keluar kamar. Ia berniat mencari keberadaan Noah. Mungkin saja ia berada di ruang kantornya untuk mengambil beberapa berkas.“Aku harus memarahinya kalau dia tetap bekerja selarut ini,” gumamnya.Saat Ivy membuka pintu, ruang kerja Noah diliputi kegelapan. Artinya, Noah tak berada di sana.“Lalu di mana dia?”Ivy tak tahan untuk berdecak, kebingungan. Ia segera menutup kembali pintu kantor Noah, lalu berjalan menuruni tangga.Kakinya masih terlalu sakit digerakkan sehingga setiap langkah yang tercipta terasa berat. Ia bahkan ingin menyer

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 41: Munculnya Harapan

    Ivy kira Noah akan kembali dingin setelah perbincangan mereka di halaman belakang rumah. Ia sudah siap dengan sikap Noah yang kejam seperti sebelumnya, tapi rupanya ia salah besar.Noah masih tetap manis. Dia tak menghindar sama sekali.Awalnya, Ivy mengira kalau Noah akan bersikap baik untuk berakting di depang Clara. Namun, dia tetap lembut bahkan hanya saat ada mereka berdua saja.“Noah.”Noah sedang sibuk dengan laptopnya saat Ivy memanggil dengan penuh keraguan.“Ada apa?” sahut Noah sambil meletakkan laptop yang sebelumnya dipangku di paha ke atas kasur.Lagi-lagi itu adalah pemandangan aneh. Sudah beberapa hari ini Noah membawa pekerjaannya di kamar, padahal biasanya ia selalu menghabiskan waktu lama berkutat dengan pekerjaannya di dalam ruang kerja.“Tidak. Tidak apa-apa,” balas Ivy dengan menggeleng.Noah mengerutkan dahinya. “Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu?”Ivy menggigit bibirnya, berpikir lebih dalam untuk mengutarakan isi hatinya atau tidak.“Kenapa, Ivy?” tanya Noah

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 40: Suara Hati

    Selama seharian ini Ivy melihat Noah lebih banyak diam. Kerut di dahinya terus berlipat-lipat, menandakan suasana hatinya sedang buruk.Ivy memilih untuk menghindar karena takut semakin memperburuk perasaan Noah. Biar bagaimanapun, ia masih tahu diri kalau Noah bisa saja masih sangat membencinya.“Kenapa kau menghindar?”Ivy sedang menatap beberapa mawar yang mekar dengan cantik di halaman belakang saat Noah datang dengan raut marahnya.“Apa… apa aku berbuat salah?” tanya Ivy dengan tergagap.Noah menjawab dengan dengusan, “Kau daritadi menghindar.”“Ya, karena aku tahu kau sedang marah. Jadi aku tak ingin memperburuk-”“Justru kau malah makin memperburuknya.”Ivy mengambil napas dalam-dalam kala mendengar ucapan Noah. Ia mencoba menenangkan dirinya sebelum membalas Noah.“Lalu apa yang seharusnya kulakukan? Kenapa rasanya aku selalu salah di depan matamu?”Ivy sudah siap jika harus mendengar ucapan menyakitkan dari Noah. Ia sudah menyiiapkan hatinya.Namun, di luar perkiraan. Keruh d

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 39: Pasangan Bertopeng

    Kebingungan Ivy terhadap Noah tak akan pernah hilang. Pasalnya, Noah masih saja memperlakukannya dengan sangat manis meski selalu bilang kalau pernikahan mereka tak berdasar cinta.Hal itu membuat Ivy merasa bimbang dan aneh, tapi pada akhirnya ia tetap menuruti semua perilaku dan permainan Noah.Toh, ia pun juga suka saat diperhatikan Noah. Seperti saat ini, ketika ia tiba-tiba mendapatkan segelas jus melon di sebelah tempat tidur.“Aku membuatnya khusus untukmu,” ucap Noah.Ivy mengernyitkan dahi. “Kau? Menyentuh dapur hanya untuk membuatkan jus?”“Ya, aku minta diajarkan oleh Bi Wina sih.”Jawaban Noah tak cocok dengan pertanyaan yang dilempar, tapi cukup untuk memberi Ivy fakta kalau Noah bersungguh-sungguh membuatkan jus melon ini.“Kenapa? Kenapa kau susah payah membuatkan jus untukku?” tanya Ivy, masih ingin mendengar jawaban lain.“Ya… karena buah sehat untuk kesembuhanmu. Kau harus cepat sembuh, kan? Supaya bisa beraktivitas normal lagi.”Mendengar kata “normal” sedikit menya

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 38: Menguak Rahasia

    Ivy kembali ke rumah sakit dengan hati berbunga karena Clara akan tinggal bersamanya mulai detik ini.“Masuklah ke kamarmu,” ucapnya sambil menunjuk kamar yang sebelumnya ia tinggali.Sejak Ivy dan Noah memutuskan menerima Clara di rumah, Noah memindahkan semua barang-barang dan pakaian Ivy ke dalam kamarnya.Ivy juga terus mengingatkan Noah untuk membersihkan kamarnya dengan sebaik mungkin. Ia tak mau Clara mengetahui pernikahan mereka yang sebenarnya tak bahagia.“Kita harus tidur di kamar yang sama. Clara akan curiga kalau kita pisah ranjang,” celetuk Ivy beberapa hari yang lalu.Ajaibnya, Noah tak mengelak sama sekali. Noah bahkan terlihat lebih bersemangat menyiapkan segalanya.“Kau mengubah cat bahkan dekorasi kamarnya?” tanya Ivy setelah mengantar Clara masuk ke kamarnya.Dinding berwarna cokelat muda memenuhi ruangan, juga perabot dengan warna senada hingga menciptakan suasana minimalis.“Ya. Kubuat sebaik mungkin agar tak ada sisa bayangan kau pernah di sini,” jawab Noah samb

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 37: Api Yang Makin Berkobar

    Ivy dirawaht selama dua minggu penuh di rumah sakit. Sebenarnya, ia sudah ingin pulang tetapi Noah terus menolak.“Kau harus di sini sampai sembuh.”Terkadang, Ivy dibingungkan dengan semua ucapan dan perilaku Noah. Dia sangat manis, tapi bisa berubah menjadi kejam dalam hitungan detik.Seperti sekarang, saat ia menemukan Ezra sudah berdiri di depan pintu dengan sebuket besar bunga mawar.“Kau memberitahunya kalau kau di sini?!” bentak Noah setelah membanting pintu di depan wajah Ezra.Telinga Ivy rasanya berdenging mendengar suara tinggi Noah sekaligus teriakan Ezra yang meminta dibukakan sambil mengetuk-ngetuk pintu.“Aku tak mengatakan apa-apa padanya. Ponselku rusak, kau tahu kan? Kita bahkan beli ponsel baru dan aku belum menggunakannya sama sekali karena terbaring di rumah sakit.”Ivy akhirnya menjawab dengan panjang lebar untuk menenangkan Noah. Deru napas Noah masih naik turun.“Baiklah, aku mengerti.” Noah mengangguk, tetapi wajahnya masih terlihat kesal karena terus mendeng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 36: Harapan Semu

    Hal pertama yang Ivy lihat adalah sinar lampu yang cukup menyilaukan. Kelopak matanya yang berat jadi kian kesulitan untuk terbuka.Ivy membutuh waktu cukup lama untuk membiasakan diri dengan cahaya lampu yang terang benderang di atas kepalanya. Setelah itu, pupilnya bergerak untuk mencari tahu sedang dimana dirinya.Tak banyak ingatan yang berada di kepala. Hal terakhir yang diingat adalah saat Noah membukakan pintu untuknya sesampainya di rumah.“Argh…” Ivy mengerang karena tubuhnya terasa sulit digerakkan.Bola matanya menjadi satu-satunya yang bisa bergerak bebas. Ia menemukan Noah sedang terlelap di sebelahnya dengan kepala yang tertumpu di sisi ranjang.Melihat wajah Noah yang nampak sayu membuat Ivy teringat akan senyum hangatnya saat Noah berusaha menenangkannya dari sang ayah.“Ah… ya. Aku didorong Ayah dari tangga.” Ivy membatin kala mengingat kejadian akhir yang membuatnya terbaring di sini.“Aku pikir aku akan mati. Ternyata Tuhan masih mengizinkanku untuk tetap hidup.”Iv

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 34: Janji Kesetiaan dan Kedengkian

    Noah sudah memiliki firasat buruk saat mendengar jeritan Ivy. Ia segera berlari dari ruang makan bersama Clara yang mengekor di belakang.“Ivy!”Kaki Noah berlari makin cepat saat melihat Ivy sudah tergeletak di bawah tangga dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya.“Astaga, Ivy!” Evan dari arah atas tangga ikut berteriak dengan wajah paniknya.Noah menahan gemeletuk gigi saat melihat Evan yang tengah berpura-pura. Ia yakin kalau semua ini ulahnya.“Kenapa dia bisa jatuh dari tangga?” Evan bertanya dengan wajah polosnya.“Saya tidak tahu. Bukannya Anda yang lebih dulu masuk ke rumah?” geram Noah.“Tapi aku daritadi di kamar. Aku tidak tahu.”Noah ingin berteriak marah, tapi Clara yang datang dengan air mata di wajah membuatnya tersadar kalau ia harus segera membawa Ivy ke rumah sakit.“Kakak!”“Cepat hubungi ambulans, Clara.”“Ya….”Clara mulai menekan panggilan darurat dengan tangan bergetar, sedangkan Noah terus memeluk Ivy dan mencoba menghentikan pendarahan di kepalanya den

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 34: Makan Malam Berdarah

    Ivy bisa mendengar betapa keras debar jantungnya saat mobil semakin mendekati rumah. Ia berkali-kali mengambil napas panjang demi menenangkan diri.“Kau yakin baik-baik saja?” tanya Noah.“Hm.” Ivy mengangguk.Meski batinnya bersuara, “Tidak. Aku tak pernah baik-baik saja jika bertemu Ayah.”Semua kenangan buruk muncul di kepalanya saat mobil sudah sepenuhnya berhenti di pelataran.Saat ayahnya mencambuknya dengan sabuk tanpa ampun, saat kakinya ditendang, saat rambutnya dijambak….“Ayo.”Kenangan itu memudar saat Ivy merasakan lembut genggaman tangan Noah di atas punggung tangannya.“Ya.”Ivy berusaha keras untuk tersenyum. Dalam hati terus meyakinkan diri bahwa ayahnya tak akan lagi menyiksanya selama bersama Noah.“Kak Ivy!”Ketegangan Ivy makin menghilang saat Clara sudah menyambutnya di teras.“Clara!”Ivy melebarkan kedua tangannya untuk menyambut Clara dalam pelukan. Clara mendekat dan mendekapnya erat-erat.“Aku sangat merindukanmu,” ucap Ivy dengan suara beratnya menahan tang

DMCA.com Protection Status