Terima kasih sudah baca sampai di sini, ceritanya akan segera tamat ya.
Veronica meletakkan stetoskop, perlahan mulai melakukan CPR untuk Zeze yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Zetha tetapi tidak berhasil mengembalikan denyut nadi Zeze. "Biarkan aku yang melakukannya, kau sedang hamil." Luca sependapat dengan Veronica untuk tidak menyerah menyelamatkan Zeze. Bukannya Zetha dan Simon menyerah, tetapi kedua dokter hebat itu merasa sangat syok.Sehebat apapun seseorang, jika diterjang gelombang syok, tetap akan sulit berpikir jernih. Apalagi pasiennya adalah anak sendiri. Veronica menyingkir, membiarkan Luca melakukan CPR untuk Zeze. Veronica duduk pada tepian ranjang, memejamkan kelopak matanya, mencoba berkonsentrasi pada denyut nadi di pergelangan tangan Zeze. Tiba-tiba suatu bayangan melintas masuk ke dalam pikiran Veronica. Ia menoleh pada Zetha yang meringkuk dalam pelukan Jonathan. Kemudian melirik Simon yang kini berjalan mendekati Veronica. "Bolehkan aku mengiris sedikit pergelangan tangannya?" Veronica berbisik bertanya hati-hati pada Simon.
Sudah pagi kedua, Felix pindah dirawat dalam kamar Veronica, namun masih belum siuman. Zetha dan Simon mengawasi ketat keadaan Felix, sedangkan Veronica merangsang kedekatan hubungan mereka untuk menstimulasi alam bawah sadar Felix. Knox dan Russo sudah siuman, mereka berdua dirawat di ruang tengah kediaman bersama yang lainnya agar team medis memudahkan memberikan pantauan 24 jam. Keadaan yang sama juga terjadi pada Zeze yang masih tetap tertidur cantik di ranjangnya dalam kamar. Pagi ini setelah sarapan, Luca seperti biasa akan mendatangi Zeze beberapa kali dalam sehari semalam untuk 'mengajak' Zeze bercerita. "Paman Felixmu belum siuman. Ini sudah pagi kedua dia dipindahkan ke luar dari kamar dingin." Luca berbicara, sembari tangannya merapikan rambut pirang panjang Zeze menjadi satu ke sisi bahu. "Kandungan Veronica tidak baik-baik saja. Dia stress juga sangat tertekan ..." Lanjut Luca, mendaratkan kecupan dalam ke kening Zeze dan membelai pipinya yang hangat, "Michele, Mumma
Biasanya sebelum makan malam, Zetha atau Simon akan datang memeriksa keadaan Felix, Russo juga Knox.Veronica tahu, terkadang dirinya tidak mengerti harus bertanya apa pada Zetha dan Simon, sehingga sejak pagi ia mengelap tubuh Felix dengan air hangat, memperhatikan setiap detail dari tubuh suaminya, termasuk warna kulitnya yang sudah tidak terlalu pucat.Kali ini mumpung Zetha atau Simon belum datang, Veronica menaikkan perlahan baju kaus Felix, memperhatikan area sekitar dada dan perut.Perlahan wajah Veronica semakin merunduk dan merunduk ...memberikan kecupan sangat lembut juga terkesan tergesa-gesa pada atas perban yang membebat cidera Felix."Kenapa kau membuatku seperti tak punya harga diri?" cicit Veronica sedih yang terus memandang lurus ke arah dada Felix."Kau membuatku jatuh cinta, kau membuatku berharap, kau memanjakanku seakan aku benar-benar merasakan kau juga mencintaiku ..." Veronica sedikit terisak, "Tapi a
Zetha memeriksa intensif keadaan tubuh Felix, kemudian Simon mengkonfirmasi melakukan pemeriksaan setelah Mumma cantiknya itu. "Detak jantung normal, suhu tubuh juga sudah normal, tidak ada gejala kekurangan cairan ...hanya saja harus banyak minum vitamin tambah darah serta mengkonsumsi makanan yang bisa menstimulasi darah." tutur Simon profesional juga dengan wajah serius memandang Felix setelah ia memperhatikan seksama kulit Pamannya tersebut. Segera Felix menjepit ujung hidung keponakannya seraya tertawa kecil, "Kau terlihat sangat pro dan jenius jika seperti itu, pertahankan!" ucapnya dicebikkan Simon balas tertawa. Simon sudah terbiasa iseng senang mengganggu kesabaran Felix bersama Zeze dengan memanfaatkan Freyaa, adik kecil mereka. Bibir Simon tertawa kecil, tetapi sorotnya sama sekali tidak terlihat gembira melihat Felix siuman.Felix mengedarkan pandangan ke semua orang dalam ruangan, ada Papanya, Susie yang pundaknya dipeluk Luca, dan disebelahnya ada Michele yang mengge
Luca dan Simon bekerja bersama, meretas alat komunikasi yang Luciano dan Jonathan serta yang lainnya dapatkan dari para prajurt juga pasukan ninja. Selain menjadi murid Zetha di bidang medis, Simon juga mahir mengendarai jet tempur sama seperti kedua orangtuanya, Zetha dan Luciano Sky, yang bahkan lisensi terbangnya dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan terkenal di Jerman. Sejak kecil Simon juga telah diajarkan ilmu coding dan meretas oleh Luca, dimana target pertama yang diajarkan Luca ke Simon adalah membuat kekacauan pada sistim protokol Dimitri-guru Zetha di bidang medis juga sekaligus orang yang sangat menyayangi Simon seperti cucunya. "Mereka menggunakan alat komunikasi sekali pakai dan tidak ada jejak berhubungan dengan orang di belakang." Simon melemparkan alat komunikasi ke lantai yang telah menggunung sudah ia dan Luca periksa. Luca menoleh, juga melemparkan alat komunikasi ke lantai yang ia tak mendapatkan informasi apapun mengenai orang yang memerintahkan prajurit dan
Freyaa menggoyangkan pundak Luciano, dirinya didudukkan pada atas meja depan Didinya tersebut, "Didi ...Didi marah?" Freyaa bertanya takut-takut, airmata tergenang dan siap membanjir pipi montoknya. "Kau mau mandi atau sarapan dulu?" Luciano bertanya lembut, menghapus airmata yang belum jatuh dari netra putrinya. Mendengar pengakuan Freyaa yang menyuntikkan darah serigala ke jantung Zeze sewaktu putri tertuanya itu tidak berdaya di atas tanah setelah dihantam prajurit saat malam tragedi, Luciano tercenung dan terkejut selama beberapa saat. Luciano tak menyangka jika putri kecilnya bisa mengambil darah blacky-serigala hitam dengan jarum suntik. Tapi, apa yang tak bisa dilakukan oleh Freyaa? Blacky, Sim-sim dan binatang jenis apapun bisa patuh menurut tunduk pada Freyaa. "Aku tidak mau sarapan, Didi diam bearti marah padaku." Freyaa berkata dalam satu tarikan napasnya, lalu turun melompat dari atas meja ke lantai dan berlari cepat masuk ke dalam kamar mandi. "Oh, Sayang ..." Luc
Ketika dunia luar heboh dan ketakutan akan ada ledakan bom pada gedung-gedung lain oleh teroris, di kediaman Johnson justru sedang terjadi kesibukan yang tak biasa. Zetha dan Simon sudah memberikan bantuan pertolongan pertama pada keempat pria 'tamunya' Luca, seharusnya team medis bisa melanjutkan memberikan perawatan terbaik untuk mereka. Zetha memeriksa isi semua ransel yang dibawa oleh para pria dengan susah payah, hampir kehilangan nyawa tersebut, dan sekali lagi dia terkesiap melihatnya. "Apa ini? Tanaman beracun?" Zetha menoleh pada Luca yang ada di sebelahnya. Akar sukulen ...nelumbo lutea atau teratai kuning amerika, teratai salju dan berbagai macam jenis tanaman beracun terbungkus dalam plastik bercampur salju sehingga masih tetap segar. "Waktu itu Bonnie menyentuh kepala Veronica dan mengatakan semua tanaman ini. Lalu, aku meminta mereka untuk mendapatkan dan mengantarkannya kemari secepat mungkin." Luca meraih pundak Zetha, membawanya duduk ke kursi, menjelask
Zetha menyerahkan Freyaa yang pulas tertidur di gendongannya ke Luciano. Mereka berdua tersenyum tanpa daya, bagaimanapun mereka berdua sangat tahu jika Freyaa tidak bisa tidur istirahat dengan baik sejak Zeze 'terlelap'.Setelah mengakui kesalahannya, merasakan perhatian dan kasih sayang Zetha tidak berubah, perasaan bersalah dalam diri Freyaa perlahan terangkat dan hal ini membuat mental psikologisnya nyaman lalu secara otomatis tubuhnya rileks sehingga tertidur pulas.Sisi psikologis inilah yang dipikirkan Zetha sebagai dokter juga ibu. Jika ia menunjukkan sikap kecewanya pada Freyaa, bukan hanya Freyaa yang akan terluka, sedih dan menderita. Tetapi ia, Luciano juga Simon serta keluarga besarnya akan turut merasakan kesedihan yang mendalam.Karena mereka semua menyayangi dan mencintai Freyaa sama seperti perasaan mereka terhadap Zeze.Membesarkan anak bukan hanya memenuhi urusan sandang, pangan dan papannya saja, tetapi juga memenuhi
Walaupun ada pertanyaan besar dalam benak Gerardo, ia menahan diri untuk tidak bertanya apapun pada Zeze ataupun Zetha juga Luciano. Kini, Gerardo berhadapan dengan Pierre yang sudah disetujui oleh Jonathan, Luciano serta Luca untuk bertunangan dengan Zeze, gadis kesayangan mereka. Marcio Lamparska duduk tegak di sebelah Pierre, satu maju dengan Gerardo, Luciano, Jonathan, Timothy dan Markus. "Mulai sekarang, aku dan Anne adalah keluargamu. Ku harap kau tidak mengecewakan kami. Karena bagaimanapun Zee adalah putri angkat kami." tutur Marcio dengan suaranya yang terdengar berat sangat berwibawa. Gerardo menatap lekat ke arah Pierre yang mengangguk mantap menanggapi perkataan Marcio. "Meskipun kami baru bertemu di sini, rasanya hati ini telah lama mengenalnya. Aku berjanji dengan nyawaku, tak akan membuatnya kecewa sedikitpun." "Akan ku ingat perkataanmu, Pie! Sekali kau membuat keponakanku kecewa, maka akan ku minum darah dari jantungmu!" Luca berkata ketus, baru saja datang lang
Tatapan mata Pierre sesekali masih memperhatikan punggung Zeze dan Luca yang berjalan semakin menjauh. "Hubungan mereka sangat dekat." Jonathan berkata di sebelah PIerre yang mengangguk dan pria itu bisa melihat sendiri keakraban Zeze dengan Luca."Luca bisa di sebut orang yang paling memanjakan Zeze sejak kecil. Meskipun Luca sebenarnya cemburu, ku harap kau tak masukkan hati." tambah Jonathan yang percaya pada pilihan Zeze dan bisa merasakan jika cucu perempuannya itu tidak sedang bersandiwara menyukai Pierre. Pierre memberikan tanggapan senyuman tipis akan perkataan Jonathan. Ia hanya merasa sedikit tidak percaya diri setelah kini mengetahui Zeze adalah keponakan kandung Luca Salvatore. Siapa yang berani mencari masalah dengan keluarga Salvatore? Terutama Luca si jenius hacker yang akan bersukacita melenyapkan siapapun yang menyakiti orang-orang kesayangannya. Terlebih lagi, ada ancaman tersembunyi yang diucapkan Luca sewaktu di penginapan Anne pada Pierre sebelum ini. Jonatha
Setelah beberapa hari tubuh Knox dibuat 'tertidur' di laboratorium, kini pria itu terbangun dalam kamar berpemandangan pohon cemara yang pucuk-pucuknya masih diselimuti salju memutih. "Kau sudah bangun?" seorang wanita berpenampilan modis, cantik dan berambut pirang sebahu masuk ke dalam ruangan, menyapa Knox, lembut. Bola mata Knox berpendar tak berkedip menatap wanita yang kini melangkah semakin mendekat ke arahnya. Knox sudah duduk pada tepi ranjang dan pandangan matanya masih terus mengunci pada sang wanita yang terlihat kedua matanya berlinang, kemudian melingkarkan kedua lengan ke lehernya. "Aku merindukanmu, Knox. Syukurlah, akhirnya kau bangun." Knox menghirup aroma tubuh dan mencoba mencari memori familiar dalam benaknya akan wanita yang sedang memeluknya ini, tiba-tiba telapak tangan Knox mencengkeram tengkuk sang wanita dan menariknya agar berjarak dari depan wajahnya. "Siapa kau?" Knox menatap lekat ke netra sang wanita yang hanya berjarak beberapa inchi saja di depa
"Bagaimana perasaanmu? Apakah ada seperti ledakan adrenalin? Apakah kepalamu pusing, mual atau ingin muntah?" Zetha bertanya bertubi-tubi pada Zeze yang pinggangnya masih dilingkari lengan Luciano tersebut, seraya memeluk kepala putri mereka itu untuk ia hujani dengan kecupan. "Aku baik-baik aja. Maaf sudah membuat Mumma, Didi dan yang lainnya menjadi kuatir." Zeze menjawab lalu melabuhkan wajahnya ke atas dada Zetha, mumma cantiknya. Anne membantu membalut pergelangan tangan Luciano agar tidak infeksi setelah ia 'menyerahkan' Zeze pada Zetha. Marcio bertanya dalam tatapan pada Luciano apakah mereka tetap akan pergi ke Nyaksimvol atau bagaimana. Serentak Zetha yang sedang memeluk Zeze juga Luciano di depan Anne, serempak menggelengkan kepala mereka. Freyaa datang lalu menyarukkan wajahnya ke depan perut Zeze, tanpa kata tetapi airmata yang sejak tadi ia tahan mati-matian akhirnya jatuh membanjiri wajah montoknya. "Maaf. Maafkan aku." bisik Zeze mengangkat Freyaa ke atas paha dan
Sebagai dokter yang dikenal di dunia medis dengan sebutan dokter tangan Tuhan, Zetha sebenarnya sangat tersiksa karena ia gagal membuat Zeze sembuh total. Zetha menyadari, selain kemampuan dokter yang mumpuni menangani pasien, ada kekuatan Tuhan dalam menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan penyakit. Juga ada keinginan dari pasien itu sendiri, apakah dia akan berjuang untuk sembuh atau memilih menyerah. Zeze mungkin tidak menyerah dalam hidupnya, tetapi perjuangannya tidaklah mudah. "Aku tau, Zee bukan tipikal gadis yang mudah menyerah. Jika bukan kita yang bersemangat mensupportnya, siapa lagi?" Anne sangat paham ketika melihat kerutan samar di kening Zetha serta helaan napas beratnya. "Aku tak ingin menjalani profesi ini lagi, aku gagal ...""Hussttt ...Markus sudah memberikan dosis kedua ramuanku, tunggu setengah jam untuk kita putuskan lakukan tindakan darurat." Anne tidak terlalu pandai membujuk, tetapi ia menggenggam kedua telapak tangan Zetha dengan penuh ketulusan. "Para nin
Malam telah turun, tetapi halaman luas depan kediaman Anne dan Marcio terang benderang oleh cahaya lampu. Suara denting baja dari pedang beradu, diiringi teriakan, pekikan serta desisan napas tertahan melihat Anne dan Zeze berlatih tarian pedang di halaman. Wusshhhh ...!Ujung pedang ninja yang pernah membuat Felix sekarat, terayun cepat dari tangan Zeze ke arah leher Anne.Marcio, Markus, Zetha dan Luciano terkesiap memperhatikan gerakan berbahaya Zeze tersebut. Hanya Freyaa yang terlihat sangat menikmati dengan wajah ceria dan tatapan berbinar melihat latihan ekstrem Zeze dan Anne. Belum sempat ujung pedang menyentuh kulit Anne, istrinya Marcio itu sudah lebih dulu merunduk, berguling ke samping lalu mengayunkan pedang panjang di tangannya ke arah kaki Zeze. Zeze menghindar meloncat mundur dan tergelak, "Ayo Mom, keluarkan kemampuanmu!" serunya disambut senyuman pada bibir Anne. Anne memberikan serangan bertubi-tubi hingga Zeze kesulitan untuk memberikan balasan. Wanita awet m
"Kau benar-benar menyukainya? Menyukai Pierre?" tanya Freyaa setelah ia dan Zeze kembali ke mobil menuju kediaman Anne. "Bagaimana menurutmu? Bukankah pria itu istimewa? Dominic tidak bisa berciuman denganku, sedangkan Pierre terlihat biasa-biasa saja, uhm ...maksudku dia menyukaiku." Zeze menoleh sekejap dari menatap lurus jalanan di depannya. "Apakah kau ingin aku melakukan sesuatu padanya? Mengambil darahnya untuk diperiksa Mumma dan Simon?" Kali ini Zeze memperlambat laju mobil, tersenyum cerah membelai puncak kepala Freyaa, "Ingat, kau tidak boleh cepat dewasa, cukup otakmu saja yang tumbuh semakin jenius, oke?" tanggapnya tentu saja setuju akan ide Freyaa."Tapi, paman Luca tak suka kau berhubungan dengan Pierre ..." "Jangan kuatir. paman Luca hanya ingin aku bahagia." tukas Zeze cepat, kembali melajukan mobil dengan kecepatan sedang. "Bagaimana denganmu? Apakah kau juga tak menyukai Pierre?" Zeze ingin tahu pendapat Freyaa mengenai Pierre. "Pierre terlihat tenang juga lem
Setelah makan malam bersama di istana, Felix permisi membawa Veronica kembali pulang ke mansion. Ia harus bekerja dan melacak keberadaan Knox, jika benar pengawalnya tersebut diculik. "Kabari aku lebih dulu jika kau akan melahirkan, jangan Mike!" ucap Felix di depan Lucy seraya melempar senyum pada Mike yang tertawa cengengesan. "Lebih dulu satu menit, tak masalah. Tetap aku dan Mawar juga yang akan tiba lebih dulu ke sini." tukas Mike tak mau kalah dari Felix. "Apakah mereka berdua sering merepotkanmu?" Felix puira-pura mengabaikan perkataan Mike, "Tugas kegiatan sosialmu sudah diserahkan pada Mawar dan Zahra 'kan? Kau sudah tidak boleh sibuk, pun setelah melahirkan." Lucy tergelak manis sedangkan Ibrahim mengusap ujung hidung mancungnya yang tak gatal, melihat Felix masih memanjakan istrinya seperti gadis kecil. Mereka bahkan sudah memilki delapan anak, jelang ke sembilan. "Cepatlah pulang. Veronica sedang hamil, tak baik terpapar angin malam Dubai. Tadi bukannya paman bilang ad
Zeze bergaya tengil, menjalin jari jemarinya di belakang kepala, berkata santai, "Sekarang semua orang sudah menikah, sepertinya aku juga mau menikah ahh ..." "Tidak!" Luca menjawab cepat perkataan Zeze. "Me-nikah?" Luciano dan Simon berkata serempak dengan kening berkerut dalam. Tetapi Jonathan menatap Zeze dengan pandangan antusias, "Benarkah?" Zeze menggerakkan dagunya maju mundur ke arah Jonathan, "Papa setuju?" tanyanya riang, tak mempedulikan wajah Luca yang memandangnya masam. "Aish ...kenapa paman tampanku berwajah kecut begini? Apakah cemburu jika aku akan menikahi seorang pra yang jauh lebih tampan darimu?" kekeh Zeze melingkarkan sebelah lengan ke pundak Luca. "Kau masih terlalu kecil, tunggu sepuluh tahun lagi, baru boleh menikah!" "Apa?!" bukan Zeze yang menjawab melainkan Aghna, Anjo, Deristi, Ariana dan Susie histeris berkata serempak. Zetha hanya bisa berdecih melihat sifat over protektif adik lelakinya terlihat jauh melebihi Luciano Sky. Tetapi sebenarnya Lucia