Share

Wajah Merona

Author: dtyas
last update Last Updated: 2022-03-27 04:30:10

"Mamih, makan bareng aku aja," ucap Inggrid menghampiri Zudith. "Owh maaf, tidak bisa. Mamih buru-buru, istrinya Akbar sedang kurang sehat, jadi mamih mau menemaninya." 

"Istri Akbar?" Ujar Inggrid.

"Iya, sedang hamil muda. Makanya Akbar enggak mau ninggalin sendiri." 

Kalimat itu sukses membuat Inggrid terdiam, berharap ia bisa mendekati Akbar kembali, namun info bahwa Akbar sudah memiliki istri apalagi sedang hamil sepertinya tinggal harapan semata.

Sussana terus memuntahkan isi perut yang hanya tinggal air yang keluar. Akbar memapah Sussana kembali ke ranjang. Akbar keluar kamar untuk mengambil segelas air hangat. 

"Minum dulu," pinta Akbar "kamu lemas banget Na. Apa kita ke rumah sakit aja?" 

"Enggak, aku cuma mau tiduran aja." Akbar menyelimuti Sussana, itulah yang menjadi alasan Akbar meminta Zudith menemani Sussana karena ia ada rapat penting dan tidak tega meninggalkan Sussana. 

"Na, makan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mulai Bucin

    Akbar memandang leher turun ke dada yang masih terbungkus gaun tidur dengan tali kecil di pundak.Meloloskan gaun tersebut dari tubuh Sussana, kini ia juga melepaskan pengait penutup dada yang berwarna sama dengan penutup inti Sussana. Setelah membuat istrinya polos, Akbar memindai Sussana, membuat si pemilik tubuh merona."Pak Akbar!!"Akbar hanya terkekeh, kemudian membenamkan wajahnya diceruk leher Sussana. Menciumi garis leher Sussana bahkan menggigitnya meninggalkan jejak cinta di sana.Turun ke dada Sussana yang terlihat lebih besar dan kencang dari biasanya. Akbar bermain dengan puncak dada tersebut bergantian kiri dan kanan. Menjilat, mengulum dan menghisap membuat si pemiliknya mendesah dan meremas rambut Akbar.Setelah merasa puas, tangan Akbar menyentuh bagian inti Sussana yang sudah terasa sangat basah.Lalu membenamkan lidahnya di s

    Last Updated : 2022-03-27
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sussana yang sensitif

    Akbar berjalan menuju ruang kerjanya bersama Bowo menjelaskan beberapa hal terkait operasional perusahaan. Saat melewati meja Ayu, “Pak, ada yang menunggu Bapak di dalam,” ucapnya.“Siapa? Saya tidak ada janji lagi setelah ini.”“Saya juga sampaikan begitu, tapi kata beliau Bapak tidak mungkin menolak kedatangan beliau,” sahut Ayu.Akbar penasaran dengan orang yang dimaksud Ayu, lalu membuka pintu ruang kerjanya diikuti oleh Bowo, “Hmm, kembang kantil itu mah. Bapak urus dulu deh, nanti saya lanjutin lagi,” ujar Bowo lalu meninggalkan Akbar yang masih terpaku di tengah pintu.“Hai Akbar,” sapa Inggrid yang duduk pada sofa dengan menyilangkan kaki. Mengenakan rok pendek hingga memperlihatkan kedua paha yang terlihat mulus. Akbar tidak menjawab, ia menuju kursi kerjanya. “Ada apa? Kita tidak ada janji temu, saya sibuk.” Sambil memperhatikan layar monitor dengan tangan menggerakan mouse

    Last Updated : 2022-03-28
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Keinginan Sussana

    Akbar mengenakan celana pendek berwarna cream dan kaos putih setelah ia mandi. Menghampiri Sussana yang masih berbaring di sofa.Sussana melirik Akbar yang berjalan menuju pantry lebih tepatnya menghampiri dispenser untuk menghilangkan dahaganya. Sussana menelan salivanya, memandang Akbar dari belakang.Suaminya tergolong pria dengan tubuh kekar dan tampan. Bahkan di kantor, Sussana banyak mendengar para wanita membicarakan dan menginginkan Akbar.Mengalihkan pandangan kembali pada ponselnya saat Akbar menuju sofa yang sama, Akbar mengangkat kedua kaki Sussana yang terjulur lalu meletakan di pangkuannya.Memijat pelan kaki Sussana bahkan meraba naik ke paha putih Sussana yang saat ini mengenakan hot pants dan kaos kebesaran dengan bahan tipis."Pak Akbar, tangannya kondisikan.""Kamu yang menggoda, kenapa aku yang harus mengkondisikan," sahutnya. Sussana yang berada di posisi yang memang akan membuat Akbar mener

    Last Updated : 2022-03-30
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Ulah Maya

    Sussana yang mengenakan piyama dilengkapi cardigan dengansenyum sumringah karena berada di salah satu warung tenda pinggir jalan, menunggu nasi goreng spesial pesanannya.Sedangkan Akbar, ia terlihat sangat tidak nyaman, mulai dari kursi plastik yang ia duduki, juga tempat mereka makan ini berada di atas saluran air."Sayang, kamu yakin disini steril?" tanya Akbar sambil berbisik. Sepertinya Akbar hidup manja dan mewah sejak lahir, hingga makan di tempat begini pun ia bingung."Berisik deh, Pak. Emangnya kita mau operasi pasien harus steril. Makanan kan di masak dulu dan panas, kumannya juga mati."Saat pesananya datang, Sussana sangat antusias dan segera melahapnya setelah membaca doa singkat. Sedangkan Akbar, ia masih mengaduk isi piring entah mencari apa."Cobain dulu deh, sesendok aja. Kalau ternyata enggak enak dilidah Pak Akbar kita enggak perlu ke sini lagi," tantang Sussana.Akbar berdecak, ia akan menyu

    Last Updated : 2022-04-01
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Extra Sabar

    "Anak magang gaya lo kayak pela_cur, lo kasih apa Pak Akbar sampai dia mengabaikan gue." Tangan Maya mencekal rahang Sussana, "Lepaskan saya, anda salah paham," ujar Sussana. "Salah paham? Gue lihat lo turun dari mobil Akbar," ucap Maya. "Hebat juga lo ya, sampe bisa sedekat itu. Perjanjian apa lo sama dia? Atau lo memang sugar babynya pak Akbar?" "Le-pass," lirih Sussana terbata karena rahangnya sulit berbicara. Kemudian masuklah salah satu office girl, "Loh, ada apa ini Bu Maya?" "Kamu enggak usah ikut campur, ini cewek ganjen udah merebut cowok gue," ujar Maya. "Maaf, saya enggak mau ikut campur. Sekedar informasi di luar sudah ramai pegawai yang baru kembali dari makan siang, permisi."Sussana sempat melirik name tag yang tertera pada seragam yang dikenakan office girl itu sebelum ia meninggalkan toilet. Maya melepaskan cengkramannya, "K

    Last Updated : 2022-04-01
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Tetap Setia

    "Aku besok ke luar kota, mungkin beberapa hari," ucap Akbar saat keluar dari kamar mandi. Sussana yang sedang memainkan ponselnya menoleh pada Akbar. "Terus aku gimana?" "Mau ikut? Ayo, aku malah senang kamu ikut," jawab Akbar. Lalu naik ke ranjang dan berbaring di sebelah Sussana yang bersandar pada head board. "Ngajaknya kayak yang enggak ikhlas," sahut Sussana lalu meletakan ponselnya di atas nakas merebahkan diri memunggungi Akbar. Akbar berdecak, "Enggak ikhlas gimana? Aku bilang aku senang kalau kamu bisa ikut. Jadi ada yang temani aku tidur juga, dibandingkan sendirian." Sussana merubah posisinya kini ia berbaring menghadap Akbar yang tidur terlentang namun wajahnya menatap Sussana, "Pak Akbar bilang apa ? Temani tidur? Harusnya kalau cuma untuk temani tidur lebih baik beli guling bukan menikah dan menjadikan istri sebagai orang yang menemani tidur," tungkas Sussana. Sabar, sabar, ucap Akbar dalam h

    Last Updated : 2022-04-02
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Bukan Sugar Baby

    Masa magang Sussana telah berakhir, sekarang ia sudah mulai kembali ke kampus dan membuat laporan magang. “Habiskan dulu susu hangatnya,” pinta Akbar pada Sussana yang sudah siap berangkat kuliah. “Mau sarapan di jalan?” tanya Akbar pada Sussana. “Nanti aja di kantin kampus,” jawab Sussana sambil meletakan gelas pada wastafel cuci piring. “Pak Akbar, aku belum pamitan dengan divisi tempat aku magang, Enggak enak banget langsung ngilang gitu aja.” “Ya kamu buatlah acara perpisahan, makan-makan juga boleh. Sekalian aku publish kalau kamu itu istri aku,” titah Akbar. “Nanti aku bahas deh dengan Irgi dan Bima.” “Pak Akbar, jangan genit-genit sama Maya,” ucap Sussana sambil duduk pada sofa dan memakai sepatunya. “Perempuan itu agresif, aku takut Pak Akbar khilaf.” Akbar mengusap kepala Sussana, seraya mengatakan, Percayalah suamimu ini tipe laki-laki setia. Namun tidak mampu ia ucapkan, teringat dengan kejadian bersama Inggrid.

    Last Updated : 2022-04-04
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mengawasi Diam-diam

    Aldi tertawa, "Kamu ngancam aku atau gimana nih maksudnya." Sussana mengedikkan bahunya, "Aku tau pekerjaan Kak Aldi selama ini loh," bisik Sussana. Wajah Aldi berubah datar, ia kemudian menarik tangan Sussana agar ikut dengannya meninggalkan kantin. Irgi dan Bima refleks berdiri dan menghalangi. "Enggak usah ikut campur, ini urusan gue," ucap Aldi. "Jangan begitu kak, semua bisa dibicarakan, lagi pula yang dikatakan Sussana benar. Dia sudah menikah," ungkap Bima. "Lepas," titah Sussana pada Aldi. "Enggak, loe ikut gue. Ada yang harus kita bicarakan," ucap Aldi. Dan disinilah mereka berada, cafe yang terletak tidak jauh dari kampus. "Cepet deh Kak, mau ngomong apaan sih," ucap Sussana setelah sampai di cafe. Pelayan datang menanyakan pesanan, Aldi menyebutkan dua jenis minuman tanpa bertanya pada Sussana karena sudah pasti perempuan ini tidak akan menyebutkan apapun. "Apa maksud kamu tau pekerjaa

    Last Updated : 2022-04-08

Latest chapter

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sumpah Sussana (End)

    Sepulang dari Rumah Sakit, Akbar dan Sussana mengunjungi rumah yang akan mereka tempati. Sussana memeriksa kamar bayi dan kebutuhannya, sedangkan Akbar mengecek bagian-bagian yang sebelumnya direnovasi. “Bibi,” panggil Sussana dari ujung anak tangga. “Iya Non.” “Kesini dulu ya.” Salah satu asisten rumah tangga bergegas melangkah menghampiri Sussana. “Ada apa Non?” “Bantu saya menggeser ini, sepertinya lebih baik di sebelah sana,” ujar Sussana menunjuk sofa untuk menyusui. “Biar nanti saya saja, Non Sussana sedang hamil besar tidak boleh angkat yang berat-berat.” “Berdua sama Bibi, sepertinya nggak berat juga sih,” ucap Sussana. “Tapi Non.” “Sudah, ayo angkat.” “Sussana.” Suara Akbar mengejutkan Sussana dan Bibi. Melihat situasi tidak kondusif, Bibi pun keluar dari kamar. “Tinggalkan itu, biar nanti aku minta yang lain menggeser. Itu bahaya untuk kehamilan kamu, sayang.” Akbar merangkul bahu Sussana dan mengajaknya keluar. “Nanti dulu, masih ada yang harus aku cek. Khawatir

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Keselamatan Kalian Yang Utama

    Kehamilan Sussana sudah memasuki trimester ketiga, tepatnya tiga puluh tiga minggu. Akbar sangat menikmati perannya sebagai seorang suami dan Ayah untuk kedua anaknya. Melewatkan moment bersama keluarga saat mengalami amnesia benar-benar membuatnya menyesal. Bahkan dia tidak dapat menyaksikan kelahiran dan pertumbuhan Arka. Sangat sabar menghadapi Sussana yang manja dan selalu mengeluh juga menyalahkan Akbar karena kondisinya saat ini. Kehamilan kali ini terlalu banyak keluhan hingga Sussana berkali-kali mengatakan tidak ingin hamil lagi. Seperti malam ini, Akbar sudah terlelap tapi Sussana yang tidak bisa tidur merengek membuat Akbar terjaga. "Iya sayang, kenapa?" sahut Akbar sambil menguap. "Aku sesak, nggak bisa tidur." Akbar langsung terperanjat, "Sesak napas?" Sussana mengangguk. "Bangun dulu sayang, coba atur pernafasan kamu seperti waktu kemarin ikut senam hamil. Tarik nafas, lalu buang," ujar Akbar memberi contoh dan diikuti Akbar. Berkali-kali, sampai Sussana tidak m

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Kamu Memang Candu

    Akbar sudah kembali ke kantor seperti biasa dan mereka masih tinggal di kediaman orang tua Sussana. Ketika Akbar berada di rumah, Sussana akan sangat manja dengan Akbar. Namun, saat Akbar di kantor Sussana tidak akan mengganggu sedikitpun. Mengerti jika Akbar butuh privacy dan konsentrasi mengurus masa depan perusahaan. Sussana sudah mulai beraktivitas ringan, dia juga bosan jika harus terus berada di ranjang. Lama menjalankan bedrest, membuatnya menjadi pecinta drama. Yang dikerjakan saat di ranjang adalah menonton drama dan mendengarkan musik. Sussana duduk di taman rumahnya menyaksikan Yuna yang sedang bermain di kolam balon air. Arka duduk di baby chair dan disuapi oleh Sussana. Setelah selesai makan, Arka dibawa masuk oleh pengasuhnya untuk mengganti bajunya yang kotor karena tumpahan makanan. “Yuna, sudah yuk. Kamu sudah kedinginan, lain kali main lagi,” ajak Sussana. Yuna menggelengkan kepala, dia masih asyik dengan aktivitasnya. “Masuklah, biar Yuna Bunda yang jaga,” ujar Ha

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Tidak Ingin Hamil Lagi

    “Ada apa ini?” tanya Gerry yang baru saja tiba. Melihat kehadiran keluarga besannya, dia pun ikut bergabung. Yudha kembali menyampaikan permohonan maafnya pada keluarga Sussana. Jika menuruti emosi, rasanya Gerry ingin sekali meluapkan amarahnya. Tapi melihat Akbar yang sudah sembuh dan Sussana yang membutuhkan Akbar di sisinya, Gerry pun mengalah demi kebaikan sang putri. Setelah Yudha, Zudith dan Bira undur diri, Akbar menyempatkan bermain bersama Yuna sambil menggendong Arka. “Loh, Sussananya mana?” tanya Gerry baru menyadari sejak tadi tidak melihat Sussana. “Sedang istirahat, sudah biarkan saja. Biar Akbar yang menemani,” ujar Halimah. Halimah pun kembali menemani cucunya bersama baby sitter, Akbar diminta mengecek kondisi Sussana dan menemani di kamar. Khawatir jika Sussana membutuhkan sesuatu, sedangkan dia masih harus bedrest. Melihat Sussana yang masih terlelap, Akbar pun memilih membersihkan diri. Sussana mengerjapkan kedua matanya, perlahan beranjak duduk. Menatap sekeli

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Ada Apa Ini?

    “Sussana,” panggil Akbar. Sussana yang berdiri di balkon tidak menyahut atau menoleh. Menganggap suara yang baru saja dia dengar hanya halusinasi karena rasa rindu pada Akbar. Akbar tetap berdiri di tempatnya memandang punggung Sussana, wanita yang sudah setia dan sabar menghadapi Akbar.“Sayang,” panggil Akbar lagi. Sussana menghela nafas, “Mas Akbar, rinduku sudah tidak terbendung. Sampai suaramu terdengar begitu jelas,” lirih Sussana.“Sussana, aku di sini sayang.”Sussana perlahan menoleh, tangannya masih mencengkram pinggiran balkon. Sussana tertawa, “Bahkan sekarang aku bisa melihat Mas Akbar,” ucapnya.“Aku bukan halusinasimu, sayang.” Akbar merentangkan kedua tangannya, siap menerima Sussana dalam pelukannya. “Mas Akbar,” ucap Sussana. “I-ini bukan halusinasi aku,” ucapnya.Akbar menggelengkan kepalanya. “Kemarilah, sayang.”Sussana melangkah perlahan, raut wajahnya sudah terlihat seperti akan menangis. Kini keduanya berhadapan, “Mas Akbar,” ucap Sussana sambil terisak lalu me

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mengingat Semua

    Zudith, Yudha dan Akbar berada di meja makan. Menikmati makan malam mereka dalam diam. Dalam benak Akbar, dia hanya memikirkan rencana untuk menemui Sussana esok hari. Zudith dan Yudha saling pandang sebelum memandang putra sulungnya. “Akbar,” panggil Yudha. Akbar menghela nafasnya sebelum menoleh. “Tidak usaha dibahas, aku yang akan selesaikan sendiri masalahku dengan Sussana,” tutur Akbar seakan tahu apa yang akan disampaikan oleh Yudha. “Maksud kamu menyelesaikan bagaimana?” tanya Zudith. Merasa bersalah pada Sussana dan khawatir jika Akbar akan memutuskan hal yang nanti akan disesali olehnya. “Mamih tenang saja, Sussana dan anak-anak adalah tanggung jawabku. Aku sudah selesai, permisi,” ujar Akbar lalu meninggalkan meja makan. “Pih, Mamih khawatir kalau ....” “Sudahlah Mih, Akbar sudah dewasa. Ingat umur Akbar sekarang berapa, kita sebagai orangtua hanya bisa mendoakan dan mendukung segala keputusannya.” Pagi itu, Akbar sudah tiba di kantor. Pagi ini dia harus memimpin rapat

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Harus Bertemu Sussana

    Seorang wanita berdiri tidak jauh dari tempat Sussana berada. “Mirip Sussana, tapi lebih kurus.” Wanita itu masih menatap ke arah Sussana berada. Terlihat Sussana yang beranjak bangun. “Benar itu Sussana. Tunggu, perutnya seperti ... Sussana sedang hamil,” ucapnya. Laras, istri dari Bira yang sedang berada di Rumah sakit melihat Sussana. Tanpa menyapa, wanita itu mengikuti Sussana dan yakin saat ini Sussana sedang hamil karena perutnya sudah terlihat buncit. Melihat Sussana menaiki taksi dan meninggalkan rumah sakit, Laras mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Bira. Panggilannya tidak dijawab, akhirnya Laras menyusul Bira ke kantor. "Loh, bukannya kamu ke Rumah sakit?" tanya Bira melihat Laras ada di ruang kerjanya setelah Bira menghadiri rapat. "Mas, sini dulu," pinta Laras pada Bira dengan menepuk sofa di sebelahnya.” Bira pun patuh dengan menghampiri dan duduk di samping Laras. “Bagaimana hubungan Mas Akbar dan Sussana?” tanya Laras. Bira menghela nafas mendengar pertany

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sepertinya Sussana Sedang ....

    “Sussana, apa kamu sakit?” tanya Bira sejak tadi penasaran.Sussana hanya menggelengkan kepalanya. Bira menghela nafasnya, “Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu. Ponsel Mamih hilang jadi dia tidak bisa mengabari kamu dan ternyata aku juga tidak punya kontak kamu.”Sussana menyebutkan nomor ponselnya. Setelah cukup berbincang masalah kondisi Akbar, Sussana hanya bisa mendukung semua keputusan keluarga Akbar. Bira pamit undur diri, tapi sebelum pergi dia kembali menanyakan kondisi Sussana.“Aku nggak apa-apa, Mas,” jawab Sussana.“Baiklah, jaga kesehatan kamu. Pasti berat harus berjuang untuk anak-anak kalian,” ujar Bira. Sussana hanya menyunggingkan senyumnya. Setelah kepergian Bira, Sussana tak sadarkan diri. Halimah memanggil dokter karena khawatir dengan kondisi Sussana. “Bagaimana kondisi Sussana?” tanya Gerry yang baru saja datang.“Sedang diperiksa Dokter,” jawab Halimah. Kedua orang tua Sussana menanti penjelasan dokter dengan cemas. Terdengar suara tangisan Yuna, “Biar

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Apa Kamu Sakit?

    Sussana sudah berada di kursi tunggu UGD rumah sakit bersama kedua orangtua Akbar. Menunggu Akbar di periksa dan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dengan Akbar. Cukup lama, tapi belum ada dokter atau perawat yang datang untuk menyampaikan kondisi Akbar. Meskipun Sussana tau jika Akbar hanya pingsan tapi penyebab pingsannya yang membuat khawatir karena saat ini Akbar masih dinyatakan amnesia. Hari sudah semakin siang, karena sinar matahari sudah tinggi. Zudith menawarkan Sussana untuk bergantian sarapan di kantin. Sussana hanya menggelengkan kepalanya. “Keluarga pasien atas nama Akbar,” ucap seorang perawat. “Saya, Dok,” jawab Yudha. Zudith dan Sussana pun ikut menghampiri. “Ini silahkan diurus dulu untuk kamar rawat inapnya.” “Bagaimana kondisi Akbar? Kami boleh bertemu?” Zudith lebih dulu bertanya, walaupun isi pertanyaannya akan sama dengan Sussana. “Dokter yang akan menjelaskan di ruang rawat ya, silahkan diurus dulu.” Yudha yang tadi menerima dokumen untuk pemindahan A

DMCA.com Protection Status