Tamu yang datang adalah kedua orang tua Dara, yakni Tuan dan Nyonya Subroto. Brian menyambung hangat mereka, anak itu terlihat sangat senang dengan kedua orang tua Dara. Sama seperti Dara mereka juga tulus menyayangi Brian. “Maaf datang tidak mengabari,” ucap Tuan Subroto. “Tidak apa-apa, ayo kita sarapan dulu,” ajak Dara. “Pagi ini ibu tidak masak, yang memasak bibi pelayan,” ucap Brian. “Memangnya ibu mu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto. “Masakan ibuku enak, loh. Bisa lah,” jawab Brian. Dara tersipu malu, padahal dulu kalau disuruh memasak dia tidak mau. Saat perusahaan diumumkan bangkrut Dara mau tidak mau harus berusaha memasak sendiri makanannya. Sampai di ruang makan, keluarga itu sarapan bersama. Mereka juga memperhatikan Brian yang memang butuh kasih sayang keluarga yang utuh. Kedua orang tua Dara menyayangi Brian dengan tulus layaknya cucu kandung. *** “Makan yang banyak, kamu butuh asupan gizi yang banyak,” ucap Tuan Subroto. “Terima kasih, Kakek,” jawab Brian.
Dara terkejut dengan pernyatan ayahnya yang tidak benar-benar bangkrut. Sedangkan Irma masih lemas tak berdaya, menyaksikan kenyataan sebenarnya keluarga Dara tidak bangkrut, lebih menyedihkan lagi ternyata mereka hanya ingin membongkar perselingkuhan Irma dan Rizal. “Benar, perusahaan ayah tidak benar-benar bangkrut,” ucap Tuan Subroto. “Semua ini kami lakukan agar kamu percaya kalau Rizal dan Irma sedang merencanakan sesuatu yang jahat dibelakangmu,” imbuh nyonya Subroto. “Kalau ayah memberitahumu dengan ucapan semata, pasti kamu tidak akan percaya,” balas Tuan Subroto. Selama ini Rizal dan Irma merencanakan kejahatan, Rizal dan Irma bersekongkol menikahi Dara yang kaya raya dan nanti akan mengeruk semua hartanya untuk selingkuhan Rizal bernama Irma. Plak! Dara menampar Irma dengan kencang, wanita seperti Irma ini sungguh tidak tahu berterima kasih sama sekali. Sudah ditolong tapi malah menggigit orang yang menolongnya. “Dasar wanita jalang,” bentak Dara kesal. “Jangan kotori
Berita tentang Sela yang membuat video kesedihannya karena tidak bisa merayakan ulang tahun anaknya ke enam tahun. Sebagai seorang ibu dia berhak untuk merayakan ulang tahun anaknya.“Pihak sana itu belum pernah mempunyai anak, jadi tidak tahu rasanya seorang ibu yang kehilangan anak,” ucap Sela di video yang sedang ramai.Banyak yang menghujatnya tapi banyak pula yang memberikan respon dukungan pada Sela. Bima mematikan ponselnya dan tertawa sinis lalu memulai sarapan lagi.“Anyepin saja,” ucap Bima.“Apa kamu tidak akan mengijinkan dia bertemu dengan Brian?” tanya Dara.“Tergantung anaknya mau atau tidak,” jawab Bima.Dara hanya diam saja, memang betul semua itu tergantung Brian mau bertemu dengan ibu kandungnya atau tidak. Pihak Bima sudah memberikan kesempatan untuk bertemu, tapi dari pihak Sela kala itu memberikan luka yang cukup dalam pada Brian. Jadi mungkin Bima tidak akan memberikan ijin Sela jika ingin bertemu dengan anaknya.***“Dia bikin ulah apalagi sih,” ucap Brian.“Di
Romi terdiam sejenak, pikirannya melayang ke dua orang yang pernah singgah di hidup Bima dan yang saat ini sedang berada di kehidupan Bima."Bisa tulus bisa tidak, kita tidak tahu hati manusia jadi ya, lebih baik berhati-hati," ucap Romi."Aku setuju padamu. Dia pernah jahat dan selalu jahat jadi lebih baik waspada terhadap sekitar," balas Bima."Saudara saja kadang ada yang menusuk dari belakang apalagi orang lain," ucap Romi.Bima mengangguk saat ini yang perlu ia lakukan adalah waspada. Jangan sampai lengah saat berhadapan dengan musuh. Melindungi diri dan mencari aman adalah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan."Aku harus segera pulang," ucap Bima."Buru-buru sekali," balas Romi."Aku tak akan membiarkan orang lain menyakiti anak dan calon istriku," jawab Bima."Cinta memang membuat orang buta dan berubah kepribadiannya," gumam Romi.Bima tak mempedulikan itu, ini memang masih jam makan siang. Bima bisa beralasan untuk ingin makan masakan Dara sehingga memisahkan Sela dan Dara
Irma mengepalkan tangannya kesal. Kenapa orang di dunia tak ada yang tulus berada di pihaknya. Kenapa pula lelaki yang katanya akan menemani Irma sampai tua nanti malah berada di rumah mewah milik wanita yang dibencinya.Irma segera turun dari mobilnya dan melihat lebih dekat apa yang ingin di lakukan Rizal di rumah Dara."Ijinkan aku masuk," ucap Rizal."Orang asing tidak dijinkan masuk," balas Pengawal."Apa kalian sudah melupakan wajahku. Aku tunangan Dara," bentak Rizal."Nona kami sudah akan menikah dengan orang kaya. Bukan orang kaya tanggung sepertimu," ucap Penjaga rumah."Orang kaya tanggung katamu. Aku lebih tinggi dari pada kamu yang hanya penjaga rumah," bentak rizal.Dara kebetulan sudah selesai dengan urusannya. dia memang hanya mampir sebentar di rumah orang tuanya sebelum pulang ke rumah Bima masak makan siang. Apa Rizal tak memperhatikan kalau mobil yang mengantarnya adalah milik Bima dan orang berserta anaknya ada di dalam mobil tak ikut ke dalam rumah."Dara," pangg
Bima melingkarkan tangan di pinggang Dara. Dia tersenyum.ke arah Dara dengan lembut."Karena aku akan menjadi pahlawan buat kamu yang lemah dan ceroboh ini," jawab Bima."Aku tak suka dilindungi," ucap Dara."Mulai sekarang kamu harus mau dilindungi oleh aku," balas Bima.Brian berdehem karena melihat kemesraan ayah dan Dara di depan matanya. Seolah mereka tak menganggap Brian ada di tempat itu. "Orang tua yang tidak peka," ucap Brian."Kenapa?" tanya Bima."Kenapa bermesraan di depan anak kecil," jawab Brian.Dara langsung melepaskan pelukan pada Bima. Dia sampai lupa kalau ada Brian di tengah mereka. Dara menjadi gugup sendiri karena bisa bermesraan bersama Bima."Maafkan ibu," ucap Dara."Aku sudah memaafkan ibu, tapI tidak untuk ayah," balas Brian.Brian jadi melengos dan melipat kedua tangannya. Dia ngambek karena orang tuanya bermesraan tanpa menghiraukan ada Brian di tengah-tengah mereka."Kalau tak mau memaafkan ayah maka uang jajan dipotong," ucap Bima."Ayah yang jahat," ba
Brian membuka pintu, dia menatap Dara yang sudah berada di depan kamarnya. Dia terlihat sedih seperti habis menangis di dalam kamar.“Dari tadi ibu selalu membela ayah,” ucap Brian.“Jadi kamu berpikir ibu seharian bersama ayah?” tanya Dara.“Iya,” jawab Brian sambil mengangguk.Dara berlutut agar sama tinggi dengan Brian dia memeluk Brian agar tidak bersedih lagi. Dara juga mengelap air mata Brian agar tidak meleleh di pipi.“Kenapa cucu nenek?” tanya Nyonya Handoko panik lalu langsung menghampiri Dara.“Aku pikir ibu sudah tidak sayang sama aku lagi,” jawab Brian.“Memangnya kenapa?” tanya Nyonya Handoko.“Aku mencoba untuk netral dan tidak membela Brian dan Bima. Tapi Brian salah sangka aku sudah tidak menyayanginya lagi,” jawab Dara.Nyonya Handoko tertawa kecil, ternyata Brian sedang cemburu dengan sang ayah. Wajah Brian sampai sedih seperti orang yang sedang putus cinta.“Cucu nenek. Jangan menangis lagi, ya, ayo kita ke meja makan. Ibumu sudah memasak yang enak,” ajak Nyonya Ha
“Aku melamar ke berbagai perusahaan waktu itu,” jawab Dara. Dara juga menceritakan bagaiaman dia mendapatkan perlakuan buruk dari Rizal dan Irma saat pertama kali mencari kerja. Saat dia tengah duduk di kursi yang ada dipinggir karena kelelahan berkeliling beberapa perusahaan untuk mencari kerja, kedua orang itu sengaja menghentikan mobil untuk mencemooh Dara. “Kurang ajar, ibu ingin mencekik mereka berdua,” ucap Nyonya Subroto. “Tak hanya itu, mereka juga sengaja mencipratkan kubangan air ke arahku dengan mengendarai mobil dengan kencang,” balas Dara. “Rasanya ibu sudah tidak sabar untuk menampar kedua orang yang tidak tahu malu itu,” umpat Nyonya Subroto. Dara tersenyum kecil melihat ekpresi ibunya. Padahal Dara yang mendapatkan penghinaan itu kenapa Nyonya Subroto kesal sendiri mendapatkan cerita yang seperti ini. “Ibu jangan marah,” ucap Dara. “Anak ibu mendapatkan penghinaan seperti ini kenapa ibu tidak boleh marah?” tanya Nyonya Subroto. “Karena masalahnya sudah kelar, a