Celine melirik ke arah suaminya yang terbaring dengan napas tersengal-sengal. Dia masih belum puas dengan percintaan singkat mereka, tapi tidak mungkin dirinya memaksa Rayyan untuk melakukannya lagi. Sambil menghembuskan napas kasar, Celine berniat bangkit dari ranjang dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Namun saat dia akan akan turun, Rayyan sudah menahannya.
"Masih pagi, tidurlah sebentar, Celine.""Aku harus memasak nasi."Rayyan yang tidak mau ditinggalkan, menarik tubuh Celine hingga jatuh kembali ke ranjang dan memeluk erat tubuh istrinya. "Sayang, menurutlah. Hari ini kamu tidak perlu bekerja. Jangan membebani diri. Berikan juga waktumu untukku."Celine tersenyum tipis dan balas memeluk erat tubuh suaminya. Tubuh mereka yang tanpa busana, tidak membuat rasa dingin masuk di antara mereka. Untunglah Arion tertidur lelap di kamar sebelah. Anaknya tidak bangun saat dia dan Rayyan membuat suara berisik di sini. "Suamiku sangat manja rupanya."Lama tidak bertemu, Tiffany. Bagaimana kabarmu?"Dominic menatap tajam ke arah wanita yang datang ke kantornya. Dia harus menyebutnya apa? Mantan tunangan atau anak dari kliennya yang cukup berpengaruh? Sungguh kedatangan tak terduga. Dominic tidak tahu apa yang membawa Tiffany melangkahkan kakinya ke perusahaannya. Setelah peristiwa kematian Giovanni dan scandal perselingkuhan, keluarga wanita ini kini diambang kehancuran. Begitu juga dengan perusahaannya. Dia pikir, Tiffany akan selamanya bersembunyi, tapi wanita itu justru muncul lebih cepat dari dugaannya."Aku tidak mau basa-basi. Tolong bantu perusahaan Ayahku. Aku tidak mau perusahan itu hancur. Aku butuh suntikan dana darimu," ucap Tiffany tanpa pikir panjang. Perkataan yang serta merta membuat Dominic terkejut. Tiffany meminta bantuan setelah apa yang diperbuatnya.Apa maksudnya? Dominic tidak melihat ada yang aneh di sini. Wanita itu juga tidak menuntutnya karena menyebabkan Giovanni meninggal. Meski
Dominic menatap televisi di depannya tanpa minat. Dia menunggu Celine sembari duduk dan menyajikan makanan ringan untuk menyambut kedatangan wanitanya. Rasa penasaran bercampur heran, tidak hilang sedikit pun dari pikirannya, sejak Celine mengakhiri panggilan secara sepihak. Sampai di tengah lamunannya memikirkan segala pertanyaan, dia justru mendapat pesan masuk dari wanita itu.Dominic segera membukanya dan membaca pesan berisi pemberitahuan jika Celine ternyata sudah ada di depan. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas beranjak dari duduknya dan pergi ke arah pintu. Dia menyambut kedatangan Celine dan langsung menariknya ke dalam pelukan penuh kerinduan. "Akhirnya ....""Lepas! Tolong lepaskan aku!"Hanya beberapa detik pelukan terjadi, Celine sudah memberontak dalam dekapan erat Dominic. Dia bersusah payah mendorong tubuh lelaki itu dengan kuat. Hingga akhirnya, Dominic harus menjauh ketika Celine tanpa ragu menginjak kaki lelaki itu."Shít! Apa ya
Di sebuah ruangan, terlihat seorang wanita sibuk menatap layar monitor dengan pikiran yang tidak fokus. Rasa takut terus mengganggunya. Dia tidak bisa bekerja dengan tenang setelah menerima 'peringatan' dari orang yang tidak dikenal. Perkataan Dominic semalam juga sama sekali tidak berhasil membuatnya tenang. Dia terus gelisah seperti dikejar sesuatu.Sampai di tengah konsentrasi dan rasa takutnya, seseorang tiba-tiba menggebrak meja dan mengejutkannya. Celine melompat dari tempat duduknya saking kaget dengan apa yang terjadi. Jantungnya berdetak sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal. Tak luput, suara tawa keras harus masuk ke dalam gendang telinganya. Si pembuat ulah yang membuatnya nyaris mati jantungan.Celine hampir menyemburkan sumpah serapahnya, tapi dia harus terdiam ketika melihat tawa Dominic yang begitu lepas. Lelaki bedebah yang menertawakannya karena berhasil membuatnya kaget. Sayangnya, kekesalannya luntur begitu saja, ketika melihat ekspresi yang tidak p
"Bagaimana kamu bisa sangat dekat dengan Celine? Mama belum pernah melihatmu sedekat itu dengan wanita," ucap Daisy di tengah acara makan malam bersama. Matanya melirik lekat sang anak yang tampak tak acuh. Dia tidak bisa tidak menghiraukan tatapan Dominic saat memandang Celine tadi siang. Terlihat sangat berbeda dari cara memandang Dominic pada wanita-wanita yang dulu sempat dia kenalkan, termasuk Tiffany. Sayangnya, Daisy tidak mendapat jawaban dari Dominic. Hanya sang suami yang meliriknya penasaran."Apa yang kamu bicarakan itu adalah wanita yang menyelematkannya?"Kenneth bukan seorang ayah yang mau peduli akan urusan sang anak. Dia tak acuh dan selalu membiarkan Dominic melakukan apa pun selama anaknya tidak mencoreng nama baik keluarga atau melakukan kejahatan di luar batas, tapi kini dia sedikit penasaran begitu sang istri mengungkapkan kedekatan anaknya dengan wanita bersuami."Iya, dia sekarang bekerja dengan Dominic. Apa kamu tahu, Sayang? Anak kita b
"Rapat selesai hari ini. Kerjakan sesuai rencana awal dan lakukan dengan sempurna. Aku tidak ingin mendengar ada hambatan atau kesalahan, karena barang tidak sesuai yang dipesan dan hal lainnya. Kalian akan tahu akibatnya jika itu sampai terjadi."Semua orang di ruangan itu terdiam kaku melihat tatapan dingin atasan mereka. Tatapan yang seolah memperingati, jika ada kesalahan sedikit saja dalam proyek besar kali ini, maka semuanya akan tamat. Belajar dari kesalahan di masa lalu dan apa yang terjadi pada perusahaan lain, Dominic tidak memiliki pilihan selain memberikan peringatan sejak awal. Dia tidak mau mengalami kerugian hanya karena kesalahan kecil atau sifat tamak manusia. Apalagi sampai kredibilitas perusahaannya jatuh dan para investor bisa saja melarikan diri.Setelah memberikan peringatan lewat tatapannya, Dominic dengan segera beranjak dari ruang meeting diikuti oleh Celine di belakangnya. Suasana hatinya buruk hari ini. Semua karena mimpi sialan yang datang tadi
"Kau tidak salah. Itu bukan salahmu."Celine terus berucap seperti itu sembari memeluk tubuh Dominic. Tidak peduli bagaimana dia membenci lelaki itu. Melihat Dominic yang terluka dan memiliki masa lalu buruk, membuat hatinya terusik. Orang yang terlihat sempurna sekali pun, ternyata bisa memiliki masa lalu yang menyedihkan."Tentu saja itu bukan salahku. Bukan aku yang membunuhnya. Tidak seharusnya semua orang menyalahkanku." Dominic melepaskan pelukan Celine dan tersenyum lebar. Seakan cerita tadi tidak ada artinya. Tidak ada air mata yang juga terlihat di sana.Celine sekali lagi dibuat terkejut melihat perubahan Dominic yang tiba-tiba menjadi tenang. Menatap dan membelai lembut pipinya. Padahal baru beberapa waktu lalu suasana hati lelaki itu sangat buruk. "Kau sudah merasa lebih baik? Haruskah aku pergi sekarang?"Dominic menggeleng. Dia meraih pinggang Celine dan menempelkan dirinya dengan wanita itu. "Semua berkatmu, terima kasih."Kata terim
Dominic telah sampai di tempat yang Jared perintahkan. Pertemuan yang dilakukan di sebuah bangunan tua tak berpenghuni. Dia merasa asing dengan tempat ini. Tidak ada orang di sekitarnya, sepi. Hanya dia seorang diri yang kebingungan karena tidak mendapati keberadaan Jared sama sekali di sana. Apalagi lelaki itu membohonginya?"Jared? Di mana kau?" panggil Dominic sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah. Dia mencari keberadaan temannya. Namun tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya di sana.Merasa penasaran dengan rumah tua yang ada di depannya, dia memutuskan untuk melangkah masuk. Gelap dan sepi seperti dugaannya. Dominic juga bisa mencium bau tanaman basah yang menempel di setiap sudut ruangan. Dia yang sulit menggunakan matanya untuk melihat, harus menyalakan senter melalui ponselnya. Hingga akhirnya, matanya bisa melihat keadaan di sekitarnya dengan jelas. Bangunan tua yang begitu luas, tidak terlalu banyak barang di sekitarnya.Dominic
Celine menanti kedatangan Dominic dengan gelisah. Sudah hampir satu jam lamanya dia menunggu di rumah itu. Seperti apa yang Dominic janjikan, kalau seharusnya lelaki itu tiba setengah jam sebelumnya. Namun sampai detik ini, Celine tidak mendengar mobil atau melihat batang hidungnya.Bibirnya seketika mendesis. Celine memejamkan mata dan menyesali keputusannya. Mungkin tak seharusnya dia datang ke sini. Tak seharusnya dia meninggalkan anak serta suaminya di rumah. Betapa bodohnya dia menuruti keinginan nafsu sesaatnya. Meski mereka hanya teman tidur, seharusnya Celine bisa lebih menahan diri.Sambil terus menyalahkan dirinya dan mengutuk, Celine pada akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun sebelum itu, dia mengirim pesan untuk Dominic dengan mengatakan bahwa dirinya tidak jadi datang. Dia bersalah pada Rayyan karena berbohong. Suaminya tahu kalau dia saat ini tengah pergi mengambil berkas yang tertinggal di kantor. Padahal kenyataannya, dia sedang menanti kedatang
Cup.Sebuah kecupan lembut menyentak kesadaran Celine dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suaminya yang kini memeluk erat tubuhnya. Bibirnya mengukir senyum manis ketika Dominic mencuri satu ciuman di sana. Sungguh, Celine tidak percaya dengan kenyataan bahwa kini dia menikah dengan lelaki licik yang menjeratnya.Pernikahan yang melelahkan tadi pagi, membuat Celine akhirnya bisa beristirahat sejenak setelah pesta resepsi dan segala adat istiadatnya. Meski sekarang, dia tentu akan melaksanakan kewajibannya sebagai istri Dominic. Melayani suaminya."Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Dominic sambil meletakkan kepalanya di pundak Celine. Dia meraih tangan istrinya, namun Dominic mengernyit bingung menyadari ada sesuatu yang dipegang oleh Celine. Dia menarik benda itu dan melihatnya. Membuat Celine mau tak mau ikut berbalik. "Apa ini?""Itu—""Rayyan?"Dominic menatap benda yang ternyata adalah foto Rayyan dan Celine dengan Arion. Ke
Celine terdiam menatap pantulan dirinya depan cermin. Dia tengah mencocokkan gaun pernikahannya dengan Dominic. Setelah lebih dari tiga bulan sejak kematian Rayyan dan persiapan pernikahan, dia akhirnya akan segera menyandang status sebagai istri dari Dominic. Lelaki yang dia cintai sekaligus ayah dari anaknya.Pandangan Celine kemudian terpaku pada perutnya yang membesar. Dia mengusap lembut calon anaknya. Gaun pengantin itu sengaja dibuat besar di bagian perut dan tidak terlalu ketat agar dia tidak terlalu sesak karena perutnya yang buncit. Celine harap dia tidak akan menyesal dengan pilihannya. Dia juga berharap Dominic mengubah sikap buruknya. Meski memang, lelaki itu menjadi lebih perhatian padanya. Namun kadang kala, Dominic keras kepala dan masih tidak mau mengalah dalam beberapa hal. Terutama masalah Dominic yang berubah menjadi sangat overprotektif. Baik padanya atau pada Arion. Dia kadang harus memasang ekspresi marah dulu agar Dominic mengalah.Celine
Celine tersenyum menatap anaknya yang tidur nyenyak bersama Dominic. Arion benar-benar tampak sangat akrab dengan lelaki itu. Celine tidak percaya, hubungan Dominic dengan Arion bisa sedekat ini. Haruskah dia menikah dengan Dominic? Tapi Celine belum melupakan Rayyan, suaminya yang meninggal karena menyelamatkannya. Semua itu membuatnya kembali sedih.Air mata tanpa sadar kembali menetes. Celine mengusapnya kasar dan berbalik untuk pergi. Namun saat dia akan menutup pintu, terlihat Dominic yang terbangun. Lelaki itu mengusap matanya dan menoleh. Lalu bangkit dan menghampirinya."Celine?""Maaf, apa aku membangunkanmu?" tanyanya dengan wajah tidak enak ketika Dominic berjalan mendekat. Celine bisa melihat wajah lelaki itu yang tampak mengantuk. Dia merasa bersalah karena mengganggunya."Tidak, maaf aku ketiduran. Aku tidak sengaja." Dominic tersenyum seraya menutup pintu kamar dan membiarkan Arion sendiri."Kenapa minta maaf? Tidurlah kembali, seperti yang ka
Celine menatap kejauhan rumah milik Dominic. Dia merasa gelisah dan tidak tenang. Celine penasaran, tapi dia ragu untuk mendekat. Ada banyak rasa takut yang menguasainya. Setelah satu minggu lalu berbincang ringan dengan mantan managernya, Celine memutuskan untuk melihat keadaan Dominic dari jauh. Sayangnya, dari jarak seperti ini, dia tidak menemukan siapa pun dan tidak tahu keadaan Dominic.Haruskah dia melangkah lebih dekat?Tidak, Celine merasa bersalah. Dia payah. Dia sudah berjanji untuk pergi dan tidak berhubungan lagi dengan Dominic. Lelaki itu juga pasti sudah membaca surat yang dia titipkan pada Marta. Bagaimana mungkin dia membatalkan niatnya dan menjilat ludahnya sendiri? Jangan konyol! Dia tidak boleh kembali kembali pada Dominic.Kepalanya terus berusaha menahannya dan memintanya untuk berbalik pergi meninggalkan rumah yang ada di seberang jalan. Namun hatinya menyuruhnya tetap melangkah. Pergi menemui Dominic dan memastikan keadaannya. Kepalanya terasa
Dominic keluar dari ruang meeting dengan dibantu Jerry. Dia akhirnya harus turun dari posisinya sebagai CEO dan menerima surat pengunduran diri dari Celine. Dominic bisa menerima dia diturunkan, tapi dia tidak bisa menerima saat mengetahui fakta bahwa Celine pergi darinya. Wanita itu meninggalkan rumah lama dan entah pergi ke mana. Itu membuat hatinya kacau. Dominic merasakan sakit di dadanya. Dia ingin mencari keberadaan Celine dan mendapatkan wanita itu kembali. Dominic sudah berjanji pada Rayyan dan dirinya yang akan menjaga mereka. "Jerry, apa Celine sudah ditemukan?" "Belum, Tuan. Kami masih mencarinya," ucap Jerry sambil membawa turun Dominic menuju mobil di area basement. "Apa tidak ada yang tahu, dia pergi ke mana?" "Tidak, tapi saya diberikan sebuah surat dari seorang wanita tua bernama Marta. Beliau bilang, itu dari Nyonya Celine untuk Anda." Jerry membantu Dominic masuk ke dalam mobil dengan susah payah. Hingga kemudian dia segera berjalan kembali menuju kemudinya. Sebel
Setelah seminggu lebih berada di dalam rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, akhirnya sekarang Dominic sudah diizinkan untuk pulang, meski itu atas dasar pemaksaan. Dia bisa istirahat di rumah. Sayangnya, seolah baru usai masalah yang dia hadapi, Dominic menerima kabar dari ayahnya yang cukup buruk. Scandal yang menjeratnya enam tahun lalu dan perselingkuhannya terungkap. Beberapa investor ada yang menarik diri dari proyek baru mereka dan saham perusahaan turun drastis. Para pemegang saham pun menuntut diadakan rapat.Dominic tahu pada akhirnya ini akan terjadi. Dia mau tak mau harus mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Mungkin dia akan diturunkan secara tidak hormat atau bahkan dipenjara. Namun untuk yang kedua, dia tidak mendengar adanya tuntutan, Celine tidak menuntutnya. Apa orang tuanya sudah mengantisipasi hal ini?"Kamu tenang saja. Jangan terlalu memikirkan itu. Tugasmu adalah menyembuhkan diri," ucap Daisy seolah tahu apa yang
Di dalam sebuah padang rumput yang luas, Dominic berdiri kebingungan. Dia tidak tahu di mana dia berada saat ini. Hanya desiran angin yang terdengar. Dia bergeming untuk sejenak. Sampai rasa takut mulai menguasainya. Tidak ada Celine, Arion atau orang tuanya. Tidak ada jalan keluar yang terlihat dan tidak ada seorang pun di sini.Apa dia sudah mati?Pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Membuatnya ketakutan dan tanpa sadar berlari ke depan. Namun sayangnya, dia tidak melihat jalan keluar. Semuanya hanya padang rumput. Dia yang berlari tanpa alas kaki, tentu saja membuat duri-duri melukai kakinya, hingga mengeluarkan darah. Meski hal tersebut sama sekali tidak membuatnya memelankan langkah kakinya.Sayangnya, di sana Dominic seolah berputar-putar dan hanya rasa lelah yang dia dapat. Suara napasnya yang saling memburu terdengar jelas. Sampai akhirnya, Dominic memutuskan untuk berhenti. Dia jatuh terduduk di antara rerumputan itu. Satu persatu, air matanya berjatu
Pandangan Celine mulai buram oleh air mata. Hatinya hancur saat melihat orang yang dia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan tempat atau waktu yang menjadi pembatas, tapi alam lain. Dia tidak kuasa untuk menahan tangisnya dan jatuh di atas makam itu. Beribu penyesalan atas pengkhianatan yang dia lakukan, kini membuat dadanya terasa amat sangat sakit. Pedang berkarat seolah menembus dan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan kecil. Beberapa orang yang datang untuk mendoakan, mulai pergi perlahan dan meninggalkannya yang kini merasakan kehilangan.Penyesalannya terlambat. Celine tidak bisa meminta maaf pada sosok yang dia sakiti. Orang yang selalu menjaganya selama ini dan melindunginya saat dia jatuh. Rayyan telah menghukumnya dengan penyesalan yang begitu dalam. Lelaki itu pada akhirnya telah pergi membawa separuh hatinya. Celine menyesal, tapi dia terlambat untuk mengungkapkan penyesalannya."Ra-rayyan maafkan aku. A-aku bukan istri yang b-baik untukmu. Maafkan aku,"
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu