Yos, komen dulu ya yang banyak yaaa hahaha Love you all!
"Kau pemilik gallery lukisan!" Felix masih ingat lukisan yang ia pinta John membelinya untuk di dalam ruangan kerja Veronica memiliki kamera tersembunyi. Felix sebenarnya sudah pernah bertemu dengan pria pemilik gallery lukisan tersebut yang mengadu tentang perusahaan supplier milik keluarganya terancam bangkrut karena Alfred Mussolini terus meminta upeti.Sang pria sudah berdiri, membungkukkan tubuhnya hormat pada Felix, "Ikutlah denganku, maka keponakan Anda akan aman." Entah berapa banyak informasi yang didapatkan oleh pria di depannya, tapi bibir Felix menyeringaikan senyuman tipis dengan tatapan berkilat kejam memindai sang pria pemilik gallery lukisan."Kau tau tentang keponakanku?" pancing Felix seraya tersenyum seakan mengendorkan kewaspadaannya. "Keponakan Anda menjadi inang racun The Queen. Bukankah Anda sedang mencari keberadaannya saat ini?" jawab sang pria ditanggapi anggukan samar Felix. "Racun dalam tubuh Anda bisa memanggil inang The Queen kembali. Karena itu Anda h
"Sister ...!" Felix berteriak terkejut mendapati ruangan tengah kediamannya terang benderang, ada tujuh ranjang portable tersusun dengan tubuh anak buahnya di atasnya, sementara Zetha dan Simon masih belum selesai melakukan operasi darurat mengeluarkan peluru dari John.Hvitserk sudah dipindahkan ke dalam ruangan perawatan yang dijaga oleh ketat beberapa pelayan wanita.Luciano, Billy yang sudah terbiasa melihat tindakan perawat di rumah sakit Siniy Dom, Nyaksimvol, Rusia, serta para pelayan lainnya di kediaman ikut membantu membebat lengan, perut, menghentikan pendarahan para anak buah Felix yang terluka menunggu giliran ditangani oleh Zetha dan Simon,Charles di bagian dapur tidak bisa diam. Ia memerintahkan pelayan bawahannya menyiapkan bubur, minuman serta makanan besar untuk Zetha, Luciano, Simon serta Felix, juga pria itu bolak balik memastikan air hangat serta kain lap tersedia untuk membantu melancarkan pekerjaan Zetha serta Simon.&
Salju mulai turun mewarnai kota Amalfi Coast menjadi putih. Felix mengamuk sedih begitu ia terbangun dari tidur juga obat bius yang disuntikkan Zetha sewaktu melakukan perawatan padanya."Aku tidak pantas hidup!" Felix menyingkirkan tangan Simon yang berniat membantunya berdiri dari terjatuh terguling di lantai kamar. "Paman memang tak pantas hidup setelah membiarkan Zeze terkena suntikan racun oleh Arkada!" Wajah sedih Felix makin tergugu memandang Simon yang menyeringai sinis. "Sekarang paman ingin mati bukan? Matilah secara terhormat!" tegas Simon sembari menatap dalam ke netra Felix, "Minimal sembuhkan dulu tubuh paman, lalu bawa Arkada dan anak buahnya sebagai hadiah ke hadapan Mumma dan Didi." Usai mengucapkan kata-katanya, Simon membantu membawa Felix yang terdiam, naik kembali ke atas ranjang, lalu meninggalkannya. Di depan pintu kamar Felix yang terbuka, Zetha segera merengkuh tengkuk Simon untuk ia peluk erat. Sesedih apapun dalam hati Zetha, ia paling tidak bisa melihat
Salju semakin turun deras di pedesaan Aachen.Zeze mengajak Veronica dan Freyaa tinggal di rumah tengah hutan yang dibangunkan oleh Jonathan untuk kedua cucu cantik petualangnya itu. Alat pemanas berfungsi dengan baik di rumah hutan ketimbang rumah peninggalan keluarga Johnson yang sudah kuno. "Kita masih ada kentang, asparagus, jamur kering, beberapa daging serta tepung untuk membuat roti." Artur memberitahu Zeze akan isi gerobak yang baru saja ia pindahkan ke area dapur rumah hutan yang hanya terdiri satu lantai. "Kita bisa membuat soup dan siapkan roti untuk Bibiku jika ia lapar di tengah malam. Wanita hamil tidak boleh kelaparan!" ucap Zeze dianggukkan Artur dengan senyuman. Sebelumnya Veronica berkata pada Artur jika Zeze dan Freyaa tidak boleh kelaparan, sekarang Zeze juga mengatakan hal yang sama untuk Veronica. Tentu saja hati tua Artur merasa sangat hangat melayani Zeze, Freyaa dan Veronica yang sedang hamil darah daging Felix tersebut. Tidak banyak orang luar yang bisa
"Jadi Hvitserk tidak tewas?" tanya Felix yang kemudian menggigit bibirnya kuat-kuat menahan perih karena otot panggulnya masih dalam perawatan Simon. "Kau meremehkanku dan Simon?" seringai Zetha sembari membuat simpul pada tali benang di jemarinya. Felix menarik napas panjang untuk melegakan tenggorokan, "Tapi Hvitserk tidak ada di kamarnya ..." "Hvitserk dan John diterbangkan ke Nyaksimvol setelah melewati masa kritis mereka. Dokter Dimi ingin anggotanya kembali." Simon yang memotong perkataan Felix, memberikan kecupan ke pipi Zetha seperti biasanya, "Aku sudah selesai, Mum." "Terima kasih banyak, Sis!" Felix hanya bisa berterima kasih pada Zetha karena Simon sudah pergi keluar dari kamarnya. Zetha memeriksa pekerjaan Simon yang sudah merapikan dan menempelkan hansaplas antiseptik di atas cidera otot panggul Felix. "Kau tau caranya berterima kasih. Ku tunggu paling lambat malam ini." Zetha berkata tegas dengan sorot mata tajam memandang Felix yang mengedipkan kelopak mata mengan
Veronica terkejut melihat dua karung besar dan gerobak dengan tumpukan karung juga, sedang dipindahkan oleh Artur ke ruangan dapur. "Ini apa?" tanya Veronica spontan.Artur segera menuangkan isi dalam karung ke lantai untuk ia periksa, "Bahan makanan, rempah-rempah, susu hamil ...baju hangat, syal, kaus kaki ...." Artur juga terperanjat tak menduga saat melihat semua isi dalam karung juga yang ada di atas gerobak, talinya masih tergantung dengan roda telah basah oleh salju mencair. "Siapa yang membawanya?" Veronica bergumam lirih menoleh pada Freyaa yang baru saja selesai dari memberi anak ularnya minum susu sekaligus bermain di selasar yang tetap hangat tertutup jendela kaca. Freyaa segera berlari ke dalam kamar dan berteriak nyaring, "Dominic ...!" pekiknya ceria seraya berhambur ke gendongan Dominic yang bangkit turun dari ranjang Zeze. "Oh, kau semakin montok dan pipimu memerah!" Dominic mendongakkan wajah Freyaa yang memeluk lehernya, lalu ia peluk lagi erat-erat seraya menc
Freyaa mendesakkan ujung jemarinya masuk ke dalam mulut Zeze yang langsung kedua bola matanya melotot terkejut. "Freyaa?!" Pandangan Zeze beralih dari Freyaa ke Veronica di sebelahnya, lalu pada Dominic yang terbaring di atas lantai, wajahnya ditepuk pelan oleh Artur. "A-aku yang membuatnya begini?" Zeze berjongkok di depan wajah Dominic, menoleh pada Veronica dan Freyaa juga Artur yang menganggukkan kepala perlahan. "Oh, Tuhan!" Zeze memegangi kepalanya dengan kedua tangan dengan panik, "Apa yang harus ku lakukan?" Freyaa membawa mangkuk ramuan obat untuk Zeze yang sudah hangat, "Habiskan obatmu!" cetus gadis kecil itu tegas menatap kedua netra panik Zeze. Veronica berjongkok di depan wajah Dominic, meminumkan ramuan obat ke dalam mulut Dominic yang masih belum sadarkan diri, menggunakan sendok, "Apa kau bisa melakukan totokan untuk melancarkan peredaran darahnya? Kita harus menyadarkannya sesegera mungkin agar dia bisa meminum ramuan penguat energi tubuh sama sepertimu." Zeze
"Ku mohon, lepaskan aku. Aku janji, tak akan menuntut kalian ..." Zetha berpaling menoleh pada Felix, "Dia rupanya berpikir ingin menuntut kita, Fells. Bagaimana menurutmu? Kita lepaskan aja ya, aku takut ..." Felix menggetarkan tawa terbahak, menaikkan alis dan memajukan bagian atas tubuhnya perlahan ke arah Zetha, "Sejak kapan kau berubah jadi penakut, Sis?"Zetha tergelak merdu, bangkit dari duduknya di sudut meja depan Arkada, "Tolong perintahkan anak buahmu melindungiku, oke?"Felix semakin tergelak melihat ekspresi saudarinya yang mencibir pura-pura ketakutan akan ancaman Arkada yang menyiratkan pria itu memiliki kekuatan menuntut keluarga Salvatore.Memang tidak ada obatnya bagi manusia bodoh yang pongah! Arkada tidak tahu lawannya adalah keluarga mafia Salvatore yang selalu kompak satu sama lain dan memiliki kekuatan organisasi sangat solid. Zetha mengeluarkan jarum suntikan dari kantung pakaiannya. Melihat hal itu, Arkada kembali menggelengkan kepala kuat-kuat, membuat kedu
"Siapa mereka?" tanya Zeze masih memperhatikan layar monitor Luca di depan mereka, menampilkan ledakan demi ledakan dalam laut juga di udara. "Pasukan setan." "Pasukan setan?" Zeze mengulang perkataan Luca, menaikkan alis menoleh pada paman tampan di sebelahnya itu. Luca memang tidak pernah menahan kata-katanya, bahkan di depan Zeze. Kali ini pun ia terkekeh, membelai pipi lembut Zeze yang tirus. "Setan itu jelek, suka mengganggu dan membuat masalah. Bukankah mereka memakai topeng, mengganggu Paman Felixmu di siang hari begini? Jadi mereka adalah pasukan setan!" "Owh." Zeze ber'oh' menganggukkan kepala, mengerucutkan bibirnya sedikit maju, kembali mengingat para pasukan yang sebelumnya mengeroyok kediaman Felix, tetapi kini tubuh mereka semuanya jatuh bergelimpangan di tanah. Pun kapal selam serta jet tempur mereka bisa disabotase oleh Luca, membuat kapal-kapal selam dan jet-jet tempur pemburu tersebut hilang kendali sebelum diledakkan. "Mumma dan Mommy Cella ketika menjalankan
Setelah sarapan pagi bersama, dimana Selena yang sangat canggung bertemu Luca juga Michele di meja makan, beralasan jika dirinya sedikit lelah karena perjalanan juga lingkungan yang berbeda, memilih berdiam diri di dalam kamar."Kau tidak apa-pa ku tinggal sebentar?" Veronica berkata pada Selena yang duduk di sofa menatap jauh pemandangan luar jendela. Selena menoleh, menganggukkan kepala, "Ya. Aku tidak apa-apa. Kakak pergilah." Veronica ingin Bonnie menyentuh kepalanya lagi. Dirinya yakin ada banyak hal yang disembunyikan dari ingatannya dan ia sama sekali tidak tahu sebabnya. "Kau sedang hamil, kita jeda dulu." Bonnie berkata, tersenyum membelai lembut pundak Veronica, "Aku senang, kau sudah bisa mengingatku." Veronica memeluk Bonne erat-erat, "Maaf. Waktu itu aku pergi tanpa pamit dan tak bsa kembali ke Hawaii ketika Ibu meninggal." Bonnie merenggangkan pelukannya dari Veronica, mengelap mata saudari angkatnya itu yang basah, "Zetha sering berkata pada Luca untuk menjaga Miche
Charles dan semua pelayan kediaman Felix sudah berganti pakaian berwarna hitam dengan lapisan bagian dalamnya adalah kevlar anti peluru. "Mari, Tuan Effren." Charles mengarahkan Effren untuk naik ke lantai dua, meninggalkan Felix dan beberapa anak buahnya di area kolam renang.Effren berdecak menganggukkan kepala ketika melihat betapa siapnya pasukan adiknya akan siaga perang. Tangan Effren menerima alat komunikasi kecil dari Charles yang kemudian diselipkan ke daun telinga dan bagian depan pakaiannya. Pada masing-masing ujung teras lantai dua kediaman Felix sudah mengalami renovasi dan perombakan, terdapat bangunan seperti menara yang menghadap ke arah lautan. Tetapi Charles membawa Effren ke bagian tengah-tengah teras yang ia dorong temboknya maju lalu terbuka.Ada pintu celah kecil muat masuk satu pria bertubuh tinggi, namun bagian dalam ternyata bisa untuk lima orang pria dewasa bertubuh besar. Effren tidak berhenti berdecak takjub melihat ada dua senapan canggih dengan peluru
Mister Meyer masih terkejut mendengar pertanyaan pria di depannya yang menanyakan tentang Ibunya Lorenza. Siapakah dia sebenarnya? "Kau memperlakukan Ibunya Lorenza seperti pelacur, benar?" Effren pun sudah lupa nama ibunya Lorenza, dan dalam buku diari putrinya tidak ia temukan nama ibunya. Mister Meyer menyipitkan kelopak matanya, memindai Effren. "Ku sarankan Anda cepat menjawab pertanyaan saudaraku, jika tak ingin menyesal!" Felix berkata dari kejauhan sembari menyendok puding chesnut yang baru saja dihantarkan oleh Charles. "Perempuan itu sudah lama mati dan aku lupa bagaimana dia bisa mati." Mister Meyer akhirnya membuka mulut menjawab pertanyaan Effren. Effren mendengkuskan seringaian sinis, mundur ke belakang untuk duduk pada kursi samping Felix yang dengan santai menggeser piring puding chesnut untuk Effren. Effren butuh asupan makanan untuk menetralkan gejolak aliran darahnya dari emosi. Hansel dan Quince berjaga pada masing-masing sisi Mister Meyer. "Perempuan itu ..
Felix akhirnya bisa tidur setelah melihat status sosial media Selena yang menampilkan wajah tersenyum Veronica. Di Aachen, Knox memberitahu Luca, Luciano, Jonathan dan Ubba jika Alfred membelot ke organisasi rahasia dunia. Itu pulalah alasan Felix mengirimkan Knox lebih dulu ke Aachen, demi keamanan Zeze. Pun sama dengan kelompok Owen, dimana salah satu pembunuh bayaran yang mencari Zeze demi hadiah besar adalah mantan rekannya Russo. Semuanya terdiam di dalam ruangan, sama sekali tidak menyadari kedatangan gadis kecil usil Freyaa yang berdiri diam-diam menopang dagu dengan tangan tepat di belakang sandaran kursi duduk Luciano, posisinya pun tersembunyi di balik punggung Didinya tersebut. "Saya rasa mereka para team pembunuh bayaran itu sudah berada di Aachen saat ini, tetapi cuaca dan jalanan yang sering di tutup membuat mereka bertindak berhati-hati." Knox menyampaikan analisanya sebagai mantan kesatuan marinir yang banyak mengetahui rahasia organisasi dunia berlokasi di Amerika
"Selena, kau baik-baik aja?" Zetha mendatangi Selena di kamar kecil yang sedang membasuh wajahnya dengan air wastafel. "Uhm, maaf. Ya, aku baik-baik aja. Hanya sepertinya sedikit lelah." Selena sedikit gugup menatap netra Zetha yang memandangnya menelisik. Zetha meraih tisu, memberikannya pada Selena, lalu memegangi pergelangan tangan wanita itu, tak lama kemudian, bibirnya tersenyum, "Mari, lanjutkan makan malam. Tak akan lama, kita bisa segera pulang istirahat jika sudah kenyang." Selena menganggukkan kepala, balas tersenyum tipis pada Zetha yang merapikan syal di leher Selena, "Udara dingin dan tubuhmu lelah, jangan sampai masuk angin."Selena tahu jika pria tampan yang ia selamatkan ketika melawan Papanya di Greenland waktu itu adalah bagian dari pasukan Salvatore. Tetapi Selena tak menduga jika dia adalah Luca Salvatore, bos suaminya sendiri., adik lelaki Zetha, wanita yang berada di depannya saat iniLuca Salvatore yang membuat hati Selena bergetar pertama kalinya juga menumbu
Setelah memerintahkan Hansel dan Quince membawa Edward dan Bobby yang pingsan ke ruangan tahanan dalam kediamannya, juga membuat mereka berada dalam ruangan terpisah, Felix melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lorong kamar. Selain Hansel dan Quince serta anak buah Felix, team medis juga turut bersiaga menangani kesehatan khusus untuk Edward, Bobby dan Mister Alfred yang babak belur dipukuli Effren. Felix menanggalkan pakaiannya satu persatu, berceceran di lantai, sementara kakinya menuju kamar mandi, masuk ke dalam jacuzzi seraya memejamkan mata, sesudah ia menghidupkan kran air hangat dan menuangkan sabun cair yang biasa di pakai Veronica. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki berjalan masuk ke area kamar mandi dan semakin mendekat ke jacuzzi membuat Felix membuka kelopak matanya malas. "Kenapa kau ke sini?" Felix bertanya dingin, kembali memejamkan kelopak mata setelah ia menuangkan semua sabun cair dalam botol samping jacuzzi. Effren terkekeh rendah, "Kau kesepi
Hansel dan Quince melemparkan tubuh Edward juga Bobby ke lantai ubin tepi kolam renang, tanpa mempedulikan kedua orang itu kesakitan apalagi beberapa peluru masih bersarang dalam tubuh Edward dan kedua mata Bobby berdarah. Bobby meraung kesakitan, segala macam sumpah serapah hingga permohonan maaf dia ucapkan. Tetapi Felix dan Effren hanya menganggap angin lalu. Kedua pria bersaudara tersebut justru sedang menikmati masakan Charles karena cuaca yang dingin, membuat perut sering merasa lapar. "Apa rencanamu?" Felix bertanya pada Effren karena Mister Meyer di Cape Town juga sudah berada dalam pengawasan orang kepercayaan Felix. "Setelah ini? Mengajak Meyer liburan, mungkin ...mencari lubang baru untuk dimasuki." Felix berdecak, "Oke. Lakukan saja sesukamu, tapi jangan minta tolong padaku jika nanti Deristi tahu kau suka menyarungkan batang ke sembarang tubuh!" Effren terkekeh, meminum soup hangat dari tepi mangkuk sepert cara Zetha menikmati makanan, "Kau belum pernah bercinta selai
Arman menoleh pada Felix dan Effren, lalu menganggukkan kepala pada anak buahnya."Pria itu melakukan hipnotis pada kalian dan mereka berniat melarikan diri." tutur Arman seraya berdiri dipegangi Felix pada sisi tubuhnya.Arman memindai semua anak buahnya dengan tatapan sangat tegas, lalu berkata, "Dua tersangka teroris tewas di tempat. Apa kalian semuanya mengerti?!"Semua anak buah Arman menjawab serempak, "Dua tersangka teroris tewas di tempat ketika hendak melarikan diri."Felix tersenyum samar melihat anak buah Arman yang loyal pada sahabatnya itu, "Mari, ku antar kau ke rumah sakit."Arman melepaskan tangan Felix yang memegangi pinggangnya, "Tidak perlu. Ada beberapa orang lagi yang sepertinya juga ingin dirawat di rumah sakit." tolaknya memberikan senyuman tipis pada Felix, kemudian menganggukkan kepala pada anak buahnya.Dor ...dor ...dorr!!Beberapa orang anak buah Arman menembaki diri mereka mas