Beranda / Romansa / Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik / Bab 168. Kecurigaan Teman Sekantor

Share

Bab 168. Kecurigaan Teman Sekantor

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di Tekno In Tower, lantai 20.

“Deska kirimkan semua file yang kamu punya, saya mau menggabungkannya dan ingin melihat tingkat keberhasilannya.” Miko memberikan perintah pada Deska.

Suasana di tempat ini walau sibuk tetapi cukup santai, yang mereka tahu kalau Miko sedang cuti, tetapi hari ini dia sengaja masuk di saat cuti yang dia ambil agar proyek mereka ini bisa tetap ada yang mengawasi saat Elvan tidak ada.

“Pak Miko, untuk bagian Diva–”

“Biar saya yang kerjakan.” Miko memotong cepat ucapan Deska tanpa melihat ke arah wanita itu. Deska hanya mengangguk mengerti.

“Baik, Pak," jawab Deska tanpa bantahan sedikitpun.

Namun, Reni yang ada di sana malah mengerutkan keningnya, heran. Kebetulan, saat itu Reni berada di meja Deska untuk meminta tanda tangan di dokumen miliknya. Wanita itu lalu mengalihkan pandangnya ke arah Miko yang masih terlihat serius di depan layar komputer, seolah pekerjaan Diva bukan masalah.

Saat kembali ke meja kerjanya, Reni kembali berpikir. ‘Sebenarnya … Diva ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 169. Mari Kita Bicara Diva

    Diva yang baru keluar dari kamar kecil ini mengernyitkan keningnya melihat ke arah Elvan yang saat ini sedang bersedekap melihat ke arahnya. “Kenapa liatin begitu?” tanya Diva “Kamu penasaran sama Miko?” Elvan menyipitkan sebelah matanya memberikan tekanan pada kata-kata Miko. Hal ini membuat Diva makin memperdalam kerutan yang ada di keningnya. “Maksudmu apa?” “Ini,” Elvan berkata dengan menunjukkan ponsel milik wanita itu. Diva segera meraihnya, melihat isinya. “Aku tidak sengaja melihatnya saat pop up notifnya muncul.” Elvan berkata dengan melihat tajam ke arah Diva. “Apa itu yang bikin kamu kesel tadi? Karena kamu gak tahu Miko itu orangnya seperti apa?” Elvan kembali melihat ke arah Diva dengan tatapan penuh menyelidik. Diva lalu melihat ke arah pria itu dan tersenyum. “Kamu cemburu?” “Menurutmu saja?” Elvan mengalihkan pandangnya, wajahnya ditekuk kesal. “Wow, ternyata ekspresimu ini sangat menarik kalau sedang cemburu.” Diva lalu tersenyum dan menangkupkan kedua tanga

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 170. Pembicaraan dengan Marissa

    Diva mengikuti Marissa dari belakang, dia sengaja menyuruh wanita itu berjalan lebih dulu, sesampainya di taman belakang yang ada di rumah sakit ini, Marissa menghentikan langkahnya dan berbalik badan melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam “Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan padaku,” Diva berkata datar dan jelas dia juga membalas tatapan tajam yang diberikan oleh wanita itu padanya. “Aku tidak tahu apa kamu mendengarkan percakapanku dengan Elvan tadi atau tidak, tapi yang jelas aku akan mengatakan padamu kalau lebih baik kamu menjauhi Elvan sekarang juga.” Marissa berkata dengan intonasi yang penuh penekanan. “Kenapa harus aku menjauhkan diri dari Elvan? Ini sangat tidak beralasan.” Diva menjawab dengan tenang, walaupun dalam hati rasanya ingin sekali dia berteriak di depan Marissa. “Kenapa kamu bilang?” Marissa membesarkan matanya dan mendekati Diva dengan tatapan kesal, tetapi Diva masih diam saja, dia belum akan melakukan tindakan apapun sekarang ini. “Apa kamu tidak

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 171. Jalur Koneksi Mana?

    Diva masuk ke ruang perawatan Elvan, di sana dia melihat Elvan menonton televisi dengan berita ekonomi. ‘Benar-benar seorang pekerja keras,’ batin Diva. “Van, kamu gak istirahat tidur misalnya? Bukannya tadi dokter bilang setidaknya kamu harus istirahat yang banyak agar cepat pulih dan–” “Tadi Marissa datang ke sini,” potong Elvan cepat membuat Diva langsung terdiam. “Dia datang ke sini saat kamu keluar.” Elvan kembali berkata pada Diva. “Lalu?” Diva bertanya dengan tenang. “Dia mengatakan kalau dia akan membantu menyelidiki kasus penyerangan terhadapku dan dia sangat yakin kalau semua bukti yang dia bawa itu merujuk pada Anggala.” Diva hanya mendengarkan saja. Dia juga tahu tentang hal itu, tadi dia turut mendengarkan, walaupun ada beberapa bagian yang tidak terdengar jelas dari luar tetap saja intinya pasti sama. “Dan dia ….” Elvan menggantung kalimatnya. “Dia kenapa?” tanya Diva lagi. “Aku tidak tahu apa aku harus mengatakan hal ini padamu atau tidak, tapi sepertinya kalau

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 172. Kabar Baik

    Diva terdiam saat Reni menyebut nama Elvan.“Memangnya kenapa dengan Pak Elvan?” tanya Diva.“Itu … masalah gosip Pak Elvan kemarin, yang melibatkanmu sekarang bukannya meredam malah makin membesar, makanya kubilang besok saja kita ceritanya.” Reni berkata dengan menghela napas berat.Diva melihat ke arah Elvan dan pria itu hanya menaikkan kedua bahunya.“Ck!” Diva mendecakkan lidahnya, karena sedikit kesal.“Maaf, Div, aku gak maksud untuk–”“Tidak-tidak, aku tidak kesal denganmu kamu jangan salah sangka. Besok ceritakan semuanya padaku, okay!” Diva berkata dengan cepat.“Baiklah kalau begitu.”“Eh, Ren, sudah dulu ya, aku ada panggilan masuk lainnya.” Setelah mengatakan hal itu, Diva memutuskan sambungan telepon Reni.Kali ini ayahnya yang menghubunginya.“Aduh, lupa nanya sama Prisya lagi dia kasih alasan apa ke ayah,” gumam Diva saat melihat label penelpon itu.Ada keraguan untuk menerima panggilan itu.“Terima saja Diva, nanti kalau tidak diangkat, ayahmu itu malah khawatir,” sara

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 173. Sedikit Empati

    Tidak hanya Elvan yang terkejut mendengar ucapan Prisya itu, tetapi juga Diva. Mereka saling lempar pandang dan heran. “Obat terlarang?” Elvan berkata heran. “Ya! Sebenarnya dia mau kabur ke luar negeri hari ini, mungkin ini saran dari Fredy juga, tapi waktu saya berusaha untuk mencari cara agar dia tidak bisa pergi, polisi malah mendatanginya dan membawanya ke kantor polisi karena ternyata katanya dia terlibat kasus peredaran obat terlarang dengan bandar besar yang saat ini sudah ada di luar negeri.” Prisya menjelaskan panjang lebar.Napas Elvan tertahan saat mendengar keterangan dari Prisya, ada rasa tidak percaya di sana. “Kamu yakin Anggala melakukan itu?” tanya Elvan datar. “Maaf, Pak, kalau ini saya tidak tahu fakta yang sebenarnya, tapi menurut saya ini hal yang menguntungkan untuk pihak kita, karena kita tidak perlu cari cara untuk menahannya agar tidak kabur. Dan juga, kita tinggal menambahkan kasus kita padanya juga. Kali ini bukannya dia benar-benar selesai?" Suara Pris

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 174. Keputusan Elvan

    Alisha melihat Elvan yang sedang menghela napas dalam setelah menerima telepon itu. “Kak Fredy menghubungi kakak pasti akan bicara tentang Anggala, kan?” Elvan hanya mengangguk lemah.“Lalu kenapa kakak tidak mau menemuinya?” tanya Alisha lagi.Kembali Elvan menarik napas berat. “Perlu keadaan yang tenang untuk menemui Fredy, karena saat kita tergesa-gesa, semuanya bisa berantakan. Fredy ini bukan orang yang mudah dihadapi, kamu juga tahu dia termasuk salah satu pengacara muda yang mana kasus yang dipegangnya 90% selalu sukses. Sampai sini kamu mengerti kenapa kakak harus menundanya?” Pertanyaan Elvan membuat Alisha mengangguk mengerti, sedangkan Diva hanya diam. Sedari tadi wanita itu hanya memperhatikan saja.“Kak, mama mungkin nanti tidak ke sini, karena ada urusan dengan nenek terkait acara ulang tahun perusahaan kita.” Alisha mengalihkan pembicaraan mereka.“Tidak masalah, dokter sudah bilang kalau keadaannya cukup bagus kakak mungkin bisa pulang dengan cepat. Bisa besok atau ma

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 175. Awal Interogasi

    Keesokan harinya. Diva sudah ada di lobi kantor pagi sekali, sengaja dia datang cepat ke kantor, disamping dia pergi dari rumah sakit yang jaraknya cukup dekat dari gedung ini, dia hanya ingin tahu lebih tentang apa yang ingin dibicarakan oleh Reni kemarin. Benar saja, seperti dugaan Diva sebelumnya kalau ternyata Reni sudah duduk manis di meja kerjanya sambil berdandan. “Pagi Reni!” sapa Diva dengan ramah, bawaan Diva terlihat sangat santai agar tidak terlalu kelihatan kalau dia menantikan gosip darinya. “Hei! kamu sudah datang, Div?!” Reni merespon dengan sedikit berlebihan dan menghentikan ativitasnya. “Iya dong!” Diva menjawab. Dia sebenarnya ingin sekali langsung bertanya pada wanita itu, tapi ada sedikit rasa gengsi yang harus dia jaga. Reni dengan cepat menyambar semua alat make-upnya dan memindahkannya ke meja Diva, lalu menarik kursi kosong dan duduk di dekat Diva sekarang. Benar saja tebakan Diva, kalau Reni pasti akan mendatanginya dan memulai cerita! “Div, aku mau ta

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 176. Siapa Vanvan?

    Diva jelas terlihat sangat gugup saat ini, dia ingin mengatakan yang sesungguhnya, bukankah lebih baik orang lain tahu saja sekalian? Toh, sepertinya di kantor ini sudah banyak juga yang tahu tentang hubungannya, walaupun dia berusaha serapat mungkin menyembunyikannya. “Pagi semua!” Suara Farel terdengar nyaring, lalu pandangannya terhenti saat melihat Diva dan Reni yang sedang bersama di pojok ruangan, kebetulan memang meja Diva terletak di agak sudut tempat ini. “Diva! Kamu masuk hari ini?” Suara Farel terdengar cukup besar. Diva hanya tersenyum melihat ke arahnya lalu pandangannya kembali melihat ke arah Reni. Tatapan Reni masih penuh tanya. Tidak lama berselang, setelah meletakkan barang bawaannya di atas meja kerjanya, Farel dengan cepat mendatangi keduanya yang terlihat dengan wajah tegang. “Kalian berdua … sedang ngebahas hubungan Diva sama Pak Elvan?” Farel berkata dengan suara yang bisa didengar jelas oleh Diva. Untungnya di ruangan ini baru ada mereka bertiga saja.

Bab terbaru

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Ready For "Jodoh Salah Tarik #2"?

    “Uhh ...” lenguh Kayla selagi memegang kepalanya yang terasa pening. “Kepalaku sakit sekali ….” Sembari menggerutu dengan mata terpejam, wanita bersurai cokelat panjang bergelombang itu berusaha untuk mengingat apa yang terjadi di malam yang lalu. “Minum Kay!” “Habiskan!” “Ah! Kamu kalah lagi!” “Sudah, jangan dipaksa, kamu tidak cukup kuat untuk meneguknya!” “Kamu sudah mabuk, Kay!” Kalimat-kalimat itu masih terngiang di kepala Kayla Semalam, Kayla diajak reuni oleh teman-temannya di salah satu hotel bintang lima. Awalnya, wanita itu berpikir kalau tujuan pertemuan tersebut hanyalah sebatas temu kangen berupa makan malam di restoran atau ruang khusus hotel. Sayangnya, Kayla terlalu bodoh untuk berpikir panjang, sampai-sampai dia lupa bahwa kelompok temannya yang satu ini adalah tipe yang lebih suka menghabiskan waktu dengan minum di bar. Alhasil, di sinilah Kayla sekarang, merutuki kebodohannya yang mau saja lanjut ikut di acara itu, apalagi saat teman-temanny

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (10)

    Pagi itu terasa istimewa. Rumah Elvan dan Diva dipenuhi dengan dekorasi lembut berwarna pastel—biru muda dan merah muda menyelimuti ruang tamu, balon-balon cantik tergantung di setiap sudut. Sebuah spanduk besar terbentang di tengah ruangan dengan tulisan “Selamat Datang, Claudia Cantika Wongso”.Ini adalah hari dimana pesta penyambutan bayi perempuan mereka yang baru lahir, Claudia Cantika Wongso. Sebuah momen yang sudah lama mereka nantikan dan kini mereka sudah bersiap untuk merayakan kedatangan anggota baru dalam keluarga mereka bersama orang-orang terdekat.Diva berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan senyum lembut menghiasi wajahnya. Dia mengenakan gaun sederhana namun elegan, warna pastel lembut yang menonjolkan kesan anggun. Di sebelahnya, Elvan sedang menggendong Claudia yang terlelap dalam balutan selimut bayi berwarna merah muda. Auranya makin terpancar saat pria itu menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, menatap putri mereka dengan tatapan lembut.“Van,

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (9)

    Malam ini sungguh terasa berbeda. Diva terbangun di tengah malam dengan perasaan aneh yang tak bisa ia abaikan. Sudah sembilan bulan sejak mereka pertama kali mendengar kabar bahwa ia hamil, dan kini momen yang telah mereka tunggu-tunggu hampir tiba. Diva merasakan kontraksi yang semakin intens, dan kali ini berbeda dari yang sebelumnya—lebih kuat dan cukup teratur. Diva berpikir mungkin ini sudah saatnya. Saat dimana dia akan melahirkan hampir tiba.Elvan terbangun ketika Diva menggeliat di sampingnya, wajahnya langsung dipenuhi kekhawatiran. “Diva, kamu baik-baik saja, hehm?” tanyanya dengan suara serak, matanya masih setengah tertutup karena kantuk.Diva menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun rasa sakit semakin jelas terasa. “Elvan… aku pikir ini saatnya. Kontraksinya … semakin kuat.” Diva berkata dengan suara bergetar, wajahnya terlihat berkeringat.Elvan langsung terjaga sepenuhnya dan segera bangkit dari tidurnya. “Kamu yakin?” Matanya terbuka lebar, panik dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (8)

    Kehamilan Diva sudah memasuki trimester kedua, meskipun mereka dipenuhi kebahagiaan karena kabar tersebut, tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa minggu terakhir, Diva masih tetap merasakan berbagai tantangan fisik yang sebelumnya. Seperti mual setiap pagi dan rasa ingin muntah saat mengunyah makanan, tetapi kelelahan yang tidak bisa dijelaskan tetap ada, serta perubahan suasana hati yang terkadang membuatnya merasa tidak terkendali, tetap menjadi rutinitasnya.Di sisi lain, Elvan terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan mendukung, meskipun tantangan itu juga mulai memengaruhi dinamika hubungan mereka.Pagi itu, Diva duduk di meja makan, berusaha menghabiskan sedikit sarapannya. Namun, seperti hari-hari sebelumnya, mual datang begitu saja tanpa peringatan. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi, meninggalkan Elvan yang masih menikmati sarapannya.“Diva!” Elvan langsung berlari mengikuti istrinya, wajahnya penuh kecemasan.Diva duduk di lantai kamar mandi, menarik

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (7)

    Beberapa minggu setelah kabar bahagia itu, kehidupan Diva dan Elvan berubah secara drastis. Mereka mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut bayi mereka, meskipun kehamilan Diva masih dalam tahap awal. Setiap malam, mereka berdua duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang masa depan dengan penuh semangat. Namun, di balik kebahagiaan itu, tetap akan datang pula tantangan baru yang harus mereka hadapi.Pagi ini, Diva duduk di meja makan dengan secangkir air putih hangat di depannya. Sejak tahu dirinya hamil, ia mulai lebih berhati-hati, bahkan mengganti minuman coklat kesukaannya dengan air putih hangat. Meski bahagia, perasaan cemas tidak sepenuhnya hilang dari hatinya.Elvan datang dari ruang kerja dengan laptop di tangan, meletakkannya di atas meja sambil memandangi istrinya dengan senyum. “Kamu terlihat sedikit lebih tenang hari ini. Bagaimana perasaanmu? Apa masih merasakan mual dan tidak nafsu untuk makan?”Diva tersenyum lembut, meskipun ada sedikit kekhawatiran di m

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (6)

    Setelah pulang dari liburan mereka melakukan aktivitas seperti biasa, masalah kehadiran buah hati tidak lagi menjadi sebuah penghalang besar untuk keduanya. Mereka juga sudah menjalankan program kehamilan dari dokter, walau sudah tiga bulan masih belum menunjukkan hasilnya, keduanya tetap saling memberikan dukungan satu sama lain.Hingga suatu pagi. Diva bangun dengan perasaan sedikit mual yang sudah ia rasakan selama beberapa hari terakhir. Dia berusaha mengabaikannya, berpikir itu mungkin hanya karena perubahan pola makan sejak kembali dari liburan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang mengusik—sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.Elvan sudah berangkat lebih awal ke kantor. Diva berencana untuk menghabiskan hari dengan bekerja dari rumah. Tetapi, mual yang semakin kuat membuatnya sulit berkonsentrasi. Setelah sarapan, ia kembali merasa perutnya bergejolak, dan kali ini lebih parah daripada sebelumnya. Diva menunduk di depan wastafel, napa

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (5)

    Pagi hari di resort terasa lebih segar dan tenang. Diva memandang ombak yang bergulung pelan dari teras vila mereka. Ia mendekap secangkir teh hangat, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai pertanyaan. Liburan ini memang seharusnya menjadi waktu bagi mereka untuk beristirahat, tapi di dalam hati Diva, rasa cemas belum juga hilang.Elvan keluar dari kamar, rambutnya masih sedikit acak-acakan, tapi wajahnya jauh lebih segar daripada beberapa hari sebelumnya. “Kamu sudah bangun sejak kapan?” tanyanya sambil berjalan mendekat.Diva menoleh dan tersenyum tipis. “Baru saja.”Elvan duduk di kursi di sampingnya, menarik napas panjang sambil menatap laut. “Liburan ini benar-benar membuatku sadar betapa kita jarang meluangkan waktu seperti ini. Rasanya... aneh, tapi juga menyenangkan.”Diva memandang suaminya dan berkata, "Ya, aku juga merasa seperti itu. Ini... mungkin apa yang kita butuhkan.”Elvan tersenyum lembut, matanya menatap Diva dalam-dalam lalu berbisik lembut di

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (4)

    Pagi harinya Diva sudah melihat Prisya sibuk di dapur dengan pelayan yang ada di rumah mereka, dia terlihat mengatur makanan untuk sarapan mereka.“Wah, Kak Diva sudah bangun?” Prisya berkata dengan penuh semangat.“Kamu sibuk banget,” ucap Diva.“Iya dong, eh, Kakak ipar sudah bangun?” tanya Prisya lagi.“Pastinya dia sebentar lagi turun kok harusnya.” Diva menjawab santai.Tidak lama berselang Elvan ada di antara mereka.“Sudah sibuk sekali pagi ini.” Elvan berkata santai, dia terlihat dengan pakaian formalnya dan siap untuk ke kantor.“Kakak Ipar mau ke kantor?” tanya Prisya.“Ya, tentu saja, masih ada yang harus aku urus dengan Miko, tetapi tidak lama, tenang saja.” Elvan berkata pada mereka.“Ya, harusnya serahkan saja pada Miko, tenang saja, aku akan membantumu untuk memantaunya.” Prisya tertawa setelah mengatakan hal itu.Pagi ini setelah Elvan pergi ke kantor Prisya membantu kakaknya menyiapkan barang-barang yang harus mereka bawa untuk pergi berlibur. Keduanya sangat antusias

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (3)

    “Hasil untuk Nyonya Elvan tidak ada yang diragukan, semuanya baik dan juga untuk Tuan Elvan, tidak ada masalah.” Dokter itu berkata dengan tersenyum pada keduanya. Ucapan ini bagaikan sebuah oase di tengah gurun pasir.Artinya tidak ada yang salah dari keduanya, lantas kenapa sampai saat ini masih belum ada juga? Hal ini membuat Elvan langsung bertanya, “Lalu, kenapa masih belum juga sampai sekarang, Dok?” tanya Elvan, dia juga tahu, saat ini Diva juga ingin bertanya hal demikian.“Ini banyak faktor, Tuan Elvan. Salah satunya karena kelelahan dan pikiran.” Dokter berkata dengan suara lembut.Elvan lalu melihat ke arah Diva.“Saya akan memberikan obat pada Nyonya untuk meminumnya, nanti akan ada obat penyubur, jika masih datang bulan untuk bulan depan, hari pertama haid Nyonya dan Tuan datang kembali untuk kita melakukan serangkaian pemeriksaan lagi.” Dokter berkata pada keduanya.“Baik, Dok, kami mengerti.” Setelah melewati sesi konsultasi mereka kembali ke rumah. Walaupun mereka cuk

DMCA.com Protection Status