Share

15. Talak Aku, Mas!

Author: Farasha
last update Last Updated: 2024-02-24 13:00:00

“Apa kedatangan kamu ingin mengembalikan Kia pada kami?” ucap laki-laki paruh baya di hadapan Bimo dengan tatapan dingin. Laki-laki yang biasanya selalu ramah dan murah senyum itu berubah dingin dan datar. Tatapan elang itu menghunus ke dalam netra Bimo. Mencoba melumpuhkan keberanian Bimo yang telah dipersiapkan sejak tadi. Tapi Bimo tak akan menyerah begitu saja. Bimo ingin mengetahui semua rahasia Kia saat ini juga.

“Maksud Ayah apa?” Bimo balik bertanya sembari mencoba mencerna pertanyaan yang langsung ditodongkan kepadanya. Padahal sepatah katapun Bimo belum membicarakan tentang Kia.

Bimo memberanikan diri mendekati Ardan ayah mertuanya yang saat ini berdiri dengan bersandar pada meja kerjanya. Tadi sesampainya di kediaman Alfarizi Bimo langsung diajak Ardan masuk ke dalam ruangan favorit laki-laki itu. Ruang kerja sekaligus merangkap menjadi perpustakaan pribadi. Melihat koleksi buku Ardan tentu saja membuat Bimo terkesima. Rak buku bersusun itu berisi buku-buku dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   16. Talak Aku, Mas! 2

    Sebelum terjadi sesuatu yang lebih jauh Bimo segera menghentikan aksinya. Ia harus meminta izin kepada Kia terlebih dahulu. Ia tidak ingin menyakiti perempuan yang sangat dicintainya tersebut. “Katanya padaku! Apa aku menyakitimu Sayang?” tanya Bimo sembari menatap ke dalam netra sebening madu di hadapannya. Namun Kia bergeming. Bibirnya tak mampu berucap. Demi membuktikannya Bimo kembali meraup bibir Kia. Kali ini Bimo memagutnya dengan sedikit liar. Sengaja memancing emosi Kia. Bimo ingin tahu sejauh mana pelecehan seksual yang pernah dialami oleh perempuan itu. Lalu dengan sengaja tangan Bimo mulai menggerayangi tubuh Kia dan berhenti di dadanya. Bimo bisa merasakan tubuh Kia yang mulai bergerak gelisah. Mulai menolak setiap sentuhan yang diberikannya. Napas Kia mulai tersengal-sengal. Tapi Bimo tak ingin berhenti. Terus menggoda sang istri agar menunjukkan reaksinya.“Kamu adalah milikku Kia. Hanya milikku! Hanya aku yang berhak atas tubuh dan hatimu!” ucap laki-laki yang te

    Last Updated : 2024-02-25
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   17. Red Lingerie

    “Bang aku ingin tanya satu hal kepadamu,” ucap Bimo yang kini tengah bersama Azka di ruang keluarga.“Klo kamu ingin tahu kenapa Kia bisa seperti itu jawabanku cuma satu,” balas Azka seraya menatap Bimo dengan sorot tak terbaca. “Aku juga baru tahu kondisi psikis Kia semenjak di rumah. Semua orang merahasiakannya dariku. Kamu tahu Bim?” Azka menghela napas dalam-dalam merasakan perih di hatinya setiap kali mengingatnya. “Aku gagal menjaga Kia. Satu-satunya adik perempuanku. Andai dulu aku tahu akan terjadi seperti ini tidak mungkin kubiarkan laki-laki itu bernapas lagi di dunia ini,” geram Azka seraya menitikkan air mata. “Hampir 10 tahun aku di Jakarta bersamamu. Aku pulang hanya sesekali dalam setahun. Aku pun tidak tahu tragedi yang menimpa adikku.”Bimo terdiam. Tak tahu lagi harus berkata apa. Di sini orang paling menderita adalah istrinya. Di balik keindahan yang selama ini ia kagumi ternyata Kia menyimpan sebuah luka yang teramat dalam. Bimo pun rasanya sudah tak sang

    Last Updated : 2024-02-26
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   18. Red Lingerie 2

    Esok paginya, setelah memastikan kondisi Kia baik-baik saja Bimo berniat berangkat bekerja. Meskipun klinik tersebut milik keluarga istrinya Bimo tidak ingin lalai dalam tugas. Justru kini ia harus rajin bekerja demi membahagiakan Kia. Demi janjinya kepada keluarga Kia yang rela menyerahkan putri kesayangan mereka kepada laki-laki biasa sepertinya."Mas Bimo mau kerja?" Tanya Kia yang baru saja ke luar dari kamar mandi."Iya, di rumah udah ada Bunda dan Mbak Letta yang akan menemani kamu," jawab Bimo seraya menatap Kia dari balik cermin di hadapannya.Kia yang hanya mengenakan bathrob mendekat dengan ragu-ragu. Berdiri tepat di belakang Bimo dengan jantung berdebar. Perasaan bersalah menguasai hatinya. Setelah pengakuannya kemarin tentu saja membuat hubungan mereka yang sebelumnya mulai dekat kini terasa menjauh kembali. Kia kembali merasa asing saat bersama laki-laki itu."Kenapa? Apa kamu ingin aku di rumah menemanimu?" ucap Bimo yang sudah beralih posisi menjadi m

    Last Updated : 2024-02-27
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   19. Pembuktian

    "Aku tidak akan melakukannya sebelum kamu menjawab pertanyaan ku Sayang."Bimo mengambil langkah mundur. Memberi jarak di antara mereka demi menghindari kekhilafan. Dirinya memang menginginkan Kia menjadi miliknya. Tapi bukan dengan keadaan terpaksa. Bimo ingin Kia menyerahkan dirinya atas keinginan sendiri. Bukan karena paksaan orang lain atau hanya untuk memenuhi sebuah kewajiban. Bimo ingin pengalaman pertama mereka menjadi sesuatu yang mengesankan dan berharga, bukan menyisakan sebuah penyesalan nantinya.Kia tertegun. Tak percaya dengan kata-kata Bimo yang dengan terang-terangan menolak dirinya. Padahal apa yang ia lakukan bukanlah hal yang mudah. Kia sudah mati-matian menekan ego dan harga dirinya di hadapan laki-laki itu. Kia ingin menjalankan kewajiban sebagai seorang istri yang sesungguhnya. Tapi tanggapan Bimo meluruhkan segala usaha yang telah dilakukannya. Netra Kia mulai tampak berkaca-kaca. Hatinya terluka atas penolakan Bimo.Mendapatkan tatapan Kia yang m

    Last Updated : 2024-02-28
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   20. Pembuktian 2

    Mendengar perintah sang suami Kia memberanikan diri membuka mata. Kia menghela napas panjang. Mencoba menetralisir rasa panas sekaligus gerah yang hadir dalam dirinya dalam waktu bersamaan. Belum sempat Kia membuka kata bibir itu kembali dibungkam oleh Bimo dengan ciuman dalam. Kia tak mau kalah. Ia pun kembali menyambut Bimo."Teruslah menatapku. Jangan sekali pun memejamkan mata!" Perintah Bimo dengan tegas. Tentu Bimo tidak ingin kejadian kemarin terulang. Jangan sampai bayangan Zyan turut andil dalam permainan cinta mereka.Kia patuh dengan semua perkataan Bimo. Menyaksikan sendiri bagaimana Bimo menggoda dan memuja setiap inci tubuhnya. Debar jantung Kia semakin menggila kala tangan kekar itu meraih tali kecil lingerie di bahunya. Menariknya turun hingga memamerkan dua buah gundukan padat miliknya. Bimo menyeringai lalu kembali membelai pipi Kia. "Tenang dan nikmatilah Sayang!" Setelah mengatakan dua kata itu Bimo segera melahap salah satu bagian tubuh Kia yang tampak m

    Last Updated : 2024-02-29
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   21. Perempuan Tanpa Mahkota

    Karena merasa khawatir maka setelah merebahkan tubuh Kia di atas ranjang Bimo tak langsung mandi. Bimo hanya melepaskan bokser basah yang dikenakannya lalu membalut tubuhnya dengan handuk. Gegas Bimo ke luar dari kamar mandi."Sayang jangan menangis lagi please.." mohon Bimo yang kini duduk di tepian ranjang sembari membelai rambut Kia yang masih basah."Maafkan aku Mas, pasti Mas Bimo marah dan kecewa sama aku kan?" ucap Kia dengan memeluk kedua lututnya. Bahkan Kia tak peduli lagi dengan penampilannya yang tak bisa dibilang berantakan lagi. Kia tampak kacau dan frustasi padahal baru beberapa menit yang lalu ia begitu terlena dengan perlakuan Bimo kepadanya. Kia benar-benar takut saat dalam benaknya terus berdengung, "Kamu perempuan kotor. Perempuan hina!""Cukup Kia! Jangan ucapkan kata-kata itu lagi! Sudah ku katakan padamu jika aku menerima dirimu apa adanya," tukas Bimo sembari memeluk tubuh Kia dengan erat. "Apa yang selama ini aku yakini kini telah terbukti Sayang

    Last Updated : 2024-03-01
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   22. Perempuan Tanpa Mahkota 2

    Tubuh Kia seketika menegang. Ucapan nakal Bimo tentu saja menghadirkan desiran dalam dirinya. Kia perempuan dewasa yang tentu saja paham ke mana arah pembicaraan Bimo. Tapi Kia ragu dan malu untuk mengakui jika semua kata-kata manis dan nakal yang selalu dilontarkan oleh Bimo mempengaruhi hatinya."Tenanglah! Aku cuma bercanda. Masih banyak waktu untuk kita mengulangnya. Jadi sekarang mari kita istirahat." Bimo memaksa Kia untuk kembali merebahkan tubuhnya. "Sekarang pejamkan matamu!" Titah Bimo seraya memeluk tubuh Kia layaknya guling."Jangan gini Mas! Aku gerah tidur pakai jubah mandi gini!" Keukeuh Kia merasa tak nyaman dengan bathrob yang dipakainya.Terdengar Bimo menghela napas panjang lalu melepaskan Kia dari dekapannya. Tapi bukan berarti Bimo melepaskan Kia begitu saja. Bimo mengambil kaos miliknya yang berada di gantungan lalu memberikan kepada Kia. "Malam ini aku nggak akan kasih izin kamu turun dari ranjang!" ucap Bimo seraya menyerahkan kaos tersebut k

    Last Updated : 2024-03-02
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   23. Laki-Laki Posesif

    Kia menatap Bimo yang tengah menelepon pengirim pesan misterius tersebut dengan gelisah. Kia takut Bimo salah paham padahal dirinya pun tak tahu siapa pengirim pesan misterius tersebut. Apalagi dari tadi Bimo menatapnya tanpa jeda dengan ekspresi yang tak mampu didefinisikan. Tatapan yang baru pertama Kia terima dari laki-laki itu."Siapa kamu?" ucap Bimo dingin ketika panggilan teleponnya diterima oleh seseorang entah berantah tersebut."Jangan pernah mengganggu Kia lagi! Klo ada urusan penting silahkan bicara dengan saya, suaminya," imbuh Bimo seraya menahan emosi karena tak ada suara apapun dari seberang sana kecuali suara musik yang sedang diputar. Lalu tak lama sambungan telepon itu terputus yang sukses meloloskan umpatan kasar dari bibir Bimo.Kia tercengang melihat ekspresi Bimo ketika marah yang baru pertama kali dilihatnya. Laki-laki yang biasa mengumbar senyuman manis dan jenaka itu seketika berubah menakutkan. Kia mengamati secara detail setiap perubahan wajah

    Last Updated : 2024-03-03

Latest chapter

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   39. Sweetest Love

    "Terima kasih Mas atas kesabaran dan ketulusan hatimu. Tanpa dirimu mungkin aku tidak akan bisa berada di titik ini. Tidak akan mampu ke luar dari masa laluku,” ucap Kia tanpa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah di sekelilingnya.Saat ini Bimo dan Kia tengah duduk di sebuah gubuk di tengah sawah. Menikmati Mentari bersama semilir angin. Padi yang mulai menguning di bagai permadani yang terbentang luas. Burung-burung pipit turut menceriakan pagi itu. Sebenarnya bukan hal yang asing bagi Kia berada di area persawahan. Setiap berkunjung ke Kediri Jawa Timur, tempat kelahiran bundanya Kia selalu bermain di sawah bersama para saudaranya. Tapi kali ini jelas berbeda rasa. Kia sedang bersama laki-laki yang dicintainya. Menikmati waktu hanya berdua, tanpa satu pun pengganggu.“Seharusnya aku yang pantas berterima kasih. Seorang putri seperti dirimu mau menikah dengan laki-laki biasa sepertiku. Rela hidup sederhana bersamaku,” sahut Bimo seraya menatap Kia dengan lekat. “

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   38. Kota Kembang 2

    Sembari menunggu Kia mandi Bimo mengobrol bersama ibunya di dapur. Bimo menceritakan semua yang telah menimpa Kia, termasuk ketika Kia mengalami keguguran. Restu tentu saja kaget. Selama ini Bimo selalu memberikan kabar baik kepada keluarganya di Bandung. Bimo bukan sengaja ingin menyembunyikan semua masalah yang dihadapinya. Tapi karena Bimo tidak ingin membuat keluarganya merasa khawatir. Dan itu sudah Bimo lakukan ketika masih menempuh pendidikan kedokteran di Jakarta dulu. Bahkan ketika dirinya mendadak membutuhkan biaya tambahan untuk keperluan praktik. Bimo hanya akan meminta uang ketika masa panen datang. Dulu Bimo lah yang bersikeras ingin menjadi dokter padahal perekonomian keluarganya yang hanya sebagai petani mana cukup untuk biaya pendidikan kedokteran yang sangat mahal. Maka tak heran ketika Bimo lulus tes dan mendapatkan beasiswa ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Untungnya lagi Bimo bertemu Azka, sahabat yang selalu menemaninya di saat suka maupun duka. Ap

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   37. Kota Kembang

    “Mas ke Bandung yuk, aku pengen lebih kenal dengan keluarga Mas Bimo,” ucap Kia yang kini malah bermanja-manja kepada Bimo.Bukannya bangun Kia justru menarik tubuh Bimo untuk tidur di sebelahnya. Kia memeluk Bimo seraya menghidu aroma khas tubuh laki-laki itu demi mengobati rasa rindunya. Godaan yang tadi dilontarkan oleh laki-laki itu hanya menjadi angin lalu baginya. Bukannya Kia sengaja menolak, tapi karena Kia dalam keadaan belum bersih. Masa nifasnya belum selesai. Kemungkinan 2 sampai 3 hari lagi ajakan Bimo akan segera terealisasi.“Kamu serius Sayang?” sahut Bimo dengan mata berbinar. Bimo sendiri sangat merindukan keluarganya di Bandung. Terakhir kali berkumpul bersama keluarganya saat acara pernikahan mereka lebih dari dua bulan lalu. Permintaan Kia tentu saja akan Bimo kabulkan dengan senang hati. “Seriuslah Mas, nanti aku aja yang ngomong sama Ayah,” jawab Kia dengan antusias. “Aku pengen kenal dekat dengan Ibu dan Ayah. Dengan si kembar Emran dan Ema juga,” papar Kia la

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   36. Aku dan Rintik Hujan

    Kia merenung di balkon kamarnya. Memikirkan semua yang telah dilalui selama 25 tahun usianya. Kehidupannya begitu sempurna. Terlahir dalam keluarga yang selalu harmonis dan berlimpah kasih sayang. Orang tua yang selalu mencukupi semua kebutuhannya. Baik secara moral maupun materiil. Lalu menikah dari sebuah perjodohan tanpa adanya perasaan cinta. Namun begitu laki-laki yang menikahinya sekalipun tidak pernah memberikan luka. Laki-laki pemilik kesabaran seluas samudera itu nyatanya selalu ada untuknya. Lalu, mengapa hanya karena Zyan dirinya harus mengorbankan semua kebahagiaan yang telah digenggamnya. Seharusnya mata dan hati Kia terbuka lebar demi orang-orang yang peduli dan mencintainya dengan tulus. Bukan malah tenggelam dalam masa lalu mengerikan yang telah diciptakan oleh mantan kekasihnya. Zyan hanyalah sisa kepingan masa lalu yang harus ia musnahkan dalam kehidupannya. Jangan sampai hanya karena laki-laki psikopat itu dirinya mengorbankan hati semua orang. Entah sudah be

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   35. Kejujuran Bimo 2

    Mata Bimo mendelik ke arah Azka seketika. Bisa-bisanya Azka berbicara seperti itu di hadapan Bunda mereka. Dulu Azka memang selalu acuh ketika ada perempuan yang mendekati. Tapi dirinya sebaliknya. Jangan sampai Azka membuka masa lalunya di hadapan semua orang.“Nggak usah dengerin ucapan Bang Azka,” bisik Bimo di telinga Kia tanpa memutus tatapannya dari Azka.Bukannya menutup mulut Azka justru sengaja menggoda sahabat baiknya yang sejak beberapa bulan lalu menjadi adik iparnya tersebut. “Kamu nggak tahu aja Dek. Suami mu itu playboy cap jempol.”“Sayang nggak sudah dengerin dia,” bujuk Bimo seraya memperhatikan perubahan mimik wajah Kia.“Azka, udah! Nggak usah jahil. Bunda jewer kamu nanti klo terus aja godain adik kamu,” peringat Aisyah dengan serius.“Bun, kami ke kamar dulu ya,” pamit Bimo seraya berdiri tanpa melepaskan tangan Kia dari genggamannya.“Ya udah. Kalian istirahat dulu sana! Oya bawa satu piring kue itu, biar bisa d

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   34. Kejujuran Bimo

    “Mas Bim kok diem aja sih. Jawab dong!” tegur Kia seraya melepaskan pelukannya dari tubuh Bimo.Bimo mengulas senyuman dengan sedikit menunduk untuk menatap Kia yang saat ini mendongak ke arahnya. “Kamu kan lagi sakit dan stress. Jadi wajar klo mempengaruhi menstruasi kamu,” terang Bimo lalu kembali memeluk tubuh Kia. “Sekarang bebaskan diri kamu. Nggak usah mikir yang macam-macam lagi,” imbuh Bimo dengan mengecup puncak kepala Kia.“Iya Mas, aku akan coba. Tapi Mas perutku yang terkena meja waktu itu kenapa kadang masih terasa nyeri ya?” ujar Kia lagi, menyampaikan keluhannya. “Trus kenapa aku nggak boleh tahu hasil pemeriksaan dari rumah sakit tempat aku dirawat?” cecar Kia mulai merasakan keanehan terhadap sikap semua orang yang selalu mengelak jika ditanya masalah sakit yang dialaminya. Seolah ada sesuatu yang sengaja ditutup-tutupi darinya oleh semua orang.Mata Bimo memejam. Berusaha meredam debaran jantungnya agar tetap bekerja dengan normal. Jangan sampai Kia bis

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   33. Kehilangan 2

    Setelah 4 hari dirawat di rumah sakit Kia diperbolehkan untuk rawat jalan di rumah. Bimo setuju saat semua orang menyarankan untuk tinggal di rumah mertuanya sementara waktu demi kesembuhan Kia. Seandainya pulang ke rumah mereka Bimo justru akan selalu merasa khawatir sedangkan dirinya juga harus kembali bekerja. Mana mungkin bisa Bimo meninggalkan Kia sendirian di rumah tanpa pengawasan orang lain. Apalagi selain sakit secara fisik Kia juga mengalami guncangan hebat terhadap psikisnya. Dari luar Kia memang terlihat baik-baik saja tapi semua orang mengerti perempuan itu sedang berpura-pura demi keluarganya. Empat hari di rumah sakit Kia sering mengigau karena mimpi buruk yang terus mengganggu istirahatnya. Kia juga tidak mau ditinggal sendirian. Jadi harus ada seseorang yang menjaga di sisinya selama dirawat. Selanjutnya Kia juga harus mendapatkan penanganan dokter psikiater selama masa pemulihan.Baru satu jam yang lalu Kia terlelap. Bimo yang sedang ingin berbicara serius bers

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   32. Kehilangan

    “Masuklah Bim. Kia mencari kamu,” ujar Azka yang baru saja ke luar dari ruang perawatan Kia.Bimo menatap Azka seraya menggelengkan kepala. Bimo belum mampu untuk bertemu Kia dalam kondisi seperti ini. Mana mungkin dirinya bisa menahan kepedihan yang saat ini dirasakannya.“Masuklah Bim. Temui istrinmu. Kia membutuhkan kehadiran kamu,” sahut Arfan yang duduk di sebelahnya. Arfan sendiri merasa sangat sedih dengan kondisi keponakannya yang kini sedang terkulai lemas di dalam sana.Bimo menelan saliva dengan keras. Lalu meraup wajahnya dengan kasar. Bagaimana bisa dirinya mampu menghibur Kia sedangkan dirinya sendiri merasa hancur. Tapi istrinya tentu saja lebih hancur dari pada dirinya. Perlahan Bimo berdiri seraya menenangkan diri. Namun sebelum Bimo melangkah Ardan ke luar dari kamar rawat Kia dengan wajah tertekuk.“Sebaiknya Kia tidak perlu tahu dulu tentang apa yang menimpa dirinya. Dia sudah cukup terpukul dengan peristiwa ini. Jadi aku berharap tidak ada yang m

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   31. Terulang Kembali 3

    Selama 15 menit lamanya mereka semua terdiam. Memikirkan satu hal yang sama, yaitu keselamatan Kia. Bimo sendiri dari tadi mondar-mandir sembari menggaruk kepala. Otaknya mendadak tumpul untuk berpikir apapun kecuali istrinya. Azka mendadak berdiri kemudian masuk ke dalam rumah, ingin memeriksa setiap sudut rumah Zyan yang kecil tersebut. Pertama tentu saja Azka menyasar ke kamar laki-laki itu. Tubuh Azka membeku seketika saat melihat foto-foto adiknya yang tergantung di tembok kamar itu. Bahkan foto-foto lama Zyan bersama Kia.“Bajingan!” teriak Azka sembari mengambil sapu lalu memukuli bingkai foto-foto hingga pecar, hancur, dan berserakan ke mana-mana. Semua orang langsung berlari masuk kecuali Delon dan Deanova. Kembali tubuh Ardan terasa lemas. Arfan langsung memegangi Ardan yang hambir roboh.“Sebaiknya Mas Ardan istirahat di rumah saja. Biar ini kita yang urus,” ucap Arfan mencoba tetap waras padahal sebenarnya emosi Arfan pun ingin meledak. Delon dan Deanova tam

DMCA.com Protection Status