Dominic berjalan mondar-mandir di ruang tengah itu. Tak peduli jika dia membuat kedua orang tuanya mulai kesal. Dia bingung dan tidak bisa menunggu kabar, tanpa melakukan sesuatu. Namun setelah mengunjungi beberapa tempat yang dia kira akan menemukan hasil dan keberadaan Celine, hasilnya justru selalu nihil. Bahkan ketika dia menghubungi Rayyan sekali lagi, lelaki itu juga sedang sibuk mencari Celine yang belum pulang.
"Son, kau membuat Papa pusing. Bisa kau berhenti dan duduk tenang?"Perkataan Kenneth membuat Dominic sontak berhenti dan menatapnya dengan gusar. "Bagaimana aku bisa tenang, Pa? Celine dan anakku tidak tahu ada di mana. Bagaimana keadaannya atau apakah mereka baik-baik saja? Aku tidak tahu." "Lalu, apa dengan kau berjalan mondar-mandir seperti itu, kau akna menemukannya? Sabarlah sedikit, Son. Papa sudah mengerahkan orang-orang untuk mencarinya.""Ini juga salahmu. Harusnya kamu memberi kabar dan jangan bertindak sendiri. Lihatlah, Celine muDominic melangkah gontai menuju rumah Rayyan. Hari ini, dia memilih untuk tidak bekerja. Pikirannya sangat kacau. Dominic tidak bisa tenang karena Celine belum dia temukan. Jika itu Jared, kenapa lelaki itu belum juga menghubunginya seperti apa yang papanya katakan? Matanya kini mungkin sudah seperti panda, karena semalaman dia menunggu Jared menghubunginya. Meski Dominic tadi sempat menghubungi lelaki itu. Namun sayangnya, tidak ada jawaban. Nomor Jared tidak bisa dihubungi.Tok-tok-tok."Rayyan," panggilnya sembari mengetuk pintu. Dia tidak melihat siapa pun di sana. Bahkan pintu itu tertutup rapat. Tidak juga Dominic melihat ada tetangga yang lewat. Hingga sekali lagi, dia menggedor pintu itu. Namun sayangnya tidak ada jawaban. Ke mana Rayyan pergi?Dominic menghembuskan napas kasar dan akhirnya memilih berbalik masuk ke dalam mobil. Namun sebelum dia benar-benar masuk, dari arah depan terlihat Rayyan berjalan tertatih menghampirinya. Dominic seketika terseny
Sebuah bangunan megah terlihat berdiri kokoh di hadapannya. Dominic tidak langsung masuk ke dalam. Dia mengamati keadaan sekitar yang terlalu sepi. Vila. Pantas saja Dominic tidak bisa langsung menemukan di mana keberadaan Celine. Jared ternyata membawa wanitanya pergi ke sebuah vila yang jauh dari pemukiman.Dominic menatap teliti sekitar. Tidak ada penjaga sama sekali saat dia masuk. Apa Jared memang ada di sini? Tak tahan dengan rasa penasarannya, Dominic berusaha menghubungi lagi nomor yang kemarin menghubunginya. Namun kali ini, panggilan tersebut tidak mendapat balasan. Berkali-kali, nomor itu tetap tidak dapat dihubungi. Hingga akhirnya, Dominic yang kesal segera membuka pintu masuk tanpa basa-basi. Anehnya, pintu itu tidak terkunci."Jared?" panggil Dominic sembari menatap awas sekitar. Vila itu terlihat biasa saja. Seperti vila pada umumnya. Tidak ada yang aneh seperti bayangannya. Akan tetapi, vila itu tampak sepi. Meski semua keanehan itu tidak menyurutkan
Celine tersentak kaget. Wajahnya berubah tegang. Matanya ikut melebar melihat seseorang yang kini berjalan mendekat ke arahnya. Bukan Jared, melainkan seorang wanita yang tidak lain adalah Tiffany. Ekspresi kesal terlihat menghiasi wajah wanita itu. Berlawanan dengan apa yang dia lihat kemarin. Tidak ada ekspresi ramah sama sekali di sana. Senyum kecut justru terlihat saat mata mereka bersibobok.Sungguh di luar dugaan, Celine masih tidak percaya jika Tiffany ternyata terlibat dalam rencana Jared. Benar kata Dominic, wanita itu sama berbahayanya. Untunglah dulu dia tidak terlalu dekat."A-aku mau mengambil minum. Aku haus," ucap Celine dengan kalimat terbata. Dia menelan ludahnya gugup, berharap Tiffany tidak akan menyadari apa yang baru saja dia lakukan. Celine beruntung saat yang jatuh adalah gelas. Dia bisa membuat alasan yang masuk akal."Astaga! Tidak bisakah kau diam saja? Tahan hausmu! Kau sangat merepotkan, bagaimana mungkin Jared membawamu ke sini? Kau
Celine berlari sambil sesekali menoleh ke arah belakang. Dia mengumpat dan berusaha berlari cepat meninggalkan vila itu. Sial, kenapa dia harus menendang vas dan membuat Jared curiga? Kenapa juga ada Dominic di sana? Pembunuhan itu, jadi Dominic bukan pembunuh? Celine pusing memikirkan semuanya. Dia tidak mengerti pada siapa dia harus percaya.Tidak, ini bukan saatnya dia berpikir, Celine harus membebaskan diri dan mencari bantuan, lalu menolong Dominic yang masih terjebak di sana. Dia tahu sekarang, Jared gila. Lelaki itu memukuli Dominic hingga terluka. Bukan tidak mungkin dia juga akan diperlakukan sama.Napas Celine memburu. Dia terus berlari menuju gerbang yang ada cukup jauh di depannya, sembari memegang perutnya. Celine harap anaknya baik-baik saja. Mereka harus keluar dari tempat ini. Sebuah keberuntungan baginya saat tidak ada satu pun penjaga di sana. Namun anehnya, saat Celine menoleh ke belakang, dia tidak melihat ada Jared yang mengejarnya. Lelaki itu, a
"Hampir saja, kau benar-benar bodoh, Tiff."Jared menatap wanitanya yang kini terbaring di ranjang tanpa busana. Sementara dia sibuk memakai pakaiannya kembali dan membiarkan Tiffany kelelahan setelah apa yang mereka lakukan sebelumnya. Wanita itu menatapnya dengan pandangan tak berdaya seraya menarik selimut dan menutup tubuhnya. Jared tahu kalau ini dia bertindak sedikit kasar, tapi semua itu karena Tiffany sangat bodoh."Maafkan aku, Jared. Aku tadi sangat panik. Tolong jangan marah, aku mencintaimu." Tiffany memeluk erat tubuh Jared dari belakang. Dia meraba punggung telanjang itu. Debaran di dadanya terasa kuat. Dia tidak percaya jika dia mencintai lelaki yang sejak awal hanya memanfaatkan dan menyakitinya. Tiffany bodoh, dia tergila-gila pada lelaki berengsek itu. Bahkan saat Jared tidak memedulikannya sama sekali selain karena lelaki itu tertarik dengan tubuhnya."Berhenti mengucapkan kalimat itu. Yang kita lakukan hanya saling memuaskan.""Aku tah
"Celine, aku tidak tahu. Aku bersumpah aku tidak tahu kalau itu kau. Aku minta maaf."Dominic menatap Celine penuh penyesalan. Dia tidak mau percaya jika wanita yang pernah dia tiduri dulu adalah Celine. Wanita yang kini sangat dia cintai. Bagaimana bisa takdir mempermainkannya seperti ini? Dia mencarinya selama hampir enam tahun, tapi tidak pernah sedikit pun menemukan di mana keberadaan wanita itu. Namun ternyata, wanita yang dia cari ada di sampingnya.Dua kesalahan besar telah dilakukannya. Dominic meniduri Celine hingga hamil dan kini, dia merusak rumah tangga wanita itu juga. Betapa berengseknya dia sebagai seorang lelaki. Dominic merasakan dadanya sakit. Fakta ini lebih menyakitkan dari pada pukulan yang tadi dilakukan oleh Jared terhadapnya. Apalagi saat melihat Celine yang tak acuh padanya. Wanita itu tidak lagi menanggapi perkataannya dan sibuk sendiri."Celine."Tidak ada jawaban. Wanita itu jelas menyimpan dendam padanya. Membuat Dominic menghembuskan
"Jangan sakiti Jared atau aku akan membunuh Celine."Dominic terdiam. Dia menatap Celine yang kini sudah ditodong pistol oleh dua orang lelaki dan ditarik paksa oleh Tiffany. Bagaimana mungkin? Dari mana munculnya dua orang itu? Dominic sudah memperhitungkan kalau di sini hanya ada Tiffany dan Jared. Sial, dia tidak menduga kalau justru lelaki itu menyembunyikan bawahannya dengan baik. Kesempatannya untuk menyelamatkan Celine juga kini menjadi sulit."Tiffany, lepaskan dia. Biarkan dia bebas. Aku berjanji tidak akan menyakiti Jared. Tolong lepaskan Celine. Dia tidak ada hubungannya dengan sakit hatimu padaku," rayu Dominic. Dia ingin mantan tunangannya itu, tidak menyakiti Celine dan membebaskannya."Jangan dengarkan dia, Tiffany. Kau bunuh saja wanita itu," ucap Jared yang seketika membuat Dominic melotot. Dia menekan pisau di leher Jared dengan penuh kekesalan."Kau—""BERHENTI DOMINIC! Aku akan membunuh wanitamu jika kau menyakiti Ja
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu