Dara hanya mengangguk, tapi tidak menjelaskan dengan detail siapa wanita yang mereka temui saat ini. Toh mereka mungkin hanya sekali bertemu dan tidak akan bertemu lagi dengannya dikemudian hari. “Kenal tapi tidak akrab,” ucap Dara. “Tapi dia menghina Tante,” balas Brian. “Biarkan saja, kalau kita membalas kejahatan apa bedanya kita dengan dia,” ucap Dara. Setelah selesai berbelanja mereka langsung membayar belanjaan lalu pulang ke rumah. Seperti biasa Dara langsung ke dapur dan memasak spageti yang tadi dibeli dari minimarkert setelah jalan-jalan ke taman bersama Brian. Anak kecil itu sedang menonton kartun kesukaannya di ruang tengah. Lalu Nyonya Handoko mengahmpiri Dara yang sedang di dapur.***"Kamu benar-benar hebat, bisa membujuk anak itu," puji Nyonya Handoko."Mungkin hanya kebetulan saat aku datang hatinya sudah melunak," ucap Dara sambil mengaduk saus spageti."Dia nyaman berada di dekatmu," balas Nyonya Handoko sambil tersenyum.Dara hanya tertawa kecil menyiapkan spa
Dara menggelengkan kepalanya, tidak ada yang ketinggalan barang miliknya di dalam mobil Bima. Yang akan Dara bahas adalah tentang Brian.“Bisakah kamu hadir di acara sekolah Brian besok sekitar pukul sepuluh pagi?” tanya Dara.“Aku akan usahakan,” jawab Bima.“Terima kasih, tolong berikan dia ingatan yang indah dimasa kecilnya,” balas Dara.Bima mengangguk, Dara benar juga. Walau orang tua Brian tidak utuh, seharusnya Brian mendapatkan kenangan masa kecil yang indah dari Bima sebagai ayah kandungnya.“Aku akan mengusahakannya, tolong ingatkan aku,” pinta Bima.“Siap, selamat malam,” balas Dara.Dara melambaikan tangan ke arah Bima yang sudah melajukan lagi mobilnya. Bima sangat senang mendapatkan teguran tentang anaknya dari Dara. Kenapa tidak dari dulu mereka bertemu lagi, kenapa harus sekarang saat semuanya telah berbeda. Bima tidak akan menyia-nyiakan Dara yang telah hadir kembali di hidupnya.“Dara kali ini aku tidak akan melepaskanmu,” gumam Bima sambil menyetir mobilnya. Dia jug
“Tidak penting siapa suamimu, yang penting di sini adalah sopan sama orang tua!” gertak Nyonya Handoko.Siapa sebenarnya wanita menyebalkan ini, membuat Nyonya Handoko dan Brian geram melihatnya. Brian tampak tidak menyuakainya dia menatap penuh kebencian terhadap wanita itu.“Tante, apa perlu ayah bertindak?” tanya Brian.“Anak kecil sepertimu berani saja mengancamku, katakan pada ayahmu aku tidak takut,” balas Wanita itu.“Dara siapa sih dia?” ucap Nyonya Handoko sewot.Wanita itu tertawa geli, dia menertawakan Nyonya Handoko karena tidak tahu siapa dia. Dia bahkan seolah merendahkan mereka semua. Seakan hanya dia yang kaya di sekolah ini, bahkan dia bersikap arogan.“Dia adalah kakak sepupuku, juga teman Irma,” jawab Dara.“Kakak sepupu macam apa dia itu,” ledek Nyonya Handoko.“Dara, kamu kalau jatuh miskin, kerja juga harus lihat-lihat, rendahan sekali menjadi baby sitter di keluarga kaya tanggung,” ledek wanita itu.“Lasmi, jaga mulutmu. Bahkan suamimu bukan tandingan keluarga i
Tali bakiak yang digunakan oleh Brian dan Dara putus. Padahal tali bakiak itu sangat tebal kenapa bisa putus saat digunakan oleh mereka berdua. Semakin kuat mereka berjalan semakin rusak tali bakiak itu dan akhirnya mereka hampir terjatuh, Dara berhasil meraih Brian agar tak jatuh dan satu tangan lagi memegang tanah."Syukurlah kamu tidak apa-apa, Brian," ucap Dara."Tante, apa kita kalah?" tanya Brian."Belum, ayo kita berdiri la-," belum sempat melanjutkan bicaranya Dara terjatuh dengan posisi tangan tertindih."Ya, ampun Dara. Brian," teriak Nyonya Handoko.Lasmi dan Lukas menambah penderitaan mereka dengan sengaja menendang satu tangan Dara sehingga mereka benar-benar jatuh ke tanah. "Aahhh," teriak Dara yang tersungkur ke tanah rumput itu.Dia merasakan sakit yang amat sangat pada tangannya. Melihat Dara meringis kesakitan Lasmi tersenyum senang. Jaman dulu dia tidak bisa menyentuh Dara. Tapi kali ini posisi dia jauh di atas Dara sehingga dia merasa menang melawan Dara."Panggil
Lasmi masih tidak percaya kalau Dara bekerja pasa Bima. Dia mendekat ke Dara mencengkram kedua pundaknya dengan emosi."Katakan, kamu bekerja pada siapa?" tanya Lasmi."Jangan diam saja. Cepat katakan siapa majikanmu!" lanjut Lasmi."Auuu Sakit," rintih Dara merasakan sakit pada tangannya. Cengkraman Lasmi terlalu kuat karena emosi."Jangan pura-pura, dasar jalang," ucap Lasmi.Bima yang tak suka dengan itu mendadak mendidih darahnya. Dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan Lasmi hingga dia memukul tangannya lalu mendorongnya jauh dari Dara."Apa yang kamu lakukan terhadap calon istriku!" seru Bima."A-pa?" teriak Lasmi."Kepala sekolah apa telingaku tidak salah dengar?" ucapnya kemudian."Ti-dak, aku mendengarnya dengan sangat jelas kalau wanita ini adalah calon istri Pak Bima," ucap Kepala sekolah terbata.Nyonya Handoko yang sejak tadi tak suka dengan Lasmi langsung melayangkan tamparan padanya. Berani sekali sejak awal dia menyakiti calon menantunya."Bima, dia selalu mengunggu
"Kamu pikir, nyawa calon menantuku bisa diganti dengan sejumlah uang?" bentak Tuan Handoko.Dia meradang karena anak dari pesaing bisnisnya itu menggunakan uang untuk bernegosiasi dengannya. Apa dia lupa kalau Pak Handoko sendiri tak kekurangan uang. "Ta-pi bagaimana saya bisa mendapatkan maaf dari Pak Handoko?" tanya Pria itu."Kita bicara saja dipengadilan. Aku akan mengirim surat itu pada alamat istri sahmu dan juga keluarga besarmu. Biar mereka semua tahu kalau kamu memelihara wanita tak berpendidikan di belakang keluargamu!" ucap Pak Handoko penuh emosi.Lasmi sangat terpukul dengan insiden ini, dia sama sekali tak menduga akan hal ini. Yanh dia pikirkan saat ini adalah bagaimana kalau suaminya akan meninggalkan dia atas desakan keluarga besarnya. "Ini tidak boleh terjadi, aku melahirkan anakmu jadi kamu tidak bisa meninggalkan aku begitu saja," ucap Lasmi."Diam, ini semua salahmu. Kalau perusahaanku sampai bangkrut kamu harus bertanggung jawab!" jawab suami Lasmi.Lasmi berge
Dara masih menangis sesenggukan, sudah lama dia tidak merasakan ada yang memperhatikannya saat sakit seperti ini. Saat dia terpuruk hanya Bima dan keluarganya yang mau menerimanya seperti keluarga.“Terima kasih, sudah mau menampung saya,” ucap Dara.“Jadi kamu menangis bukan karena tanganmu sakit?” tanya Bima.“Bukan, aku terharu karena kalian semua menerimaku sebagai keluarga,” jawab Dara.Dara merasa tidak punya keluarga ataupun teman saat ayahnya mengumumkan kebangkrutan kala itu. Bahkan sepupunya, Lasmi. Tega melakukan fitnah padanya, tidak hanya omongan yang menyakiti hatinya tapi juga hal yang mencelakai tubuhnya.“Dara, ingatlah. Kami semua adalah keluargamu sekarang,” ucap Nyonya Handoko.“Kami yang akan melindungi dan merawatmu sekarang,” balas Bima.“Tante, aku akan melindungi Tante jika ada orang yang jahat pada Tante,” imbuh Brian.Dara mengusap air matanya lalu tersenyum pada mereka semua, hatinya lega telah menemukan keluarga yang mau menerima apa adanya.“Terima kasih,
Bima menjadi salah tingkah lagi, kenapa harus Dara. Jadi yang dimaksud ayahnya adalah Dara."Ayah bisa aja," ucap Bima yang wajahnya memerah."Kalau begitu kamu harus berusaha," balas Pak Handoko."Ayah merestuinya? Jadi ayah tidak akan mencarikan aku jodoh lagi 'kan?" tanya Bima."Ayah hanya ingin bilang. Jangan tunjukan kelemahanmu terlalu jelas," jawab Pak Handoko.Sejatinya kalau Bima terlalu mencolok memperhatikan Dara. Selalu menolong Dara kalau tertimpa masalah. Semua musuhnya akan tahu kelemahannya dimana. Jadi mereka akan mengincar Dara untuk melawan, menghancurkan Bima."Aku paham, ayah," ucap Bima lalu terlihat wajahnya menjadi sendu."Jangan sampai kelemahanmu diketahui oleh lawan. Itu saja pesan ayah," balas Pak Handoko.Tak lama kemudian Nyonya Handoko keluar dari kamarnya. Dia ikut nimbrung dengan suami dan anaknya."Wah sepertinya obrolannya seru sekali," ucap Nyonya Handoko lalu memberikan kopi pada suaminya."Terima kasih istriku, aku hanya menasehati anak kita saja.