"Nggak mungkin, In! Kamu jangan terlalu gampang percaya sama gosip!" wajah Dicky menegang, ia menatap anak perempuannya yang sedang menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.
"Tapi ini bukan cuma gosip, Pa. Temen aku lihat Mas Arga sering ke apartemen itu! Bahkan sampai malam, posisi dia izin ada cito ke rumah sakit, apa coba namanya?" kembali tangis Indira pecah, membuat wajah Dicky makin kaku dan tampak marah.
Dicky mengelus lembut kepala Indira yang dibenamkan di dadanya, benarkah apa yang Indira katakan? Bahwa menantu sempurnanya, menantu kebanggaan dan kesayangan Dicky menyeleweng dan menyelingkuhi anak gadisnya ini? Kalau benar, itu sangat keterlaluan!
"Kau tahu dimana apartemen itu, In?" tanya Dicky dengan suara dingin.
"Tentu tahu, Pa! Saat ini bahkan Mas Arga di sana!" Indira melepaskan pelukannya, menatap sang papa dengan mata berlinang.
Dicky mengeram, wajah dan matanya memerah luar biasa. Kurang ajar! Arga ber
"Tok ... tok ... tok!!"Arga yang hendak mengayunkan tangan guna menghajar Morgan sontak mengurungkan niatnya. Ketukan itu begitu keras dan mengejutkan mereka. Membuat suasana panas mereka sontak menghentikan ketegangan di antara mereka.Arga menatap tajam ke arah Morgan yang tampak tengah membetulkan kerah kemejanya, ia melangkah menuju pintu, menekan knop pintu itu dan terkejut luar biasa melihat siapa yang muncul di sana."Nah, ketahuan kan, kamu? Mau ngeles apa lagi sekarang?" semprot Indira yang langsung mendorong Arga mundur ke belakang."Eh, apa maksudnya, In?" Arga pucat pasi, dari mana Indira bisa tahu lokasi apartemen ini? Darimana dia tahu kalau Arga di sini?"Mana gundik kamu itu, mana? Sini biar aku-." Indira sontak melepaskan cengkraman tanganya, ia nampak sangat terkejut melihat Morgan, membuat Arga menghela nafas lega. Setidaknya bukan Clara yang dilihat Indira dan sang papa mertua."Loh, ini kan
Arga mengeram dalam diam, ia tengah menantikan saat di mana dia bisa mencecar lelaki itu dan menghajarnya sampai babak-belur. Agaknya lelaki itu benar-benar mencari masalah dengan dirinya dan Arga perlu memberinya pelajaran karena sudah berani menantang Arga!Pintu apartemen di ketuk, dengan begitu percaya diri dan tenang, Morgan bangkit melangkah ke arah pintu. Menekan knop pintu dan membukanya. Nampak lelaki tinggi tegap itu datang membawa tas hitam. Menunduk di hadapan Morgan lantas masuk ke dalam.Ah! Agaknya Arga salah sudah meremehkan lelaki ini! Dia lupa kekayaan yang Morgan miliki luar biasa banyak! Dan dia bahkan sudah mempersiapkan satu unit Ferrari untuk dirinya? Apakah Ferrari itu yang tadi di maksud Arga sebuah penawaran? Penawaran yang tadi dia tawarkan untuk Arga?"Berkas sudah siap semua, kan?" Morgan buka suara, menatap lelaki itu dengan seksama."Tentu siap, Bos!" lelaki itu mengangguk pelan, membuka tas dan menge
Morgan melambaikan tangan ketika mobil itu meninggalkan area parkir. Senyumnya luar biasa merekah dengan begitu indah di wajah itu. Dia menang telak malam ini! Tidak apa mengikhlaskan satu unit mobil sport itu, yang jelas per malam ini, Clara menjadi milikinya.Ia masih menatap mobil itu sambil melipat tangan di dada ketika kemudian Rudi menyenggol lengannya perlahan."Bos?"Morgan awalnya tidak terlalu memperhatikan, fokus pada euforia kemenangannya. Tetapi Rudi terus mencolek lengannya, membuat Morgan sontak menoleh dan menatap gemas ke arah Rudi."Apaan sih, Rud? Ganggu orang seneng aja sih?" salak Morgan tidak suka.Rudi menghela nafas panjang, "Saya tau Bos lagi seneng, tapi saya cuma mau tanya, dokter Clara-nya di mana?"Morgan sontak melotot mendengar kalimat itu, tanpa banyak bicara, Morgan berlari meninggalkan area parkir. Masuk ke dalam dan menekan tombol lift dengan begitu panik.Kenapa dia bis
"Berapa usia kandungannya, Dok?"Dokter tersebut nampak menghela nafas panjang, membuat setiap detik yang Morgan rasakan seolah berjalan lebih dan sangat lambat."Tiga minggu, masih sangat rentan sekali. Kami menduga tindak kekerasan dan pemerkosaan yang dialami pasien, menyebabkan hal tersebut terjadi."Morgan mengeram, tiga minggu? Fix, itu anak Arga! Tampak tangan Morgan mengepal. Rasanya ia ingin berlari menghampiri lelaki itu di rumahnya kemudian menghajar bajingan itu sampai babak belur. Tapi kalau itu dia lakukan, rasanya drama dan akting apik yang tadi mereka semua tampilkan akan sia-sia. Semuanya akan berantakan dan jangan lupa bahwa Clara bisa menjadi korban dari semua ini."Kami akan buatkan surat dan keterangan visum dari rumah sakit untuk melaporkan tindak kejahatan ini kepada pihak yang berwajib, Pak." ujar dokter tersebut yang sontak membuat Morgan terkejut dari lamunannya. "Akan kami bu-.""Tunggu, Dok!" Morgan mencekal
"Sebenarnya apa rencanamu?" Morgan menoleh, menatap Indira yang kini duduk di sampingnya.Mereka duduk di bangku yang ada di depan OK, suasana cukup ramai malam ini, entah mengapa banyak sekali orang yang mendadak perlu tindakan darurat hingga mereka perlu dibawa ke sini saat ini juga."Menyiksa jiwanya perlahan-lahan. Seperti apa yang selama ini dia lakukan kepadaku!" jawab Indira datar. Matanya menatap ke depan, lantas menoleh dan menatap Morgan yang jujur belum terima dengan permintaan Indira yang memohon agar Morgan tidak melaporkan Arga ke polisi.Morgan sedikit meremang melihat sorot mata itu, sebuah sorot mata yang begitu berbahaya! Ya ... Morgan dapat merasakannya. Indira hendak membuat suaminya gila? Atau ini adalah dampak dari apa yang selama ini Arga lakukan terhadap sang isteri?"Ka-kau ...," Morgan sampai tidak bisa berkata-kata, ia benar-benar merinding dan seperti dibungkam oleh sorot mata Indira."Aku p
"Bagaimana reaksinya?"Indira menatap Morgan dengan seksama, lelaki itu tampak masih memperhatikan layar ponsel yang ada di tangan. Sedetik kemudian Morgan mengangkat wajahnya, menatap Indira sambil tersenyum sinis."Tiba-tiba suaranya hilang," ponsel itu kembali dia masukkan dalam saku. "Pulanglah, takutnya dia pingsan."Sontak wajah Indira terkejut, "Jangan serangan jantung dulu! Aku belum puas menyiksa dia, Gan!" tentu, kematian mendadak macam itu sangat menyenangkan bagi Arga, dia tidak perlu merasakan stress dan depresi berkepanjangan macam Indira dulu.Morgan terbahak, "Kalau begitu pulanglah, pastikan dia tidak mati mendadak agar kau bisa menyiksanya sampai puas."Indira bangkit dari kursi, mengulurkan tangannya pada Morgan yang langsung mendapat balasan jabatan tangan dari Morgan."Senang berbinis denganmu, Bro! Saling berkabar, ya?""Tentu, kabari aku kalau dia sudah positif skizofrenia."Kembali tawa
Clara mengerjapkan mata, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit. Bahkan sakit itu dia rasakan menjalar sampai ke seluruh tubuh, terlebih pada perut dan organ intimnya. Clara berusaha membuka ke dua matanya, saat dia berhasil melakukan itu, ia sedikit terkejut melihat tempat dia mana dia bangun itu.Bukankah tadi ...Bayangan bagaimana Arga 'menunjukkan' rasa cinta dan kasihnya pada Clara tadi sontak kembali terbayang. Pipi Clara bahkan kembali terasa panas dan pedih ketika ingatan bagaimana keras Arga menamparnya tadi kembali terngiang.Dan jangan lupa punggung, organ intim dan ... ah! Clara bahkan sampai tidak bisa lagi berkata-kata. Rasa sakitnya terlampau luar biasa!Clara tersenyum ketika melihat sosok itu tidur sambil menggenggam tangannya. Pasti Morgan yang membawanya ke sini, bukan? Sedetik kemudian senyum Clara lenyap. Tapi bagaimana caranya Morgan bisa membawanya kemari? Bukankah tadi dia di apartemen bersama Arga? Dan kena
"Mau tahu?"Clara sontak mengangguk, tentu dia ingin tahu! Siapa yang tidak ingin tetap menjadi dokter setelah berjuang bertahun-tahun demi lulus dan menyandang gelar itu? Tentu Clara ingin! Dan terbebas dari jeratan Arga adalah hal lain yang Clara inginkan dari hidupnya. Jadi ketika Morgan menawarkan penawaran itu, tentu Clara tidak ingin menolak, bukan?Morgan tersenyum, meskipun mata itu masih memerah, tapi Clara bisa melihat sorot matanya terbesit kebahagiaan yang berpadu dengan kesedihan yang digambarkan dengan betapa merah mata itu."Menikahlah denganku, Ra! Jadilah isteriku dan aku jamin, apapun yang kamu inginkan, apa yang kamu harapkan akan sekuat tenaga aku wujudkan. Pegang janjiku!"Clara tercekat. Dia tidak salah dengar, bukan? Morgan ingin dia menjadi isterinya? Lelaki tampan dan kaya raya itu ingin menikahi bekas simpanan lelaki lain? Yang benar saja!"Ka-kamu serius?" tentu Clara perlu memastikan, walaupun sejak kemarin, Morgan