Dominic menghentikan mobilnya di depan rumah Rayyan. Dia mengantar lelaki itu pulang dengan selamat. Meski kini Rayyan terlihat sangat terpukul oleh kata-katanya. Lelaki itu pasti sangat marah karena mengetahui kenyataan pahit seperti ini. Istri yang dianggap setia, ternyata berselingkuh di belakangnya. Bahkan sampai hamil anak selingkuhannya.
"Pikirkan perkataanku, Rayyan. Celine dan Arion berhak bahagia."Rayyan tak bersua atau melirik Dominic. Tidak pula buru-buru turun. Dia masih tidak percaya dan mengira semua ini hanyalah mimpi buruk. Perselingkuhan dan fakta istrinya hamil anak lelaki lain, itu membuat perasaannya remuk redam. Apalagi permintaan kurang ajar dari Dominic yang tetap memaksa untuk memiliki Celine. Padahal dia adalah suami sahnya.Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kehidupannya benar-benar berubah menjadi menyedihkan. Satu persatu orang yang dia sayangi perg meninggalkannya. Sekarang, Celine juga. Rayyan tidak dapat membayangkan bagaimana dia hidupCeline menggerakkan tubuhnya sambil melenguh. Dia meringis saat merasakan kepalanya berdenyut sakit. Namun seakan belum cukup, Celine merasa dia tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Tangannya yang ingin memegang kepala, tertahan sesuatu dan membuatnya kesulitan. Celine juga merasakan kakinya sulit digerakkan.Aneh.Dia sekuat tenaga berusaha membuka matanya. Hingga akhirnya Celine kini bisa melihat apa yang terjadi dengannya. Tangan dan kakinya kini telah terikat. Di sebuah ranjang besar, dengan tali yang besar mengikat tangannya ke setiap sudut ranjang. Begitu pula yang terjadi dengan kakinya. Sulit baginya menggerakkan tubuh. Gerakannya kian terbatas.Di mana ini? Kenapa dia terikat seperti ini?Matanya seketika menjelajahi setiap sudut ruangan. Celine tidak merasa mengenal kamar ini. Dia sangat asing. Siapa yang membawanya ke sini? Tidak mungkin Dominic. Ah, Celine 'kan harusnya pergi mencari lelaki itu, bukan terjebak dalam ruangan dan terikat sepe
Dominic berjalan mondar-mandir di ruang tengah itu. Tak peduli jika dia membuat kedua orang tuanya mulai kesal. Dia bingung dan tidak bisa menunggu kabar, tanpa melakukan sesuatu. Namun setelah mengunjungi beberapa tempat yang dia kira akan menemukan hasil dan keberadaan Celine, hasilnya justru selalu nihil. Bahkan ketika dia menghubungi Rayyan sekali lagi, lelaki itu juga sedang sibuk mencari Celine yang belum pulang."Son, kau membuat Papa pusing. Bisa kau berhenti dan duduk tenang?"Perkataan Kenneth membuat Dominic sontak berhenti dan menatapnya dengan gusar. "Bagaimana aku bisa tenang, Pa? Celine dan anakku tidak tahu ada di mana. Bagaimana keadaannya atau apakah mereka baik-baik saja? Aku tidak tahu.""Lalu, apa dengan kau berjalan mondar-mandir seperti itu, kau akna menemukannya? Sabarlah sedikit, Son. Papa sudah mengerahkan orang-orang untuk mencarinya.""Ini juga salahmu. Harusnya kamu memberi kabar dan jangan bertindak sendiri. Lihatlah, Celine mu
Dominic melangkah gontai menuju rumah Rayyan. Hari ini, dia memilih untuk tidak bekerja. Pikirannya sangat kacau. Dominic tidak bisa tenang karena Celine belum dia temukan. Jika itu Jared, kenapa lelaki itu belum juga menghubunginya seperti apa yang papanya katakan? Matanya kini mungkin sudah seperti panda, karena semalaman dia menunggu Jared menghubunginya. Meski Dominic tadi sempat menghubungi lelaki itu. Namun sayangnya, tidak ada jawaban. Nomor Jared tidak bisa dihubungi.Tok-tok-tok."Rayyan," panggilnya sembari mengetuk pintu. Dia tidak melihat siapa pun di sana. Bahkan pintu itu tertutup rapat. Tidak juga Dominic melihat ada tetangga yang lewat. Hingga sekali lagi, dia menggedor pintu itu. Namun sayangnya tidak ada jawaban. Ke mana Rayyan pergi?Dominic menghembuskan napas kasar dan akhirnya memilih berbalik masuk ke dalam mobil. Namun sebelum dia benar-benar masuk, dari arah depan terlihat Rayyan berjalan tertatih menghampirinya. Dominic seketika terseny
Sebuah bangunan megah terlihat berdiri kokoh di hadapannya. Dominic tidak langsung masuk ke dalam. Dia mengamati keadaan sekitar yang terlalu sepi. Vila. Pantas saja Dominic tidak bisa langsung menemukan di mana keberadaan Celine. Jared ternyata membawa wanitanya pergi ke sebuah vila yang jauh dari pemukiman.Dominic menatap teliti sekitar. Tidak ada penjaga sama sekali saat dia masuk. Apa Jared memang ada di sini? Tak tahan dengan rasa penasarannya, Dominic berusaha menghubungi lagi nomor yang kemarin menghubunginya. Namun kali ini, panggilan tersebut tidak mendapat balasan. Berkali-kali, nomor itu tetap tidak dapat dihubungi. Hingga akhirnya, Dominic yang kesal segera membuka pintu masuk tanpa basa-basi. Anehnya, pintu itu tidak terkunci."Jared?" panggil Dominic sembari menatap awas sekitar. Vila itu terlihat biasa saja. Seperti vila pada umumnya. Tidak ada yang aneh seperti bayangannya. Akan tetapi, vila itu tampak sepi. Meski semua keanehan itu tidak menyurutkan
Celine tersentak kaget. Wajahnya berubah tegang. Matanya ikut melebar melihat seseorang yang kini berjalan mendekat ke arahnya. Bukan Jared, melainkan seorang wanita yang tidak lain adalah Tiffany. Ekspresi kesal terlihat menghiasi wajah wanita itu. Berlawanan dengan apa yang dia lihat kemarin. Tidak ada ekspresi ramah sama sekali di sana. Senyum kecut justru terlihat saat mata mereka bersibobok.Sungguh di luar dugaan, Celine masih tidak percaya jika Tiffany ternyata terlibat dalam rencana Jared. Benar kata Dominic, wanita itu sama berbahayanya. Untunglah dulu dia tidak terlalu dekat."A-aku mau mengambil minum. Aku haus," ucap Celine dengan kalimat terbata. Dia menelan ludahnya gugup, berharap Tiffany tidak akan menyadari apa yang baru saja dia lakukan. Celine beruntung saat yang jatuh adalah gelas. Dia bisa membuat alasan yang masuk akal."Astaga! Tidak bisakah kau diam saja? Tahan hausmu! Kau sangat merepotkan, bagaimana mungkin Jared membawamu ke sini? Kau
Celine berlari sambil sesekali menoleh ke arah belakang. Dia mengumpat dan berusaha berlari cepat meninggalkan vila itu. Sial, kenapa dia harus menendang vas dan membuat Jared curiga? Kenapa juga ada Dominic di sana? Pembunuhan itu, jadi Dominic bukan pembunuh? Celine pusing memikirkan semuanya. Dia tidak mengerti pada siapa dia harus percaya.Tidak, ini bukan saatnya dia berpikir, Celine harus membebaskan diri dan mencari bantuan, lalu menolong Dominic yang masih terjebak di sana. Dia tahu sekarang, Jared gila. Lelaki itu memukuli Dominic hingga terluka. Bukan tidak mungkin dia juga akan diperlakukan sama.Napas Celine memburu. Dia terus berlari menuju gerbang yang ada cukup jauh di depannya, sembari memegang perutnya. Celine harap anaknya baik-baik saja. Mereka harus keluar dari tempat ini. Sebuah keberuntungan baginya saat tidak ada satu pun penjaga di sana. Namun anehnya, saat Celine menoleh ke belakang, dia tidak melihat ada Jared yang mengejarnya. Lelaki itu, a
"Hampir saja, kau benar-benar bodoh, Tiff."Jared menatap wanitanya yang kini terbaring di ranjang tanpa busana. Sementara dia sibuk memakai pakaiannya kembali dan membiarkan Tiffany kelelahan setelah apa yang mereka lakukan sebelumnya. Wanita itu menatapnya dengan pandangan tak berdaya seraya menarik selimut dan menutup tubuhnya. Jared tahu kalau ini dia bertindak sedikit kasar, tapi semua itu karena Tiffany sangat bodoh."Maafkan aku, Jared. Aku tadi sangat panik. Tolong jangan marah, aku mencintaimu." Tiffany memeluk erat tubuh Jared dari belakang. Dia meraba punggung telanjang itu. Debaran di dadanya terasa kuat. Dia tidak percaya jika dia mencintai lelaki yang sejak awal hanya memanfaatkan dan menyakitinya. Tiffany bodoh, dia tergila-gila pada lelaki berengsek itu. Bahkan saat Jared tidak memedulikannya sama sekali selain karena lelaki itu tertarik dengan tubuhnya."Berhenti mengucapkan kalimat itu. Yang kita lakukan hanya saling memuaskan.""Aku tah
"Celine, aku tidak tahu. Aku bersumpah aku tidak tahu kalau itu kau. Aku minta maaf."Dominic menatap Celine penuh penyesalan. Dia tidak mau percaya jika wanita yang pernah dia tiduri dulu adalah Celine. Wanita yang kini sangat dia cintai. Bagaimana bisa takdir mempermainkannya seperti ini? Dia mencarinya selama hampir enam tahun, tapi tidak pernah sedikit pun menemukan di mana keberadaan wanita itu. Namun ternyata, wanita yang dia cari ada di sampingnya.Dua kesalahan besar telah dilakukannya. Dominic meniduri Celine hingga hamil dan kini, dia merusak rumah tangga wanita itu juga. Betapa berengseknya dia sebagai seorang lelaki. Dominic merasakan dadanya sakit. Fakta ini lebih menyakitkan dari pada pukulan yang tadi dilakukan oleh Jared terhadapnya. Apalagi saat melihat Celine yang tak acuh padanya. Wanita itu tidak lagi menanggapi perkataannya dan sibuk sendiri."Celine."Tidak ada jawaban. Wanita itu jelas menyimpan dendam padanya. Membuat Dominic menghembuskan
Cup.Sebuah kecupan lembut menyentak kesadaran Celine dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suaminya yang kini memeluk erat tubuhnya. Bibirnya mengukir senyum manis ketika Dominic mencuri satu ciuman di sana. Sungguh, Celine tidak percaya dengan kenyataan bahwa kini dia menikah dengan lelaki licik yang menjeratnya.Pernikahan yang melelahkan tadi pagi, membuat Celine akhirnya bisa beristirahat sejenak setelah pesta resepsi dan segala adat istiadatnya. Meski sekarang, dia tentu akan melaksanakan kewajibannya sebagai istri Dominic. Melayani suaminya."Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Dominic sambil meletakkan kepalanya di pundak Celine. Dia meraih tangan istrinya, namun Dominic mengernyit bingung menyadari ada sesuatu yang dipegang oleh Celine. Dia menarik benda itu dan melihatnya. Membuat Celine mau tak mau ikut berbalik. "Apa ini?""Itu—""Rayyan?"Dominic menatap benda yang ternyata adalah foto Rayyan dan Celine dengan Arion. Ke
Celine terdiam menatap pantulan dirinya depan cermin. Dia tengah mencocokkan gaun pernikahannya dengan Dominic. Setelah lebih dari tiga bulan sejak kematian Rayyan dan persiapan pernikahan, dia akhirnya akan segera menyandang status sebagai istri dari Dominic. Lelaki yang dia cintai sekaligus ayah dari anaknya.Pandangan Celine kemudian terpaku pada perutnya yang membesar. Dia mengusap lembut calon anaknya. Gaun pengantin itu sengaja dibuat besar di bagian perut dan tidak terlalu ketat agar dia tidak terlalu sesak karena perutnya yang buncit. Celine harap dia tidak akan menyesal dengan pilihannya. Dia juga berharap Dominic mengubah sikap buruknya. Meski memang, lelaki itu menjadi lebih perhatian padanya. Namun kadang kala, Dominic keras kepala dan masih tidak mau mengalah dalam beberapa hal. Terutama masalah Dominic yang berubah menjadi sangat overprotektif. Baik padanya atau pada Arion. Dia kadang harus memasang ekspresi marah dulu agar Dominic mengalah.Celine
Celine tersenyum menatap anaknya yang tidur nyenyak bersama Dominic. Arion benar-benar tampak sangat akrab dengan lelaki itu. Celine tidak percaya, hubungan Dominic dengan Arion bisa sedekat ini. Haruskah dia menikah dengan Dominic? Tapi Celine belum melupakan Rayyan, suaminya yang meninggal karena menyelamatkannya. Semua itu membuatnya kembali sedih.Air mata tanpa sadar kembali menetes. Celine mengusapnya kasar dan berbalik untuk pergi. Namun saat dia akan menutup pintu, terlihat Dominic yang terbangun. Lelaki itu mengusap matanya dan menoleh. Lalu bangkit dan menghampirinya."Celine?""Maaf, apa aku membangunkanmu?" tanyanya dengan wajah tidak enak ketika Dominic berjalan mendekat. Celine bisa melihat wajah lelaki itu yang tampak mengantuk. Dia merasa bersalah karena mengganggunya."Tidak, maaf aku ketiduran. Aku tidak sengaja." Dominic tersenyum seraya menutup pintu kamar dan membiarkan Arion sendiri."Kenapa minta maaf? Tidurlah kembali, seperti yang ka
Celine menatap kejauhan rumah milik Dominic. Dia merasa gelisah dan tidak tenang. Celine penasaran, tapi dia ragu untuk mendekat. Ada banyak rasa takut yang menguasainya. Setelah satu minggu lalu berbincang ringan dengan mantan managernya, Celine memutuskan untuk melihat keadaan Dominic dari jauh. Sayangnya, dari jarak seperti ini, dia tidak menemukan siapa pun dan tidak tahu keadaan Dominic.Haruskah dia melangkah lebih dekat?Tidak, Celine merasa bersalah. Dia payah. Dia sudah berjanji untuk pergi dan tidak berhubungan lagi dengan Dominic. Lelaki itu juga pasti sudah membaca surat yang dia titipkan pada Marta. Bagaimana mungkin dia membatalkan niatnya dan menjilat ludahnya sendiri? Jangan konyol! Dia tidak boleh kembali kembali pada Dominic.Kepalanya terus berusaha menahannya dan memintanya untuk berbalik pergi meninggalkan rumah yang ada di seberang jalan. Namun hatinya menyuruhnya tetap melangkah. Pergi menemui Dominic dan memastikan keadaannya. Kepalanya terasa
Dominic keluar dari ruang meeting dengan dibantu Jerry. Dia akhirnya harus turun dari posisinya sebagai CEO dan menerima surat pengunduran diri dari Celine. Dominic bisa menerima dia diturunkan, tapi dia tidak bisa menerima saat mengetahui fakta bahwa Celine pergi darinya. Wanita itu meninggalkan rumah lama dan entah pergi ke mana. Itu membuat hatinya kacau. Dominic merasakan sakit di dadanya. Dia ingin mencari keberadaan Celine dan mendapatkan wanita itu kembali. Dominic sudah berjanji pada Rayyan dan dirinya yang akan menjaga mereka. "Jerry, apa Celine sudah ditemukan?" "Belum, Tuan. Kami masih mencarinya," ucap Jerry sambil membawa turun Dominic menuju mobil di area basement. "Apa tidak ada yang tahu, dia pergi ke mana?" "Tidak, tapi saya diberikan sebuah surat dari seorang wanita tua bernama Marta. Beliau bilang, itu dari Nyonya Celine untuk Anda." Jerry membantu Dominic masuk ke dalam mobil dengan susah payah. Hingga kemudian dia segera berjalan kembali menuju kemudinya. Sebel
Setelah seminggu lebih berada di dalam rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, akhirnya sekarang Dominic sudah diizinkan untuk pulang, meski itu atas dasar pemaksaan. Dia bisa istirahat di rumah. Sayangnya, seolah baru usai masalah yang dia hadapi, Dominic menerima kabar dari ayahnya yang cukup buruk. Scandal yang menjeratnya enam tahun lalu dan perselingkuhannya terungkap. Beberapa investor ada yang menarik diri dari proyek baru mereka dan saham perusahaan turun drastis. Para pemegang saham pun menuntut diadakan rapat.Dominic tahu pada akhirnya ini akan terjadi. Dia mau tak mau harus mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Mungkin dia akan diturunkan secara tidak hormat atau bahkan dipenjara. Namun untuk yang kedua, dia tidak mendengar adanya tuntutan, Celine tidak menuntutnya. Apa orang tuanya sudah mengantisipasi hal ini?"Kamu tenang saja. Jangan terlalu memikirkan itu. Tugasmu adalah menyembuhkan diri," ucap Daisy seolah tahu apa yang
Di dalam sebuah padang rumput yang luas, Dominic berdiri kebingungan. Dia tidak tahu di mana dia berada saat ini. Hanya desiran angin yang terdengar. Dia bergeming untuk sejenak. Sampai rasa takut mulai menguasainya. Tidak ada Celine, Arion atau orang tuanya. Tidak ada jalan keluar yang terlihat dan tidak ada seorang pun di sini.Apa dia sudah mati?Pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Membuatnya ketakutan dan tanpa sadar berlari ke depan. Namun sayangnya, dia tidak melihat jalan keluar. Semuanya hanya padang rumput. Dia yang berlari tanpa alas kaki, tentu saja membuat duri-duri melukai kakinya, hingga mengeluarkan darah. Meski hal tersebut sama sekali tidak membuatnya memelankan langkah kakinya.Sayangnya, di sana Dominic seolah berputar-putar dan hanya rasa lelah yang dia dapat. Suara napasnya yang saling memburu terdengar jelas. Sampai akhirnya, Dominic memutuskan untuk berhenti. Dia jatuh terduduk di antara rerumputan itu. Satu persatu, air matanya berjatu
Pandangan Celine mulai buram oleh air mata. Hatinya hancur saat melihat orang yang dia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan tempat atau waktu yang menjadi pembatas, tapi alam lain. Dia tidak kuasa untuk menahan tangisnya dan jatuh di atas makam itu. Beribu penyesalan atas pengkhianatan yang dia lakukan, kini membuat dadanya terasa amat sangat sakit. Pedang berkarat seolah menembus dan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan kecil. Beberapa orang yang datang untuk mendoakan, mulai pergi perlahan dan meninggalkannya yang kini merasakan kehilangan.Penyesalannya terlambat. Celine tidak bisa meminta maaf pada sosok yang dia sakiti. Orang yang selalu menjaganya selama ini dan melindunginya saat dia jatuh. Rayyan telah menghukumnya dengan penyesalan yang begitu dalam. Lelaki itu pada akhirnya telah pergi membawa separuh hatinya. Celine menyesal, tapi dia terlambat untuk mengungkapkan penyesalannya."Ra-rayyan maafkan aku. A-aku bukan istri yang b-baik untukmu. Maafkan aku,"
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu