Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Langit / Bab 46. Perlakuan

Share

Bab 46. Perlakuan

Author: Elangayu
last update Last Updated: 2021-08-20 16:09:33

Selamat membaca, jangan lupa follow IG @elangayu22

            Mata bulat itu bergerak-gerak, lalu terbuka perlahan.

            “Bumi.”

            Bumi melirik, memejamkan mata kembali. Kemudian membuka lagi pelan, mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan diri. Pandangannya menyeluruh ruangan. Dimana dirinya berada?

            “Syukurlah kau sadar, kau baik aja?”

            Bumi menoleh, menatap heran. Raga menatap penuh khawatir di sampingnya, ia duduk di kursi samping tempat tidur.

            “Ga? Kenapa kau di sini? Aku....” Bumi mencoba mengingat kej

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 47. Kita Lanjutkan, Bumi?

    Bumi masih tertidur di pangkuan Langit dengan tenang, entah untuk berapa lama. Lelaki tampan itu tadi memindah Bumi yang bersandar di bahunya untuk berpindah ke pangkuan setelah gadis madu itu terlelap pulas. Dengan punggung bersandar di sofa, Langit ikut terlelap beberapa saat.Saat terbangun, ditatapnya wajah ayu di pangkuan. Diusapnya pipi lembut gadis itu. Sentuhan dahsyat yang meremangkan gai*** Langit. Anakan rambut yang berantakan di wajah Bumi disingkapnya ke pinggir. Makin jelaslah wajah ayu itu terpampang di sana.Semakin ke bawah, ditelusurinya setiap inci tubuh Bumi. Leher jenjang eksotis, belahan dada tanpa sengaja terlihat begitu menggoda netranya. Cardigan yang berantakan dengan daster bagian atas hanya terbuat dari karet. Bagian dalamnya tercetak sempurna dilihat dari luar. Pemandangan indah itu mampu menimbulkan gelenyar aneh memabukkan.Pucuk gunung kembar muncul begitu saja di otak Langit. Belum lagi warna kecoklatannya mampu menimbulkan hasra

    Last Updated : 2021-08-21
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 48. Sepersekian Detik Saja

    Selamat membaca, jangan lupa follow instagram @elangayu22, @wahyuwidya22“Bumi,” suara lirih Langit semakin mendesakkan hasrat yang selama ini selalu dijaganya dengan baik. Kewarasan kenapa selalu lenyap di saat genting seperti ini? Ia kembali ke bibir ranum gadis madu dalam pangkuan. Menyesapnya sangat dalam. “Mas...,” mata Bumi terbuka, melihat Langit yang reflek menghentikan ciuman. Nafas keduanya masih memburu, sama-sama menginginkan hal itu berlanjut hingga tuntas. “Kita nikmati Bumi...,” sahut Langit kembali ingin menyecap bibir di hadapannya, tapi wajah gadis ayu itu dimundurkan. Langit menarik tengkuknya, akhirnya hanya ciuman sesaat. “Sepersekian detik saja, Bumi.”&nbs

    Last Updated : 2021-08-23
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 49. Lagi-Lagi Candu

    “Kena kau, Bumi,” gumam Langit sendiri.Dalam ruang tengah, Langit tersenyum miring melihat chatnya hanya terbaca saja oleh Bumi. Rencana yang sudah diangankan beberapa waktu yang lalu, akhirnya terlaksana juga. Ia tak mau didahului Raga. Tidak boleh! Langit kembali tekun menatap layar laptop.Drrttt drrttt...“Halo,” sambar Langit tanpa melihat layar ponsel.“....”“Apa?” mata Langit melotot menatap layar ponsel, lalu mematikannya tergesa. Dikiranya Bumi, kenapa malah Dara yang meneleponnya? Akhir-akhir ini Dara memang jarang menghubungi, paling hanya chat melalui WA. Itupun tak pernah digubris Langit.Drrrttt drrrttt...Suara posel terus berbunyi, Langit mengabaikannya. Ia sedang tak mau diganggu siapapun, kecuali Bumi. Lelaki tampan itu selalu berharap gadis eksotis itulah yang menghubunginya. Seperti tadi ketika Bumi kaget dengan motor baru yang dikirimkannya.Itu

    Last Updated : 2021-08-24
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 50. Kecupan Raga

    “Tak bisakah kita menikmatinya hingga selesai, Bumi?” tanya Langit di sela desah nafas yang memburu. Bumi tetap memejamkan mata, ia tak sanggup untuk berkata apapun jika tangan Langit sudah bergerilya. “Mas... ahhh.” Kali ini, Langit yang menghentikan aktivitas, menetap Bumi dengan tatapan sepenuhnya. Penghentian itu membuka netra Bumi yang berkabut. “Kau menginginkanku?” Tanya Langit terus menatap tanpa jeda sedikitpun. Tak ada jawaban, tapi Bumi merenggangkan pelukan Langit. “Komitmen selalu menjadi alasanmu, Bumi.”Keduanya kini sama-sama saling pandang.“Mau di sini terus?” tanya Bumi mengalihkan pembicaraan.

    Last Updated : 2021-08-25
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 51. Kekecewaan

    Semakin tak mampu menahan diri, Langit tak berhenti bergerilya. Desahan demi desahan terdengar. Buket bunga mawar merah perlahan luruh dari pegangan gadis eksotis itu. “Kamu milikku, Bumi, tak akan kubiarkan orang lain menyentuhmu,” kata Langit tepat di telinga Bumi. Nafas yang makin memburu, malam yang kian beranjak, menempatkan kedua orang itu dalam suasana tak mudah untuk dihempaskan begitu saja. Menghentikan cumbuan, Langit memandang penuh kabut gadis semampai itu, mengelus punggungnya perlahan. “Aku nggak suka Raga sering ke sini, Bumi, kau masih mengharapkannya?” Wajah gadis manis itu menengadah,

    Last Updated : 2021-08-27
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 52. Hati yang Patah

    Bunyi bel garasi berbunyi kembali, kenapa ia tadi tidak mendengar suara mobil? Bumi menggerutu sendiri. Bukannya cepat membukanya, gadis manis itu menghela nafas berat hingga bel berbunyi kembali. Ia melangkah ke pintu belakang, menuju garasi dan membuka pintu. “Pagi Bumi,” sapaan ramah Raga mau tak mau menciptakan senyum di bibir mungil gadis ayu itu. “Pagi, Ga, tumben?” tanya Bumi datar. “Pingin main aja,” sahut Raga. “Udah sarapan belum? Aku beliin bubur ayam.” Mata gadis semampai itu membola. Pagi-pagi ke sini bawain bubur ayam? Rumah Raga jauh lo! “Oh....”

    Last Updated : 2021-08-29
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 53. Tak Tahan Lagi

    Mengerjapkan mata, lelaki tampan itu mulutnya terbuka beberapa saat. “Mas,” kata Bumi lirih, mendekat ke ranjang. “Bumi... kok... k... kamu di sini?” tanya Langit tergagap. Tak terpikirkan sama sekali olehnya kalau Bumi ada di rumahnya sekarang ini. Di samping tempat tidurnya. “I... iya,” jawab Bumi kikuk. “Masih pusing?” Setelah dapat menguasai diri, Langit menarik selimut dan membetulkan letak bantal. Pelipisnya mendadak berdenyut. Tadi memang suara motor Bumi, tapi ia tak berharap Bumi akan menemuinya di sini. Lantas, kenapa Bumi tak memakai motor baru pemberiannya? &ld

    Last Updated : 2021-08-30
  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 54. Terluka

    Oh, adakah yang tahan dengan semua kenikmatan ini? Bumi melingkarkan tangan di leher Langit, ia menikmati semuanya. Tok tok tok. Seolah tak mendengar apapun, gerakan Langit makin panas menyentuh tiap inci tubuh gadis eksotis dalam kungkungannya. Bibirnya tertahan di bibir mungil Bumi, ia menyesap apapun yang ada di bibir gadis manis itu. Sesekali ia lepaskan, hingga Bumi dapat menghirup oksigen. Dan sebelum tuntas sekali, Langit menyambarnya dengan cepat. Tok tok tok. Kali ini Bumi menahan tangan Langit yang menyentuh bahu. “Mas, ada yang ketuk pintu,” kata Bumi menghindari kecupan Langit. 

    Last Updated : 2021-08-31

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 63. Langit VS Bumi

    “Lagi hmmm?” tanya Langit dengan suaranya yang masih parau di telinga Bumi. “Mau?” tanya Bumi menggoda dan melirik Langit yang memeluk tubuh polosnya erat. Tanpa banyak kata, Langit mengecup bibir eksotis itu dalam-dalam lalu melepasnya sekejap. “Nggak capek?” Bumi terdiam, meraba lembut bibir Langit dan memandangnya penuh kasih. “Hmmm, aku lapar,” sahut Bumi tak menjawab pertanyaan Langit. Mendengarnya, Langit terkekeh, lalu mengecup kening Bumi dan keluar dari selimut yang menyelubungi mereka berdua.

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 62. Candu yang Tak Dapat Ditolak

    “Mas,” pekik Bumi kaget mendadak diangkat Langit. Langit terkekeh, lalu menempelkan hidung bangirnya ke hidung Bumi dengan sedikit menunduk. Digerakkannya perlahan dan cewek eksotis tersebut kegelian, ia mengelakkan wajahnya agak ke belakang. “Nggak berat?” tanya Bumi mengeratkan rangkulannya ke leher lelaki di hadapannya. “Berat? Segini aja?” “Segini kata Mas Langit?” sahut Bumi melotot. “Haha,” Langit terbahak. Cepat, dibawanya gadis itu masuk ke dalam, melewati dapur, dan menuju ruang tengah. Masih menggendong Bumi, Langit duduk di sofa. Sekarang, Bumi berad

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 61. Ketahuan Lagi

    “Apa yang kau lakukan?” tanya lelaki itu masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di depannya, terlihat Dara masih dengan baju tak karuan di atas pangkuan Langit. Roknya tersingkap ke atas, asetnya masih terlihat jelas dengan warna merah hati di bagian dalam. Mulut Dara melongo, ia sama sekali tak menduga lelaki itu akan ke sini, ke tempatnya Langit. Secepat kilat, Langit melepaskan diri dari lengan Dara, ia berdiri sehingga mau tidak mau Dara turun dari pangkuan. Dara membetulkan letak roknya, kemudian kemeja yang sudah hampir memperlihatkan gunung kembar itu secara keseluruhan. Mata Langit menatap Dara tak habis pikir, lalu ke lelaki yang masih berdiri mematung. Ia menahan kemarahannya, tapi lebih dari itu, melihat ke Langit tak percaya. Begitu juga dengan Langit, menatap lelaki di hadapannya masih tak percaya.

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 60. Sang Penggoda

    Bab 60Sang Penggoda “Mas...,” desahan demi desahan keluar dari bibir mungil gadis manis itu. Tanpa disadari, ia menekan kepala Langit yang tengah mencium lembut aset yang dicandui Langit itu. Tangan Langit mulai bergerilya, wajahnya mendongak menatap mata Bumi yang penuh kabut. Dilepaskannya kancing kemeja teratas, lalu kancing kedua. Dari situ saja, sudah terlihat aset memikat yang masih tertutup b** warna merah. Tangan Langit menekan ujungnya, menatap lembut mata Bumi yang terpejam. “Aku ingin memilikimu, Bumi, seutuhnya,” desis Langit lirih, sangat lirih. Namun, Bumi mampu mendengarnya, membuka mata, dan menggigit bibir bawahnya pelan. Pemandangan yang mampu meluluhkan kewarasan Lang

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 59. Mulai Terbongkar

    Pagi masih berkabut, Langit dan Bumi berjalan di jalan setapak dengan kanan dan kiri tumbuhan pinus menjulang. Terkadang, mereka melewati kebun mawar yang makin ke atas makin menipis dan tersisa hanya pinus dengan aroma khasnya. “Nah, itu tempatnya, Mas,” seru Bumi kegirangan melihat ke sebelah kiri. Ada tempat landai dengan bagian atas tanaman pinus. Tapi di depannya terlihat seperti jurang menganga. Langit hanya tersenyum, ia ikuti arah jalan Bumi yang tak sabar sampai di tempat tersebut. Ada batu besar di sana, Bumi segera duduk dan merenggangkan kedua tangan ke atas. “Huh, capeknya,” serunya dengan memutar pandangan ke seluruh area berhawa sejuk itu. Belakangnya pinus rimbun menghijau dan depannya jurang, sejauh mata memandang terlihat r

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 58. Sebuah Rahasia

    “Mati lampu,” bisik Bumi. Byar! Langit menyalakan senter ponsel bersamaa hujan deras mengguyur bumi. “Ada lampu emergency?” tanya Langit menyapu seluruh ruangan. Hanya gelengan kepala dari Bumi. “Aku jarang ke sini.” “Lha ini ke sini.” “Hmmm....” Meskipun senter Langit membantu penerangan, tetap saja kurang maksimal. Beranjak dari sofa, Bumi menuju ke dalam.&nb

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 57. Terulang Lagi

    Tok tok tok... “Bumi, aku...” Tok tok tok. “Ga, ma... maaf,” kata Bumi menarik tubuh dari pelukan Raga. Mundur ke belakang, menyisakan tatapan Raga yang masih tetap penuh kabut. “Bumi, aku masih menginginkanmu,” ujar Raga mengabaikan kalimat yang keluar dari mulut Bumi. Tok rok tok. “Bentar Ga, ada yang ketuk pintu,” kata Bumi lagi lalu meminggirkan tubuhnya dari hadapan Raga yang terus menatapnya intens. Ia membungkukkan badan, menyambar kemeja dan memakainya dengan tergesa tanpa mengancingkan kanci

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 56. Cumbuan Panas Masa Lalu

    Menghela nafas dalam-dalam, Bumi memandang ke depan. Tak boleh terpengaruh Dara, tak boleh! “Minggir Dara, aku mau pergi.” “Aku nggak akan pergi sebelum kau janji tak akan mengganggu Langit!” Mengedikkan bahu, Bumi tersenyum tipis. “Maumu apa?” “Mauku, aku nggak mau lihat kamu ganggu Langit,” ucap Dara dengan tekanan penuh, telunjuknya menunjuk wajah Bumi dengan pongah. “Ganggu? Nggak salah denger aku?” Tanya Bumi melirik Dara yang masih berada di samping mobilnya.&nbs

  • Jerat Cinta Sang Langit   Bab 55. Dia Milikku

    Dara melengos.“Aku nggak ada urusan sama kamu!” katanya sombong.Mendengar jawaban Dara yang tak mengenakkan hati, muka Adit berubah.“Eh apa kau bilang?”“Aku nggak ada urusan sama kamu!” seru Dara dengan tangan bertolak pinggang.Mengabaikan kata-kata Dara, Adit bergegas melewati dengan sengaja menyenggol bahunya. Kelakuan yang membuat Dara naik pitam.“Apaan, sih?”“Nggak apa-apa, aku cuma ngak mau Bos tambah sakit dengan kedatanganmu!”“Huh, siapa bilang?”“Aku!”Dara menatap Adit dengan mata membola.“Denger, ya, bilang ke bosmu, aku akan mendapatkannya!” kata Dara bernada serius. Tanpa menunggu jawaban Adit, Dara menghentakkan kaki untuk menunjukkan kemarahannya lalu berjalan cepat. Melewati ruang tengah, ruang tamu dan keluar rumah.Melihat itu, Adit hanya menggelengkan kepala beberapa kali.

DMCA.com Protection Status