Mobil Bram melipir ke daerah Senayan City, Bram sendiri tanpa supir seperti biasanya kalau dia ingin hunting gadis belia. Masuk Valet parking Bram langsung tinggalkan mobilnya, Rubicon hitam dengan pelat nomor B 12 AM.
Bram menuju lift untuk naik kelantai 3, begitu pintu lift terbuka keluar seorang gadis belia yang dia cari selama kurang lebih satu tahun belakangan, di luar dugaan Bram dia bisa ketemu lagi dengan Asha, gadis yang pernah mengajaknya menikah.
"Kaget ya om ketemu Asha disini?" tanya Asha. Asha langsung tarik tangan Bram, Bram begitu canggung di keramaian Mall, Asha tetap cuek.
"Eh.. kamu jangan bikin malu om dong," tegur Bram pada Asha
"Kalo gak mau malu om harus biasa-biasa aja, jangan canggung gitu om." ujar Asha. "Yaudah kita cari restoran yang agak tertutup ya, biar om aman," lanjut Asha
Bram benar-benar salah tingkah dibuat Asha yang begitu agresif. Dia tidak menyangka kalau bisa ketemu lagi dengan Asha, setelah kurang lebih satu tahun dia mencari Asha.
Asha membawa Bram kesebuah restoran dilantai 5, yang suasananya tidak terlalu ramai. Bram masih belum terasa aman dengan situasi di restoran tersebut.
"Disini om aman kan? tenang aja om gak ada yang tahu kok," Asha mencoba menenangkan Bram
"Asha.. kamu mau apa ajak om kesini? ada perlu apa? bisa gak kita bicara di mobil aja?" tanya Bram
"Tenang aja om, aku gak mau minta apa-apa kok, om sudah sangat baik sama aku, aku cuma mau bilang.." belum selesai Asha bicara sudah di potong Bram
"Bilang apa Asha? Ayo ngomong aja.." desak Bram penasaran
"Aku cuma mau bilang, anakku mirip om kok.." jawab Asha
Muka Bram langsung berubah pucat, dia langsung pelankan volume suaranya,
"Kamu serius Asha? kamu bilang kemarin mau nikah sama yang sudah menghamili kamu?"
"Ya aku gak bohong om, aku memang mau nikah sama orang yang hamili aku dan orang itu adalah om, tapi om nya yang gak mau."
"Jadi!!? Kamu gak jadi nikah dong?"
"Ya gaklah, om gimana sih? gak ada orang lain selain om, gimana aku mau nikah. "
"Jadi kamu gak safety ya? Saat kita lakukan itu?" tanya Bram dengan serius
"Ya gaklah om, aku aja belum ngerti soal itu kok!!"
Bram udah speechless, dia gak tahu lagi mau ngomong apa, di luar dugaannya selama mereka berhubungan, Asha tidak pernah menggunakan kontrasepsi, dia merasa di jebak sama Asha. Sementara Asha terlihat begitu tenang menghadapi situasi itu.
"Om selama ini cari kamu Asha, om kepikiran soal kehamilan kamu, om telepon kamu, tapi hape kamu sudah gak aktif," ujar Bram
"Udah.. om gak usah panik, aku sengaja menghindar dari kehidupan om, aku gak mau bebanin om, aku bisa hidupin anakku sendiri kok,"
"Asha.. kamu gak usah kuatir, kamu asuh aja anak itu, kebutuhannya om yang akan penuhi,"
"Kebutuhan anaknya aja, atau kebutuhan ibunya juga nih..?" canda Asha
"Yaudah pokoknya asal kamu bisa jaga rahasia ini ya, om pasti akan cukupkan buat kamu dan anak kita" jawab Bram
"Nah.. gitu dong, itu baru om Bram namanya, yaudah om aku duluan ya, kantor masih di alamat yang sama kan om?"
"Masih Asha, tapi kamu jangan ke kantor ya, telepon om aja kalau kamu ada perlu, ini nomor telepon om," Bram memberikan nomor ponselnya pada Asha, Bram juga juga simpan nomor ponsel Asha.
Asha sangat pandai bikin Bram cemas, sehingga dia menyanggupi untuk memenuhi tanggung jawabnya. Bagi Bram bertemu Asha itu seperti pucuk di cinta ulam tiba, setelah sekian lama dia mencari-cari Asha, akhirnya ketemu juga secara tidak sengaja.
Setelah Asha pergi, Bram masih diam terpaku, dia gak begitu menyangka akan ketemu Asha di Sency. Bram benar-benar gak habis pikir dengan dirinya sendiri. Baru aja mau cari gebetan baru, udah kejeblos kelobang yang lama.
Mobil Bram meluncur keluar dari area Sency, Bram mengarahkan mobilnya menuju Permata hijau. Baru saja sampai Patal Senayan ada panggilan masuk di poselnya,
"Ya Sha.. kenapa lagi?" Bram terlihat sangat panik
"Gak om cuma mau mastiin aja kalau nomor hape om benar atau enggak, bye om."
Mobil Bram sudah memasuk jalan menuju Permata Hijau, pas dilampu merah dekat lintasan kereta dia berhenti sejenak, karena ada kereta lewat. Bram masih ingat dengan kata-kata Asha, "anakku mirip om kok.."
Padahal Bram sudah tidak pusing lagi dengan anak-anaknya yang sudah pada dewasa, sekarang dia harus ngurus dan membesarkan bayi lagi. Anaknya hasil hubungannya dengan Asha yang dianggapnya sebagai sebuah kecelakaan.
Bram masih terbayang-bayang dengan Asha, setelah punya anak, Asha semakin menarik dalam pandangannya. Asha terlihat semakin cantik dan sintal, tubuhnya lebih berisi, terlebih lagi dalam keadaan menyusui, jadi dada Asha terlihat sangat menarik pandangannya.
Bagi Asha bertemu kembali dengan Bram, dia seperti menemukan ATM nya yang selama ini hilang. Asha sangat percaya dengan omongan Bram, mau membiayai semua kebutuhan dia dan anaknya, karena Bram sekalipun belum pernah membohonginya.
Bram dan Asha sudah membuat janji untuk kencan, sembari membahas kebutuhan Asha dan anaknya. Bagi Asha ketemu dengan Bram adalah harapannya selama ini, agar anaknya ketemu dengan ayah biologisnya. Apa lagi Bram sudah menyanggupi untuk bertanggung jawab.
Bersambung..
Bram sudah siap-siap, dan penampilannya lebih sporty seolah-olah ingin mengimbangi penampilan teman kencannya. Bram terlihat begitu happy, Petty anaknya melihat penampilan Bram, langsung godain Bram,"Tumben pap ngantor dandanannya kayak om senang gitu," Goda Petty anaknya"Masak sih? kamu ada-ada aja, kan papa biasa kalau mau ketemu klien di luar dandanannya santai," Bram mesem-mesem gitu membalas candaan Petty"Awas pap.. ntar ada ABG yang nyantol lho, umur sih boleh tua, tapi ABG demennya om-om kayak papa gitu deh," canda petty lagi sambil cengengesan."Udah ah, papa jalan dulu ya, mau ke Ritz Carlton meeting sama klien disana." Bram langsung ngeloyor keluar rumah."Okey pap, ati-ati ya.. jangan lupa pulang," Petty kembali godain Bram.Bram langsung masuk mobilnya yang sudah standby di halaman, Bram menyetir sendiri tanpa di supiri. Sudah menjadi kebiasaannya kalau ada janji kencan selalu gak di supiri. Mobil Bram tidak menlun
"Om sudah pikirkan semua, kamu dan Brama akan om bikinkan Asuransi, jadi kalau ada apa-apa kalian sudah aman.""Om Bram gak buru-buru pulang kan? Asha masih kangen nih sama om," Asha terus menggoda Bram."Ya gaklah sayang, tadikan baru ronde pertama, om tahu kamu mana mau kalau cuma satu ronde."Asha mencubit dada Bram dengan gemas, dan Bram kembali merengkuh Asha dalam pelukannya. Dua mahluk Tuhan yang beda usia ini kembali tenggelam dalam Asmaradhana. Bram kembali mencoba untuk memimpin pertandingan, Asha juga sudah berusaha untuk menikmati hubungan tersebut, namun Bram lagi-lagi belum bisa menuntaskan permainan dengan baik.Asha berusaha untuk memperlihatkan pada Bram, bahwa dia baru saja menikmati sebuah permainan yang luar biasa, dia seolah-olah baru terpuaskan oleh Bram, reaksi yang diperlihatkan Asha itu membuat Bram merasa sebagai pemenang, meskipun dia tahu kalau dia tidak menuntaskan permainan dengan semestinya."Terima kasih
Bram dan Asha sudah berada di sebuah apartemen di bilangan Slipi, Jakarta. Bram sudah siapkan semua kebutuhan Asha, juga perlengkapan kamar Brama. Sambil terus memeluk Asha, Bram menjelaskan kalau Babysitter untuk Brama pun sudah ia sediakan."Gimana kamu suka gak dengan apartemen ini?" tanya Bram. "Besok kamu sudah bisa pindah kesini sama Brama, sebentar lagi Marchel datang sama babysitter." lanjut Bram"Terima kasih Om, gak nyangka semua cepat banget dipenuhi." Asha mencium Bram sebagai ucapan terima kasih."Kamu dan Brama harus bahagia, om pilih apartemen ini agar gak jauh dari permata hijau rumah om, kamu sendiri kamarnya ya, kamar satunya buat babysitter dan Brama." jelas Bram"Aku satu kamar sama om ya?" canda Asha dengan manja."Ya, kalau om lagi kesini ya, makanya om cari apartemen yang agak besaran."Bell pintu berbunyi, Asha buru-buru b
Marchel menjemput Asha dan Brama di rumahnya, namun kali ini Marchel agak dingin terhadap Asha. Perubahan sikap Marchel tersebut membuat Asha merasa aneh, karena awalnya Marchel sangat pecicilan terhadap Asha.Asha yang selama ini tinggal dengan bibinya pamit untuk pindah, Asha mengaku sama bibinya Marchel adalah calon suaminya yang punya apartemen."Bi ... kenalkan ini Marchel calon suami Asha.." Mendengar pengakuan Asha tersebut Marchel agak kaget, namun kekagetan itu tidak ia perlihatkan."Oo ini orang yang kamu ceritakan kemarin Asha, bibi titip Asha ya ... dia ini anak yatim piatu, orang tuanya sudah gak ada.." Cerita bibi Asha pada Marchel."Ya bi, saya akan jaga Asha da
"Maaf ya mas, aku sudah salah menilai kamu.." ujar Asha sambil menatap Marchel yang ada di depannya"Salah menilai kenapa Asha?" tanya Marchel dengan heranMereka berdua saling pandang, namun Marchel mengalihkan pandangannnya, pandangan Asha begitu menggetarkan hatinya. Baru kali ini Marchel merasakan ada wanita yang memiliki daya tarik memang sesuai dengan seleranya, namun dia sadar kalau Asha kekasih bosnya. Asha belum menjawab pertanyaan Marchel.Marchel pamit ke toilet dan Asha masih duduk di ruang tamu. Asha masih bertanya-tanya dalam hatinya tentang perubahan sikap Marchel yang begitu drastis.Setelah dari toilet, Marchel bertanya pada Asha:"Kita pesan makanan online aja
Di depan pintu berdiri sosok Bram memandang ke arah Marchel dan Brama dengan dingin. Asha dan Marchel langsung bersujud di kaki Bram, dengan bijaksana Bram meminta Asha dan Marchel berdiri."Marchel, Asha ... berdirilah, tidak perlu kalian bersujud di kaki saya, semua bisa kita bicarakan," ujar Bram dengan bijakAsha langsung peluk Bram sambil menangis dan meminta maaf, sementara Marchel terpaku diam dengan perasaan bersalah."Om ... maafin Asha ya, apa yang om lihat tidak seperti itu kejadian sebenarnya." ucap Asha penuh penyesalan"Sudahlah Asha, nanti saja kamu jelaskan, Marchel kamu boleh pulang, besok kita bicara di kantor.""Siap pak!! Terima kasih pak, saya pamit.." Marchel la
Di ruang kerja Bram, Marchel terlihat dalam perbincangan yang serius dengan Bram. Sebagai sosok yang gentlemen, Marchel tetap bersikap tenang, dia tahu kalau dalam posisi yang salah, dan siap mengakui kesalahan. Bram pun tidak dengan emosi menghadapi Marchel, karena dia sudah cukup mengenalattitudeMarchel, yang merupakan orang kepercayaannya."Jadi kamu sudah mengerti ya kenapa kamu saya suruh menghadap saya hari ini?" tanya Bram. "Saya sangat menghargai kejujuran kamu selama ini, dan saya sangat yakin kamu masih memegang teguh kepercayaan saya.." lanjut Bram dengan sikap kebapakan"Sangat mengerti pak, dan saya siap menerima resiko apa pun dari kesalahan saya." Marchel benar-benar bersikap apa adanya, dan pasrah menerima apa pun dari Bram."Kamu tahu apa kesalahan
Begitu sampai, Asha yang membukakan pintu, Marchel langsung peluk Asha. Asha merasa ada sesuatu yang aneh dari Marchel seperti tidak biasanya."Tumben kamu mas peluk aku? ada apa nih?" tanya Asha heran"Aku senang Sha ...pak Bram gak marah sama aku.." jawab Marchel dengan sumringah"Serius kamu mas? Kemarin sih aku bilang apa adanya soal kamu..""Brama mana? Aku mau gendong dia Asha..""Ada angin apa nih? Kok kamu tiba-tiba ingin gendong Brama?""Kalau seandainya aku gendong kamu aneh gak?" Marchel mulai menggoda Asha."Emang kamu berani gendong isteri bos kamu?" Balas Asha sambil
"Papa sudah senang kita bisa berkumpul kembali seperti sekarang ini, Papa gak mau nanti, gara-gara pekerjaan itu kita kembali terpecah." Jawab Yanuar"Papa kamu benar Sha, kadang-kadang apa yang Papa kamu bilang itu bisa terjadi, karena Papa kamu itu sangat tahu karakter Mama." Ujar Melissa."Tapi kan udah pada tua pastinya sudah banyak berubah Ma, masak sih mau ribut melulu, Asha sih cuma ingin Papa dan akur." Ujar Asha.Asha mencoba untuk menengahi, dia merasa kalau Melissa dan Yanuar sama-sama keras, makanya dia jadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya."Kita tetap seperti sekarang ini saja, Papa sih tidak ada persoalan dengan pekerjaan, Papa sangat senang melihat kita bisa kumpul seperti ini, Papa sama Mama akan baik-baik saja Sha." Ucap Yanuar"Tapi kan sekarang ini Papa dari Nol lagi, mulai dari bawah lagi, Asha ingin Papa juga punya kedudukan yang cukup penting." Jelas Asha"Soal keinginan kamu itu gampang Sha, Papa akan pi
"Sebajingannya Papa, gak sampai hati lah Papa berperilaku seperti itu, Mama kamu itu sangat kenal Papa." Ujar Yanuar.Melissa yang mendengarkan penjelasan Yanuar, tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Aku sih awalnya sempat percaya dengan isu itu Yan, aku tahu walau pun kamu tidak baik-baik amat, tapi tidak mungkin sampai melakukan itu, apa lagi kamu tahu kalau kamu punya anak perempuan." Timpal Melissa."Itu dia Mel, aku sangat tahu itu.. aku juga gak mau anak perempuan aku diperlakukan seperti itu." Jawab Yanuar.Marchel dan Asha saling pandang mendengar penjelasan Yanuar, yang sangat takut kalau anak perempuan satu-satunya, mengalami hal seperti itu. Pada kenyataannya, anaknya sudah menerima nasib seperti itu."Terus sekarang gimana Yan? setelah kamu terbebas dari fitnah itu? Kan harusnya kamu kembali rukun sama isteri dan anak-anak kamu?" Tanya Melissa."Biarlah.. aku lebih senang ada di antara kalian, aku ingin men
Usaha Asha untuk mempertemukan kedua orang tuanya tidak sia-sia. Melissa mau menerima kedatangan Yanuar, setelah di desak Asha. Yanuar mendatangi Melissa di Mells Residents, dalam pertemuan itu juga ada bi Hana.Seharusnya ini adalah sebuah pertemuan yang dramatis, antara Melissa dan Yanuar, setelah selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu. Namun pertemuan itu di respon dengan dingin oleh Melissa, tangannya terbuka, tapi hatinya tetap tertutup.Asha menyambut Papanya dengan pelukan hangat, dan Yanuar pun membalas pelukan Asha dengan penuh kasih sayang,"Alhamdulillah.. akhirnya Papa datang juga." Ucap Asha sambil cium tangannya dan memeluk Yanuar."Kalau kamu yang minta, Papa pasti datang sayang.. Papa gak mau kamu kecewa." Ucap Yanuar penuh kehangatan.Asha mengajak Yanuar duduk di ruangan tamu, dan disambut oleh Marchel yang ada di ruang tamu dengan Brama. Marchel pun cium tangan Yanuar, dan mengajak Brama untuk cium tangan pada
Marchel menceritakan panjang lebar soal Yanuar, berdasarkan penjelasan Bram, yang merupakan kakak dari isteri Yanuar. Marchel menjelaskan juga, kalau Yanuar hanya kena fitnah. Yanuar sama sekali tidak terlihat hubungan asmara dengan Petty, semua hanya kesalah fahaman.Marchel menjelaskan apa yang dikatakan Bram padanya, "Pak Bram bilang, tidak terjadi apa-apa antara Petty sama Papa, menurutnya Papa tetap memperlakukan Petty sebagai keponakan, itu yang diceritakan Petty pada pak Bram dan pak Bram mempercayai cerita Petty." Ujar Marchel."Masih menurut pak Bram, beliau sudah kasih tahu tante Ratih.. dan Papa akan kembali ke keluarga Papa." lanjut Marchel.Mellisa mendengarkan apa yang dikatakan Marchel. Marchel terus cerita tentang apa yang diketahuinya tentang Yanuar, baik dari Bram atau pun dari Yanuar sendiri."Kalau penjelasan Papa juga sama Ma, Papa cuma kena fitnah, Papa menganggap Petty sebagai keponakan, sehingga Petty juga diperlakuka
Sampai di kamar Melissa, Marchel dan Asha menceritakan tentang kabar baik untuk Yanuar. Melissa tanggapannya biasa datar saja, tidak ada respon yang berarti. Melissa seakan-akan tidak peduli dengan masalah Yanuar, sehingga Asha bingung dengan sikap Melissa,"Ma.. kan Papa sudah dinyatakan pak Bram tidak bersalah, jadi gak usah negatif terus dong sama Papa." Ujar Asha."Mama tidak berpikiran negatif Sha sama Papa kamu, Mama cuma tidak terlalu peduli aja, karena Mama sudah sangat kenal karakter Papa kamu." Jelas Melissa."Tapi kan orang gak selamanya jelek Ma, coba deh Mama bisa lentur sedikit sama Papa, Asha cuma ingin Mama mau ketemu Papa.. pliiis deh Ma, untuk memperbaiki silaturahmi aja." Pinta Asha."Okey.. bisa saja Mama mau ketemu Papa kamu, tapi ingat! Jangan kamu paksa Mama untuk bersatu kembali sama Papa kamu!!" Tegas Melissa.Marchel dan Asha saling berpandangan,l mendengar jawaban Melissa, seakan-akan Mellisa sudah menutup p
"Iya Sha.. syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, setidaknya mengurangi rasa bersalah saya terhadap kamu." Ujar Bram"Pak Bram sudah cukup bijak dalam hal ini, saya dan Asha sangat memaklumi posisi bapak, tapi ya.. seperti inilah jalan yang Tuhan berikan." Tambah Marchel"Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian, saya hampir frustasi menghadapi masalah Petty, saya memang harus selesaikan masalahnya.""Pak Bram sudah amanahkan pada saya untuk menjaga Brama, In Sha Allah saya akan jaga amanah itu pak.""Terima kasih cel.., terima kasih Asha, atas pengertian kalian, kalau gitu saya moon pamit ya." Ucap BramSetelah Bram pulang, Marchel dan Asha tidak buru-buru naik ke kamar, mereka masih ngobrol soal deposito untuk Brama."Deposito itu biarkan saja utuh seperti itu, tidak usaha dicairkan." Saran Marchel"Kenapa mas? Kan bisa dimanfaatkan untuk Brama?" Tanya Asha"Gak usaha.. biarlah kebutuhan Brama tanggungan aku Sha, itu bisa dia
Ada perasaan bersalah dalam diri Bram terhadap status Brama. Dia merasa perlu untuk menegaskan tanggung jawabnya terhadap Brama, yang selama ini tidak terlalu dipersoalkan Asha dan Marchel. Namun, semakin besar Brama, maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya.Bram mengajak Asha dan Marchel untuk bertemu, Marchel mengatur pertemuan tersebut di Mells Residents, karena kebetulan Marchel dan Asha sedang berada disana. Asha yang selama ini sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan, akhirnya menghargai niat baik Bram.Seperti biasanya, mereka bertemu di Lounge yang ada di Mells Residents. Bram membuka pembicaraan lebih dulu, "Asha.. sebetulnya ini sudah saya siapkan sejak lama, cuma baru hari ini saya sampaikan pada kalian." Ujar Bram"Tentang apa ini Om? kalau boleh saya tahu?" Tanya Asha"Ini soal tanggung jawab saya pada Brama, yang selama ini menjadi tanggung jawab kalian." Ujar Bram. "Saya mempersiapkan deposito untuk Brama, senilai 3 milliar." Lanjut Bram
"Justeru karena aku percaya kamu mas, makanya aku minta kamu jujur sama aku."Marchel mendekati Asha dan memeluknya dari belakang, "Terima kasih ya sayang.. kamu sangat mengerti aku, aku cuma ada kamu Sha, tidak ingin ada yang lain." Rayu MarchelMarchel merasa lega menceritakan semua masalahnya dengan Alexa pada Asha, dan sudah tahu seperti apa Asha akan menyikapi masalah tersebut."Kalau ada masalah apa pun mas, segera kasih tahu aku mas.. aku tidak ingin ada yang disembunyikan." Ujar AshaMarchel mengajak Asha ke dalam, karena hari sudah menjelang maghrib. Marchel memeluk pingga Asha sambil berjalan menuju kedalam rumah. Marchel mengatakan pada Asha kalau dia sangat bahagia dengan sikap yang diperlihatkan Asha."Aku tuh udah gak mau meributkan hal yang gak penting mas.. aku mau bahagia bersama kamu." Ucap Asha"Aku juga gitu Sha, masa depan kita masih panjang, gak mau dirusak oleh masalah sepele."Marchel dan Asha nimbrung deng
Naluri seorang isteri kadang begitu tajam, bisa merasakan apa yang sedang di derita suaminya. Asha mengajak Marchel bicara berdua di taman belakang rumah Pondok Indah.Asha bisa melihat dari raut wajah Marchel yang menyimpan persoalan, dia membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Sejak kemarin aku merasakan ada yang mas sembunyikan.. bisa gak mas cerita?" Pinta Asha dengan lembut.Marchel yang duduk di sebelah Asha mencoba merangkul Asha, "Gak ada yang aku tutupi Sha, aku gak ada persoalan kok." Rayu Marchel"Mas.. aku ini sudah banyak berubah lho, aku ingin tidak ada yang kamu sembunyikan, dan aku tidak akan marah kalau kamu ceritakan, sekalipun pahit ceritanya." Pancing AshaLama Marchel terdiam mendengar kebesaran jiwa Asha, yang ingin Marchel terbiasa dengan keterus terangan, " Memang tadinya ada masalah Sha, tapi hari ini sudah aku selesaikan.. semoga saja tidak ada lagi masalah baru." Jawab Marchel."Kan lebih bagus mas ceritaka