Celine tersentak kaget. Wajahnya berubah tegang. Matanya ikut melebar melihat seseorang yang kini berjalan mendekat ke arahnya. Bukan Jared, melainkan seorang wanita yang tidak lain adalah Tiffany. Ekspresi kesal terlihat menghiasi wajah wanita itu. Berlawanan dengan apa yang dia lihat kemarin. Tidak ada ekspresi ramah sama sekali di sana. Senyum kecut justru terlihat saat mata mereka bersibobok.
Sungguh di luar dugaan, Celine masih tidak percaya jika Tiffany ternyata terlibat dalam rencana Jared. Benar kata Dominic, wanita itu sama berbahayanya. Untunglah dulu dia tidak terlalu dekat.
"A-aku mau mengambil minum. Aku haus," ucap Celine dengan kalimat terbata. Dia menelan ludahnya gugup, berharap Tiffany tidak akan menyadari apa yang baru saja dia lakukan. Celine beruntung saat yang jatuh adalah gelas. Dia bisa membuat alasan yang masuk akal.
"Astaga! Tidak bisakah kau diam saja? Tahan hausmu! Kau sangat merepotkan, bagaimana mungkin Jared membawamu ke sini? Kau
Celine berlari sambil sesekali menoleh ke arah belakang. Dia mengumpat dan berusaha berlari cepat meninggalkan vila itu. Sial, kenapa dia harus menendang vas dan membuat Jared curiga? Kenapa juga ada Dominic di sana? Pembunuhan itu, jadi Dominic bukan pembunuh? Celine pusing memikirkan semuanya. Dia tidak mengerti pada siapa dia harus percaya.Tidak, ini bukan saatnya dia berpikir, Celine harus membebaskan diri dan mencari bantuan, lalu menolong Dominic yang masih terjebak di sana. Dia tahu sekarang, Jared gila. Lelaki itu memukuli Dominic hingga terluka. Bukan tidak mungkin dia juga akan diperlakukan sama.Napas Celine memburu. Dia terus berlari menuju gerbang yang ada cukup jauh di depannya, sembari memegang perutnya. Celine harap anaknya baik-baik saja. Mereka harus keluar dari tempat ini. Sebuah keberuntungan baginya saat tidak ada satu pun penjaga di sana. Namun anehnya, saat Celine menoleh ke belakang, dia tidak melihat ada Jared yang mengejarnya. Lelaki itu, a
"Hampir saja, kau benar-benar bodoh, Tiff."Jared menatap wanitanya yang kini terbaring di ranjang tanpa busana. Sementara dia sibuk memakai pakaiannya kembali dan membiarkan Tiffany kelelahan setelah apa yang mereka lakukan sebelumnya. Wanita itu menatapnya dengan pandangan tak berdaya seraya menarik selimut dan menutup tubuhnya. Jared tahu kalau ini dia bertindak sedikit kasar, tapi semua itu karena Tiffany sangat bodoh."Maafkan aku, Jared. Aku tadi sangat panik. Tolong jangan marah, aku mencintaimu." Tiffany memeluk erat tubuh Jared dari belakang. Dia meraba punggung telanjang itu. Debaran di dadanya terasa kuat. Dia tidak percaya jika dia mencintai lelaki yang sejak awal hanya memanfaatkan dan menyakitinya. Tiffany bodoh, dia tergila-gila pada lelaki berengsek itu. Bahkan saat Jared tidak memedulikannya sama sekali selain karena lelaki itu tertarik dengan tubuhnya."Berhenti mengucapkan kalimat itu. Yang kita lakukan hanya saling memuaskan.""Aku tah
"Celine, aku tidak tahu. Aku bersumpah aku tidak tahu kalau itu kau. Aku minta maaf."Dominic menatap Celine penuh penyesalan. Dia tidak mau percaya jika wanita yang pernah dia tiduri dulu adalah Celine. Wanita yang kini sangat dia cintai. Bagaimana bisa takdir mempermainkannya seperti ini? Dia mencarinya selama hampir enam tahun, tapi tidak pernah sedikit pun menemukan di mana keberadaan wanita itu. Namun ternyata, wanita yang dia cari ada di sampingnya.Dua kesalahan besar telah dilakukannya. Dominic meniduri Celine hingga hamil dan kini, dia merusak rumah tangga wanita itu juga. Betapa berengseknya dia sebagai seorang lelaki. Dominic merasakan dadanya sakit. Fakta ini lebih menyakitkan dari pada pukulan yang tadi dilakukan oleh Jared terhadapnya. Apalagi saat melihat Celine yang tak acuh padanya. Wanita itu tidak lagi menanggapi perkataannya dan sibuk sendiri."Celine."Tidak ada jawaban. Wanita itu jelas menyimpan dendam padanya. Membuat Dominic menghembuskan
"Jangan sakiti Jared atau aku akan membunuh Celine."Dominic terdiam. Dia menatap Celine yang kini sudah ditodong pistol oleh dua orang lelaki dan ditarik paksa oleh Tiffany. Bagaimana mungkin? Dari mana munculnya dua orang itu? Dominic sudah memperhitungkan kalau di sini hanya ada Tiffany dan Jared. Sial, dia tidak menduga kalau justru lelaki itu menyembunyikan bawahannya dengan baik. Kesempatannya untuk menyelamatkan Celine juga kini menjadi sulit."Tiffany, lepaskan dia. Biarkan dia bebas. Aku berjanji tidak akan menyakiti Jared. Tolong lepaskan Celine. Dia tidak ada hubungannya dengan sakit hatimu padaku," rayu Dominic. Dia ingin mantan tunangannya itu, tidak menyakiti Celine dan membebaskannya."Jangan dengarkan dia, Tiffany. Kau bunuh saja wanita itu," ucap Jared yang seketika membuat Dominic melotot. Dia menekan pisau di leher Jared dengan penuh kekesalan."Kau—""BERHENTI DOMINIC! Aku akan membunuh wanitamu jika kau menyakiti Ja
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu
Pandangan Celine mulai buram oleh air mata. Hatinya hancur saat melihat orang yang dia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan tempat atau waktu yang menjadi pembatas, tapi alam lain. Dia tidak kuasa untuk menahan tangisnya dan jatuh di atas makam itu. Beribu penyesalan atas pengkhianatan yang dia lakukan, kini membuat dadanya terasa amat sangat sakit. Pedang berkarat seolah menembus dan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan kecil. Beberapa orang yang datang untuk mendoakan, mulai pergi perlahan dan meninggalkannya yang kini merasakan kehilangan.Penyesalannya terlambat. Celine tidak bisa meminta maaf pada sosok yang dia sakiti. Orang yang selalu menjaganya selama ini dan melindunginya saat dia jatuh. Rayyan telah menghukumnya dengan penyesalan yang begitu dalam. Lelaki itu pada akhirnya telah pergi membawa separuh hatinya. Celine menyesal, tapi dia terlambat untuk mengungkapkan penyesalannya."Ra-rayyan maafkan aku. A-aku bukan istri yang b-baik untukmu. Maafkan aku,"
Di dalam sebuah padang rumput yang luas, Dominic berdiri kebingungan. Dia tidak tahu di mana dia berada saat ini. Hanya desiran angin yang terdengar. Dia bergeming untuk sejenak. Sampai rasa takut mulai menguasainya. Tidak ada Celine, Arion atau orang tuanya. Tidak ada jalan keluar yang terlihat dan tidak ada seorang pun di sini.Apa dia sudah mati?Pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Membuatnya ketakutan dan tanpa sadar berlari ke depan. Namun sayangnya, dia tidak melihat jalan keluar. Semuanya hanya padang rumput. Dia yang berlari tanpa alas kaki, tentu saja membuat duri-duri melukai kakinya, hingga mengeluarkan darah. Meski hal tersebut sama sekali tidak membuatnya memelankan langkah kakinya.Sayangnya, di sana Dominic seolah berputar-putar dan hanya rasa lelah yang dia dapat. Suara napasnya yang saling memburu terdengar jelas. Sampai akhirnya, Dominic memutuskan untuk berhenti. Dia jatuh terduduk di antara rerumputan itu. Satu persatu, air matanya berjatu
Setelah seminggu lebih berada di dalam rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, akhirnya sekarang Dominic sudah diizinkan untuk pulang, meski itu atas dasar pemaksaan. Dia bisa istirahat di rumah. Sayangnya, seolah baru usai masalah yang dia hadapi, Dominic menerima kabar dari ayahnya yang cukup buruk. Scandal yang menjeratnya enam tahun lalu dan perselingkuhannya terungkap. Beberapa investor ada yang menarik diri dari proyek baru mereka dan saham perusahaan turun drastis. Para pemegang saham pun menuntut diadakan rapat.Dominic tahu pada akhirnya ini akan terjadi. Dia mau tak mau harus mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Mungkin dia akan diturunkan secara tidak hormat atau bahkan dipenjara. Namun untuk yang kedua, dia tidak mendengar adanya tuntutan, Celine tidak menuntutnya. Apa orang tuanya sudah mengantisipasi hal ini?"Kamu tenang saja. Jangan terlalu memikirkan itu. Tugasmu adalah menyembuhkan diri," ucap Daisy seolah tahu apa yang