Naya bergegas membuka pintu saat ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
"Mas Haris! Ada apa, Mas?" tanya Naya pada asisten kekasihnya saat pintu rumah terbuka. Laki-laki itu sudah berdiri menggunakan baju santai yang membuat ia semakin terlihat lebih muda dan tampan.
"Bos Gilang mau mengajak Nona kencan," jawab Haris dengan sopan, "Bos sedang menunggu di mobil."
'Kenapa bukan dia aja yang datang ke rumah, pacar aku dia atau asistennya sih?" batin Naya, 'Sudah lah Naya kalian 'kan cuma pura-pura pacaran di depan keluarga aja,' Naya berbicara pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Mari, Nona!" ajak Haris pada gadis cantik yang hanya mengenakan celana selutut berwarna hitam dan kaus oblong yang terlihat kebesaran.
"Mas, tunggu sebentar ya, Naya ganti baju dulu," kata Naya sembari mempersilakan makhluk tampan itu untuk duduk di kursi yang ada di teras depan.
"Baik, Nona," jawab Haris.
Tidak lama kemudian Naya keluar sudah berganti paka
Setelah menerima kunci mobil dari asistennya, Gilang langsung masuk mobil dan segera meninggalkan Haris dan Naya di tempat itu.Haris segera menelpon orang tua bosnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Haris pada tuannya melalui sambungan telepon, "Bos Gilang pergi meninggalkan saya dan Nona Naya di pasar malam.""Kamu temani Naya saja! Gilang biar saya yang urus. Kamu jaga calon menantu saya!" titah Papi Rizky."Baik, Tuan," jawabnya dengan sopan. Laki-laki itu kembali memasukkan ponselnya ke kantung celana.Naya menghampiri Haris ketika laki-laki itu selesai menelpon. "Mas Gilang ke mana?" tanya Naya dari arah belakang Haris.Pemuda itu memutar tubuhnya hingga menghadap Naya. "Bos Gilang ada urusan sebentar," jawab Haris, "Nona mau ke mana biar saya temani," lanjutnya.Naya tersenyum simpul sembari mencondongkan wajahnya kepada laki-laki tampan itu. "Yakin, mau nemenin aku ke mana pun?"Haris mengangguk dengan yakin yang membuat Naya ters
'Kenapa Bos Gilang lama sekali? Sudah dua jam, tapi belum juga kembali. Mungkin Nona Naya sudah mulai bosan,' gumam Haris dalam hatinya sembari menoleh kepada gadis cantik yang sedang mengikat rambutnya."Yah ... putus deh." Naya terus memegangi rambutnya karena ikatannya telah putus."Nona kenapa?" tanya Haris kepada Naya yang sedang menggerutu sendiri."Ikatan rambutku putus. Mas Haris punya karet gelang nggak?" tanya Naya kepada laki-laki tampan yang sedang menatapnya."Karet gelang? Untuk apa?" Haris kebingungan kenapa sang nona meminta karet gelang. 'Apa dia sudah mulai bosan?' Haris bertanya-tanya pada dirinya sendiri di dalam hati."Untuk ngikat rambut," jawab Naya yang masih memegang rambutnya agar tidak terurai."Tidak usah diikat! Nona akan terlihat lebih cantik kalau rambutnya digerai," ucap Haris tanpa sadar sembari memandang gadis cantik calon istri sang bos. "Maaf Nona, saya terlalu lancang berbicara seperti itu," lanjutnya kem
Naya dan Haris makan es krim sambil berjalan-jalan mengitari pasar malam. Laki-laki itu sengaja mengajak kekasih bosnya berkeliling supaya tidak bosan."Nona mau naik kincir angin tidak?" tanya Haris kepada Naya. Ia khawatir gadis cantik itu merasa bosan karena ia tidak tahu bagaimana seharusnya orang berkencan itu."Nggak mau ah," jawab Naya sembari mengedarkan pandangannya melihat-lihat wahana di pasar malam itu. "Kita naik kora-kora aja, gimana?" Naya memandang laki-laki tampan yang sedang menjilati es krimnya."Boleh," jawab Haris sembari tersenyum. 'Kelihatannya Nona bukan gadis manja. Dia lebih suka tantangan,' batin Haris.Naya dan Haris kembali menaiki wahana yang ada di pasar malam. Mereka sangat puas bermain-main di sana. Walaupun semuanya serba sederhana, tapi itu sangat menyenangkan bagi gadis tomboy itu.Setelah menaiki kora-kora Naya dan Haris kembali duduk di rerumputan untuk menunggu Gilang. Sebelumnya Haris membeli dua botol air mi
"Kalian udah selesai kencannya?" tanya Gilang, tiba-tiba berdiri di belakang Haris yang sedang disuapi permen kapas oleh Naya.Haris dan Naya langsung bangun dari duduknya. Naya terkejut mendengar suara Gilang, sehingga ia salah menyuapi, permen kapas itu nempel di pipi sang asisten kekasihnya.Haris langsung membalikkan badan menghadap atasannya. "Sudah Bos," jawab Haris dengan sopan."Kita udah dari tadi nungguin Mas Gilang," timpal Naya. Lalu, gadis cantik itu menoleh pada laki-laki yang berdiri di sampingnya. "Permen kapasnya nempel di pipi Mas Haris."Naya mengambil permen kapas itu di pipi asisten calon suaminya. Kemudian, menyuapkannya ke mulut laki-laki tampan itu.Dengan sangat terpaksa Haris membuka mulutnya. Gilang menyaksikan di depan matanya sendiri kalau kekasihnya menyuapi laki-laki lain di hadapannya.Walaupun Gilang tidak menyukai Naya, tapi ia tidak suka melihat kemesraan calon istrinya dan Haris. Padahal ia sendiri y
"Mas Gilang biasa aja dong ngomongnya, telingaku masih normal kali," sahut Naya, "Lagian siapa yang bilang kalau aku cuma pergi berdua. Kita pergi bertiga biar tambah seru. Mas Gilang harus cobain naik ombak banyu."Gadis cantik itu menoleh ke arah kekasihnya, ia menceritakan semua yang ia dan Haris lakukan. Naya menceritakannya dengan wajah yang berseri-seri, terlihat sangat bahagia."Permainan itu sangat berbahaya, nggak ada pengamannya," ujar Gilang sedikit menurunkan volume suaranya."Kan ada pegangannya," sahut gadis tomboy itu, "Aku dan Mas Haris tadi naik ombak banyu dan kora-kora, kami masih hidup sampai sekarang," lanjutnya."Tadi kalian hanya sedang beruntung," selanya. 'Apa kepala mereka nggak pusing, naik permainan kayak gitu?' Gilang bertanya-tanya dalam hatinya.Sebenarnya Gilang tidak berani menaiki wahana ombak banyu, melihatnya saja dia udah ngeri duluan.Tidak ada sahutan dari Naya ataupun Haris. Gadis tomboy itu tida
Hai semuanya! Maaf ya, saya slow update dulu karena adik dan orang tua saya positif cobid 19, jadi waktu menulis saya berkurang karena harus memenuhi kebutuhan mereka selama isolasi mandiri. Saya mohon doanya semoga musibah ini cepat berlalu. Semoga yang sakit segera pulih kembali. Semoga kita semua sehat selalu ya, aamiin. Besok saya usahakan update. Terima kasih semuanya atas dukungannya selama ini. Untuk tiga pembaca yang ngasih gems terbanyak di tiga novelku, penilaiannya ditutup tanggal 15 ya. Untuk yang mau gabung di grup wa, silakan klik tautan yang ada di laman ig @nyi.ratu_gesrek. Terima kasih semuanya. Aku menyayangi kalian. Maaf selalu mengecewakan.
"Bagaimana menurut kamu?" tanya Gilang saat mobil yang ia tumpangi kembali melaju menuju rumahnya."Apanya, Bos?" tanya Haris yang memang tidak tahu maksud dari pertanyaan atasannya."Naya." Mulutnya terasa berat saat menyebut nama itu. Gilang begitu membenci Naya bukan karena dia tidak suka dengan gadis tomboy itu, melainkan karena dirinya tidak bisa menikmati tubuh kekasihnya."Nona Naya gadis yang baik, bukan gadis manja. Bos beruntung dapat calon istri seperti Nona, tidak hanya cantik wajah, tapi juga cantik hatinya," jelas Haris panjang lebar.Gilang tidak suka mendengar ocehan asistennya karena berbanding terbalik dengan kencannya yang berakhir hanya diam termenung bersama Evans, menunggu wanita pesanannya."Sudahlah jangan bicarakan dia lagi! Kamu bicara seperti itu karena kamu suka sama calon istri saya 'kan?" Gilang melipat kedua tangannya di depan dada sembari mencondongkan badannya kepada laki-laki yang sedang mengemudi."Saya yak
"Ya sama calon istriku lah! Sama siapa lagi?" jawab Gilang, "Aku masuk dulu ya, Pi." Gilang melangkahkan kakinya meninggalkan laki-laki yang masih terlihat gagah, walau sudah tua."Sampai kapan kamu terus bohongi Papi dan Mami?" tanya Papi Rizky sembari melipat tangannya di depan dada. Menatap punggung laki-laki tampan yang lahir dari benihnya.Ucapan sang papi menghentikan langkah pemuda yang kecewa karena gagal berkencan dengan wanita seksi.Gilang berbalik badan, kembali menghadap papinya. "Maksud Papi apa?"Laki-laki yang mempunyai lesung pipi itu pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud sang papi. Ia masih saja bersikap seperti orang tidak tahu apa-apa.Dia lupa kalau sang papi orang yang berkuasa, bisa melakukan apapun termasuk mencabut semua fasilitas yang Gilang nikmati saat ini."Kalau Papi mengambil semua fasilitas, termasuk jabatan kamu sebagai CEO di perusahaan FaRiz Group, apa kamu mampu menghidupi dirimu sendiri?" tanya
Terima kasih untuk semua pembacaku yang sudah membaca karya-karya Nyi Ratu. Mohon maaf banget atas segala kekurangan di setiap karya-karyaku.Follow instag*am @nyi.ratu_gesrek untuk info novel terbaru.Sekali lagi terima kasih banyak untuk semua pembacaku tanpa terkecuali.Dan ... untuk nama-nama yang aku sebutkan di bawah ini, tolong hubungi aku di instag*am untuk klaim hadiah. Ada kenang-kenangan dari Nyi Ratu untuk kalian.1. Husna Amri Jihan Alfathunissa2. Pacet Ke Ceupet3. Joko Lelono4. Mythasary5. Lay Kwe Tjoe6. Iah OlehBaru 3 orang yang sudah klaim hadiah, yang belum, aku tunggu sampai ahir bulan ini.Sampai jumpa lagi di karya terbaruku selanjutnya. Salam sayang dari Nyi Ratu untuk kalian semua.
"Bu Naya sudah pembukaan empat." Ucapan sang dokter membuat Gilang dan Mami Tyas terkejut."Benarkah?" Mami Tyas tidak percaya. "Menantu saya mau melahirkan?" Ia kembali memastikan."Iya, Bu," jawab sang dokter. "Dalam beberapa jam lagi dia akan segera melahirkan.""Ya ampun, kalau gitu Mami pulang ya, Lang. Kamu tungguin Naya di sini, Mami mau pulang dulu, menyiapkan keperluan dia," kata sang mami yang terlihat sangat panik. "Dokter, saya permisi dulu ya."Sebelum pergi, Mami Tyas memeluk menantunya. "Sayang, kamu jangan panik ya, tetap berprasangka baik. Semangat! Semangat ya, Cantik." Mami Tyas memberikan semangat pada menantunya, padahal dia sendiri yang panik."Iya, Mi," jawab Naya sambil tersenyum.Naya bertanya kepada dokter setelah mertuanya keluar dari ruangan. "Dokter, apa bayi saya sehat-sehat aja?" Naya takut terjadi sesuatu dengan bayinya karena HPL-nya masih dua minggu lagi dan ia pernah mengalami keguguranNaya terbayang lagi saat kehilangan bayinya membuatnya merasa k
Jam berjalan begitu cepat, Lura semakin sering merasakan tanda-tanda melahirkan. Ia mengelus-elus perutnya yang terasa mulas.“Sayang, kamu mau ke mana?” tanya Evans saat istrinya turun dari ranjang.Aku mau olahraga, Sayang, biar melahirkannya gampang,” jawab Lura sambil berjongkok, lalu berdiri dan berjongkok lagi, begitu terus yang ia lakukan sesuai arahan dokter.“Jangan olahraga! Mau melahirkan kenapa malah olahraga?”“Tidak apa-apa, Pak, memang disarankan seperti itu biar gampang melahirkannya,” kata sang suster.Evans memegang tangan istrinya dan menemani Lura untuk berjongkok dan berdiri. “Sayang udah ya, kamu kelihatan kesakitan gitu, mending tiduran aja,” kata Evans.“Bentar lagi, Mas,” ucap Lura sambil menahan mulas.Keringat sudah bercucuran di pelipis Lura membuat Evans was-was. “Sayang, kamu sakit banget ya?” tanyanya sambil mengusap keringat di dahi Lura. “Udah ya, aku takut bayi kita ngeberojol.”“Iya, Mas.”Evans membantu Lura untuk naik kembali ke ranjang rumah sak
"Bayi Anda sehat, Bu," jawab sang dokter."Syukurlah." Lura merasa lega mendengarnya."Tante mau menghubungi keluarga kamu dulu ya, nanti biar Tante yang nemenin kamu sebelum mama kamu datang.“Loh aku mau dirawat nggak ngelahirin sekarang?"“Tunggu dulu Lura, kamu tunggu di ruang pertama atau ruang observasi untuk tahap pertama, nanti kalau udah waktunya mau melahirkan pindah ke ruang bersalin.”“Iya, Tante, makasih ya, maaf udah ngerepotin.”“Lura, kamu itu sahabatnya menantu Tante, kamu jangan sungkan.”"Iya, Tante," jawab Lura, lalu wanita hamil itu menoleh kepada Dokter Silvi. “Dokter, aku boleh tanya-tanya lagi?”“Boleh, Bu.”“Tante keluar dulu ya.” Mami Tyas keluar untuk menemui menantunya supaya Naya menghubungi keluarga Evans.Mami Tyas lupa memberitahukan kepada Naya kalau ia tidak perlu menghubungi Evans. Naya menghubungi Evans, tapi ponselnya tidak aktif. “Duh Mas Evans ke mana sih? Jadi mules kan gue.” Naya terlihat panik mendengar sahabatnya sudah mau melahirkan. “Gue t
"Gue takut, Nay," jawab Lura pelan sambil menunduk. Lura benar-benar waswas dengan kehamilannya."Takut kenapa?" Naya memiringkan duduknya supaya menghadap Lura."Gue takut bayi gue kenapa-napa kemarin Mbak Hanna melahirkan jauh dari HPL, lah gue udah waktunya belum lahir juga.""Ya ampun Lura, jangan dipikirkan nanti kamu stres. Itu bayi kamu masih terasa nendang-nendang kan? Itu artinya dia baik-baik aja." Naya berusaha menenangkan Lura, padahal dirinya sendiri merasa waswas.Mami Tyas yang duduk di bangku samping kemudi menoleh ke belakang."Lura, jangan dipikirin terus, kamu harus tenang," kata Mami Tyas. "Ayo kita turun, Tante yakin bayi kamu baik-baik aja.""Iya, Tante, aku juga berharap kayak gitu."Naya dan Lura turun dari mobil lalu segera masuk ke dalam rumah sakit."Minggu kemarin, dokter bilang apa?" tanya Tante Tyas kepada sahabat menantunya."Aku nggak kontrol, Tante, minggu kemarin Mas Evans sibuk banget sama kerjaannya. Qenan juga lagi kurang sehat, jadi aku sama Mami
Keesokan paginya Lura bangun pagi-pagi sekali, ia tidak mau Naya mengomel lagi karena terlambat datang ke rumahnya untuk senam hamil."Mas, anterin aku dulu ke rumah Naya ya. Pulangnya sama Mas Bayu sekalian dia jemput Qenan." "Iya, Sayang," jawabnya sambil mencubit pipi istrinya yang semakin berisi. "Kamu jangan capek-capek ya.""Iya," jawab Lura sambil merapikan dasi dan jas suaminya. "Sudah siap, ayo kita sarapan.""Kalau makanan aja nggak ketinggalan." Evans tersenyum melihat istrinya yang sudah berjalan lebih dulu keluar dari kamar.Mereka sarapan terlebih dulu sebelum pergi, setelah sarapan selesai, Evans mengantar Lura ke rumah Gilang, lalu pergi ke kantor."Nay, gue nggak telat kan?" tanya Lura kepada sahabatnya."Instrukturnya juga belum datang," kata Naya.Lura dan Naya duduk di teras depan menunggu sang instruktur senam hamil sambil mengobrol santai."Nay, HPL lo kapan?" tanya Lura."Perkiraan enam minggu lagi, tapi melihat Hanna melahirkan lebih cepat dari HPL, gue jadi w
"Aku mau ke toilet, Mas," jawab Lura. "Ayo buruan, aku udah nggak tahan ini.""Aku kira kamu mau melahirkan," kata Evans sambil terkekeh. "Ya udah kita balik lagi ke kamar Kakak ipar aja lebih dekat.""Ya udah yuk!" Lura dan Evans kembali ke ruang perawatan Hanna.Lura masuk tanpa mengetuk pintu membuat kaget semua yang ada di dalam ruangan. Wanita hamil itu langsung masuk ke kamar mandi tanpa mengatakan satu patah kata pun."Pelan-pelan, Lura!" teriak sang nenek melihat cucunya yang sedang hamil tua berjalan cepat menuju toilet."Lura kenapa?" tanya Mama Riska pada menantunya."Kebelet, Ma.""Anak itu pasti makan sambal terus deh. Udah dibilangin Jangan makan pedas dulu." Mama Riska menggerutu sambil menunggu anaknya keluar dari toilet.Beberapa menit kemudian Lura keluar dari kamar mandi. "Ah leganya.""Lura, kamu jangan kebanyakan makan pedes, kasihan anakmu. Makan makanan yang bergizi biar anak kamu sehat." Mama Riska langsung mengomel kepada anaknya."Aku nggak makan pedas kok,"
"Nenek gendongnya sambil duduk ya," kata Haris sambil melangkah menuju sofa."Baiklah, Nenek duduk." Sang nenek mengikuti Haris dan duduk di sofa, lalu Haris menyerahkan anaknya kepada sang nenek."Masa Nenek aja dikasih gendong adik bayi, tapi aku nggak. Aku kan lebih kuat dari Nenek." Lura mendekati sang nenek dan duduk di sampingnya."Kamu nggak sadar, perutmu membuncit kayak gitu, nanti anak saya mau ditaruh di mana, kamu sendiri aja susah duduknya." Lagi-lagi Haris mengejek adiknya.Lura mendelikkan matanya dengan sinis kepada kakaknya. "Dasar pelit," gumamnya."Sayang, kita juga kan bakalan punya anak. Kayak anak kita lebih banyak, perutmu gede banget." Evans mengusap-usap perut istrinya sambil tersenyum. "Nanti kakakmu jangan diizinin gendong anak kita," ucapnya setengah berbisik."Kamu juga sama aja meledekku terus. Kita kan udah pernah USG, bayi kita cuman satu." Lura memukul lengan suaminya."Aku cuma bercanda." Evans mengacak-acak rambut istrinya."Lura sebaiknya kamu pulan
"Kalian di mana?" tanya Pak Hartono kepada menantunya."Di jalan mau ke rumah sakit, Pa," jawab Evans."Di jalan? Memangnya kalian dari mana? Kenapa lama sekali sampainya? Mama dan Papa udah sejak tadi di rumah sakit." "Iya, Pa, bentar lagi kita sampai. Ini kan kita bawa ibu hamil dua orang, jadi bawa mobilnya pelan-pelan.""Ya sudah hati-hati!" Pak Hartono menutup teleponnya dan memberitahukan kepada sang istri kalau anak dan menantunya masih dalam perjalanan."Syukurlah kalau mereka baik-baik aja." Mama Riska sedikit merasa lega Lura dan suaminya dalam keadaan baik-baik saja.Beberapa detik kemudian Bayu menghampiri keluarga majikannya. "Maaf, Tuan, saya abis beli kopi dulu di kantin. Apa Anda udah dari tadi?" tanya Bayu sambil membawa cup berisi minuman hangat. "Nggak apa-apa, Bayu," jawab Mama Riska. "Apa Haris di dalam ruangan bersalin?" "Iya, Nyonya. Bos ikut ke dalam," jawab Bayu. "Oh ya Tuan, apa Anda ingin minum kopi?" Bayu tidak enak hati minum kopi sendirian."Tidak, te