"Hamil?" Istri saya hamil Dok?" tanya Akbar."Betul, untuk lebih jelas tentang kehamilannya bisa konsultasi dengan obgyn."Akbar menatap Sussana yang tergolek lemah, menurut perawat Sussana tertidur. Akbar merasa bersalah karena kejadian tidak diduga saat ia bersama Maya dan melihat istrinya tertidur dengan titik-titik keringat di dahi. Ia jadi berfikir, apa benar semenjak menikah dengannya jam tidur Sussana terganggu.Memang Akbar tidak melewatkan kesempatan untuk mereguk surga dunia sejak ia menikahi Sussana. Karena memang itulah salah satu tujuan pernikahan, tidak mungkin ia bermain dengan wanita lain jika sudah memiliki istri.Apalagi istri Akbar yang usianya memang jauh lebih muda darinya terlihat sangat menarik dan menggoda untuk selalu disentuh. Akbar merasa tubuh Sussana sudah menjadi candu baginya."Akbar, gimana kondisi Sussana?" tanya Zudith yang baru saja tiba.Akbar mengajak Zudith ke luar agar
Sussana langsung merebahkan diri di ranjang saat ia masuk ke dalam kamar. Masih mendiamkan Akbar karena permintaannya pulang ke rumah orangtuanya diabaikan oleh Akbar."Enggak bersih-bersih dulu, ganti ba..." Akbar menghentikan ucapannya melihat Sussana bergegas berjalan menuju kamar mandi.Akbar berada di walk in closet sedang melepaskan kancing kemeja kerjanya saat Sussana ikut masuk hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Kedua kaki jenjang nan mulus milik Sussana yang terekspos membuat Akbar pening, pening kepala atas dan bawah.Sussana mencari pakaian tidur selain gaun dan lingerie namun tidak menemukannya. Pakaian dan barang-barang milik Sussana yang ada di apartement Akbar adalah Zudith yang menyiapkan.Ia tidak membawa banyak perlengkapan dari rumahnya saat pindah ke apartement Akbar."Enggak ada ya, piyama atau pakaian tertutup buat tidur," ucap Sussana. "Itu juga tertutup," tunjuk Akbar."Iya, tapi pasti bik
Sussana duduk pada sofa, matanya sembab karena sejak Akbar memaksanya kembali ke unit ia mulai menangis. Akbar meletakan kantong berisi makanan yang dipesan online dan minuman kalengnya. “Sussana,” panggil Akbar. Sussana bergeming, ia tetap menatap ke depan, meskipun Akbar sudah ikut duduk di sampingnya.“Lain kali jangan berlari seperti tadi, apa kamu lupa kalau kamu sedang hamil,” ucap Akbar. “Saya juga Cuma mengingatkan, apa Bapak lupa kalau Bapak sudah beristri, sampai harus janjian dengan perempuan lain.”“Aku tidak ada janji dengan perempuan manapun termasuk Maya, tadi itu ...”“Udah deh Pak, kepala saya makin pening. Saya mau pulang ke rumah Bunda, terserah Bapak mau ngapain.” Sussana berdiri, namun tangannya dicekal Akbar. “Duduk,” titahnya.“Enggak.”Akbar menarik nafas panjang, sepertinya untuk menangani istri kecillnya ini dia tidak bisa men
"Mamih, makan bareng aku aja," ucap Inggrid menghampiri Zudith. "Owh maaf, tidak bisa. Mamih buru-buru, istrinya Akbar sedang kurang sehat, jadi mamih mau menemaninya.""Istri Akbar?" Ujar Inggrid."Iya, sedang hamil muda. Makanya Akbar enggak mau ninggalin sendiri."Kalimat itu sukses membuat Inggrid terdiam, berharap ia bisa mendekati Akbar kembali, namun info bahwa Akbar sudah memiliki istri apalagi sedang hamil sepertinya tinggal harapan semata.Sussana terus memuntahkan isi perut yang hanya tinggal air yang keluar. Akbar memapah Sussana kembali ke ranjang. Akbar keluar kamar untuk mengambil segelas air hangat."Minum dulu," pinta Akbar "kamu lemas banget Na. Apa kita ke rumah sakit aja?""Enggak, aku cuma mau tiduran aja." Akbar menyelimuti Sussana, itulah yang menjadi alasan Akbar meminta Zudith menemani Sussana karena ia ada rapat penting dan tidak tega meninggalkan Sussana."Na, makan
Akbar memandang leher turun ke dada yang masih terbungkus gaun tidur dengan tali kecil di pundak.Meloloskan gaun tersebut dari tubuh Sussana, kini ia juga melepaskan pengait penutup dada yang berwarna sama dengan penutup inti Sussana. Setelah membuat istrinya polos, Akbar memindai Sussana, membuat si pemilik tubuh merona."Pak Akbar!!"Akbar hanya terkekeh, kemudian membenamkan wajahnya diceruk leher Sussana. Menciumi garis leher Sussana bahkan menggigitnya meninggalkan jejak cinta di sana.Turun ke dada Sussana yang terlihat lebih besar dan kencang dari biasanya. Akbar bermain dengan puncak dada tersebut bergantian kiri dan kanan. Menjilat, mengulum dan menghisap membuat si pemiliknya mendesah dan meremas rambut Akbar.Setelah merasa puas, tangan Akbar menyentuh bagian inti Sussana yang sudah terasa sangat basah.Lalu membenamkan lidahnya di s
Akbar berjalan menuju ruang kerjanya bersama Bowo menjelaskan beberapa hal terkait operasional perusahaan. Saat melewati meja Ayu, “Pak, ada yang menunggu Bapak di dalam,” ucapnya.“Siapa? Saya tidak ada janji lagi setelah ini.”“Saya juga sampaikan begitu, tapi kata beliau Bapak tidak mungkin menolak kedatangan beliau,” sahut Ayu.Akbar penasaran dengan orang yang dimaksud Ayu, lalu membuka pintu ruang kerjanya diikuti oleh Bowo, “Hmm, kembang kantil itu mah. Bapak urus dulu deh, nanti saya lanjutin lagi,” ujar Bowo lalu meninggalkan Akbar yang masih terpaku di tengah pintu.“Hai Akbar,” sapa Inggrid yang duduk pada sofa dengan menyilangkan kaki. Mengenakan rok pendek hingga memperlihatkan kedua paha yang terlihat mulus. Akbar tidak menjawab, ia menuju kursi kerjanya. “Ada apa? Kita tidak ada janji temu, saya sibuk.” Sambil memperhatikan layar monitor dengan tangan menggerakan mouse
Akbar mengenakan celana pendek berwarna cream dan kaos putih setelah ia mandi. Menghampiri Sussana yang masih berbaring di sofa.Sussana melirik Akbar yang berjalan menuju pantry lebih tepatnya menghampiri dispenser untuk menghilangkan dahaganya. Sussana menelan salivanya, memandang Akbar dari belakang.Suaminya tergolong pria dengan tubuh kekar dan tampan. Bahkan di kantor, Sussana banyak mendengar para wanita membicarakan dan menginginkan Akbar.Mengalihkan pandangan kembali pada ponselnya saat Akbar menuju sofa yang sama, Akbar mengangkat kedua kaki Sussana yang terjulur lalu meletakan di pangkuannya.Memijat pelan kaki Sussana bahkan meraba naik ke paha putih Sussana yang saat ini mengenakan hot pants dan kaos kebesaran dengan bahan tipis."Pak Akbar, tangannya kondisikan.""Kamu yang menggoda, kenapa aku yang harus mengkondisikan," sahutnya. Sussana yang berada di posisi yang memang akan membuat Akbar mener
Sussana yang mengenakan piyama dilengkapi cardigan dengansenyum sumringah karena berada di salah satu warung tenda pinggir jalan, menunggu nasi goreng spesial pesanannya.Sedangkan Akbar, ia terlihat sangat tidak nyaman, mulai dari kursi plastik yang ia duduki, juga tempat mereka makan ini berada di atas saluran air."Sayang, kamu yakin disini steril?" tanya Akbar sambil berbisik. Sepertinya Akbar hidup manja dan mewah sejak lahir, hingga makan di tempat begini pun ia bingung."Berisik deh, Pak. Emangnya kita mau operasi pasien harus steril. Makanan kan di masak dulu dan panas, kumannya juga mati."Saat pesananya datang, Sussana sangat antusias dan segera melahapnya setelah membaca doa singkat. Sedangkan Akbar, ia masih mengaduk isi piring entah mencari apa."Cobain dulu deh, sesendok aja. Kalau ternyata enggak enak dilidah Pak Akbar kita enggak perlu ke sini lagi," tantang Sussana.Akbar berdecak, ia akan menyu