Share

BAB 43

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Morgan mematikan mesin Pista kesayangannya, menatap Clara yang bergegas melepas seat belt. Clara hendak turun ketika kemudian Morgan mencekal tangan Clara, membuat Clara sontak menoleh dan menatap Morgan dengan seksama. 

"Kenapa?" tanya Clara sambil mengerutkan kening. 

"Yakin mau turun?" sungguh Morgan tidak tenang jika membawa Clara ke dalam sana, bukan apa-apa, di matanya Clara perempuan baik-baik, tidak pantas berada di sana. 

"Tentu!" Clara tertawa, "Ayolah, jangan khawatir seperti itu, bukankah kita pergi berdua?" Clara kembali hendak turun, namun tangan Morgan kembali menarik Clara duduk di jok mobil. 

"Bisa minum memang?" tujuan Morgan tentu hendak minum, dia sudah request beberapa wine dan whiskey pada Armando, jadi sia-sia, kan, kalau dia tidak bisa minum hanya karena sibuk menjaga Clara? 

"Kalau itu, kamu yang tahu jawabannya, Gan." Clara tersenyum, melepaskan tangan Morgan dari tangannya. 

Morgan mel

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Roman Saputra
arga bener2 orang gila
goodnovel comment avatar
Sopy Haryati
clara mulai nakal nih tapi senwng nakal nya sama morgan ......
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
ah...miris betul ketigany sama sama tersakiti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 44

    "Mau turun?" tawar Morgan yang tahu betul Clara sedikit perlu adaptasi dengan tempat barunya ini."APA?" wanita itu menoleh, setengah berteriak kepadanya, membuat Morgan lantas mendekatkan wajah.Wajah mereka begitu dekat, sangat dekat bahkan Clara bisa merasakan hembusan nafas laki-laki itu. Morgan tersenyum, mendekatkan bibirnya ke telinga Clara dan bergumam sedikit keras."MAU TURUN?"Clara sontak menggeleng cepat, balas mendekatkan wajahnya dan balik berteriak."NGGAK MAU!"Tawa Morgan pecah, mereka tampak terkekeh bersama hingga kemudian sosok dengan rambut agak kecokelatan itu mendekat ke meja mereka."Gue pikir lu nggak dateng, Man!" laki-laki itu langsung memberi salam hangat kepada Morgan, tangannya menjabat tangan Morgan dan saling menimpuk satu sama lain."Gila! Keren banget sumpah!" Morgan geleng-geleng kepala sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Gue bakal rekomendasiin ni

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 45

    "RA, STOP!" Morgan mencekal tangan itu, Clara sudah cukup banyak minum di percobaannya yang pertama, dan itu tidak bagus.Tampak mata sayu dengan wajah memerah itu menatap Morgan sambil tersenyum, membuat Morgan sontak sakit kepala seketika. Morgan baru tidak banyak minum malam ini, ada Clara yang harus dia jaga, sedangkan wanita itu malah ... ah! Morgan meletakkan kembali gelas itu, bangkit lalu menarik tangan Clara dengan kasar."SAKIT!" Clara mengibaskan tangan Morgan, menatap tak suka pada Morgan yang melotot berdiri di hadapannya.Tanpa banyak bicara, Morgan kembali memaksa CLara bangun, dia harus segera dibawa pulang. Ini sudah diluar kendali. Tubuh itu akhirnya pasrah dengan tarikan Morgan, dua tangan Morgan mencengkeram bahu Clara, mendorongnya melesat keluar."ET, LU MAU KEMANA?"Morgan mendengus, ia tidak menjawab pertanyaan yang meluncur dari mulut Radit. Satu tangan Morgan menjabat tangan Radit, lantas kembali mendorong tubuh Clara kelu

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 46

    “RA ... CLARA!” Arga berteriak sekencang-kencangnya, tubuh itu sudah ambruk dengan darah mengucur.Arga benar-benar panik, dia sampai kehilangan semua kemampuannya sebagai seorang dokter. Otaknya blank, semua pengetahuannya mendadak lenyap. Arga merengkuh tubuh itu, pisau kecil masih tertancap di dada Clara.Arga tidak bisa sembarangan mencabut pisau itu dari dada Clara meskipun dia sendiri adalah seorang dokter. Mencabut pisau itu dari dada Clara itu malah akan membahayakan nyawa Clara kalau tidak dilakukan dengan prosedur yang tepat. Sejawat bedah yang berkompeten untuk mencabut pisau itu dari sana.“Sayang ... please! Tetap sadar, ya? Jangan kemana-mana, Ra. Kumohon!” desis Arga sambil menciumi puncak kepala Clara.Persetan dengan orang-orang yang mengerumuni mereka, persetan dengan mertuanya, Arga tidak peduli. Yang dia pedulikan sekarang adalah Clara. Bukan siapa pun lagi.“A-aku le-lelah, Ga.” Clara mengery

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 47

    "TTIIIDAAAKK!"Arga tersentak, nafasnya tersenggal dengan keringat dingin mengucur membasahi tubuh. Dia melihat ke sekeliling, sebuah pemandangan yang sontak membuat Arga menghela nafas lega.Ini kamar tidur Indira di rumah sang ayah, bukan depan OK IGD seperti yang tadi dia lihat. Itu artinya semua hal buruk yang Arga alami dan lihat tadi hanyalah mimpi belaka.Arga mengelus dadanya berkali-kali, lantas menyadari bahwa Indira tidak ada di sisinya. Kemana isterinya itu pergi? Arga dengan kesadaran penuh lantas bangkit dari ranjang, memunguti pakaian miliknya yang berserakan dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.Diletakkan baju-baju itu di wastafel, lantas ditatapnya bayangan wajah yang dipantulkan oleh cermin."Mimpi yang benar-benar menyeramkan!" Arga masih menatap bayangan dirinya, sambil mencoba mengenyahkan visual darah dan pisau yang tadi dia temui dalam tidur.Clara tidak akan sebodoh itu, bukan? Lagipula apa kurang Arga kep

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 48

    Clara mengerjapkan matanya, ia merasakan dada bidang itu memeluk tubuhnya dengan begitu hangat. Ia menggeliat, dapat ia rasakan bahwa tubuhnya sama sekali tidak terbungkus apapun kecuali selimut dan tubuh hangat itu.Clara mencoba membuka mata ketika kemudian ia terkejut setengah mati. Ini bukan aroma tubuh dan parfum Arga! Clara membuka matanya, terkejut setengah mati mendapati dirinya berada dalam dekapan Morgan dalam kondisi tanpa busana.Clara sontak bangkit, menyingkirkan lengan kokoh yang memeluk tubuhnya itu. Wajah itu tampak begitu pulas dalam tidurnya, membuat Clara tercengang dan masih belum percaya dengan apa yang dia hadapi sekarang."Nggak ... nggak mungkin!" dua tangan Clara menutup mulut, ia tampak sangat syok. "Nggak mungkin kan semalam ...," Clara tidak melanjutkan kalimatnya, dengan sisa keberanian yang dia miliki, Clara membuka selimut yang menutupi mereka.Semuanya jelas sekarang! Sangat jelas dan sangat memukul Clara dengan begitu lua

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 49

    Morgan terengah hebat, peluhnya bercucuran. Dengan perlahan dan sangat lembut, ia menarik diri dari sana. Membiarkan cairan putih itu meleleh keluar dari inti tubuh Clara. Clara sendiri pun sama tidak berdayanya, tubuhnya lemas seketika dengan peluh membasahi tubuh."Jangan pulang, Ra. Tetaplah di sini!" desis Morgan dengan nafas terengah.Clara membuka mata, mata itu nampak begitu sayu, namun lebih hidup dari mata Clara beberapa hari kemarin. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis."Aku harus berangkat ke rumah sakit, Gan. Bisa ngamuk konsulenku kalau aku mangkir lagi." sebenarnya kalau boleh jujur, Clara ingin libur lagi barang sehari. Tenaganya terkuras hebat, persendiannya seperti lepas semua. Tapi sekali lagi, tekadnya menjadi seorang spesialis membuat Clara bertekad hari ini dia harus tetap masuk."Setelah dari rumah sakit kamu pulang ke sini, kan? Tenang ini rumah aku pribadi. Nggak ada siapapun di sini kecuali asisten aku sam

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 50

    "Makan siang aku jemput!"Clara yang hendak bersiap turun itu sontak melotot. Apa tadi Morgan bilang? Dia hendak menjemput dirinya untuk makan siang? Di rumah sakit? Yang benar saja!"Gan ... ta-tapi ... aku-.""Aku jemput nanti, jangan banyak membantah!" Morgan menarik kepala Clara dengan lembut, menjatuhkan kecupan di dahi Clara, lantas turun meraup bibir merona Clara yang begitu menggoda.Clara membeku, hanya sepersekian detik, karena di detik selanjutnya, ia membalas dengan lembut pagutan bibir itu. Kenapa setiap sentuhan dan buaian laki-laki ini begitu memabukkan? Sangat berbeda dengan Arga!Morgan melepaskan pagutan bibir mereka, menatap dalam-dalam mata itu dari jarak yang begitu dekat."Tolong jangan terlalu lama menyiksaku, Ra! Aku tidak sanggup jika harus membagimu dengan laki-laki itu." bisik Morgan begitu lirih.Clara terpaku. Mata itu ... kenapa mata itu begitu menghipnotisnya? Clara mengangg

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 51

    Morgan bergegas turun dari mobilnya ketika melihat sosok itu melangkah masuk ke dalam gedung rumah sakit. Kaca mata hitam sudah bertengger di telinganya, ia tentu tidak ingin Clara melihat keberadaannya. Dengan langkah tergesa, Morgan mengejar langkah Indira. Berhenti di belakang wanita itu ketika ia hendak meraih knop pintu."Dokter Indira." sapa Morgan dengan halus dan lirih.Indira menoleh, tersenyum dan mengangguk lantas membuka pintu lebar-lebar. "Silahkan masuk, Bro!"Bro. Itu adalah panggilan akrab Indira setelah mereka sepakat bersekongkol untuk misi penting yang beberapa waktu lalu mereka bahas bersama. Panggilan yang sepertinya hanya berlaku kalau mereka tatap muka karena ketika di Wh*tsApp, Morgan begitu formal sekali. Morgan segera melesat ke dalam, banyak sekali hal yang perlu mereka bicarakan berdua. Tentu saja perihal Clara dan Arga."Jadi apa yang membuatmu ingin segera menyerang, Bro?" Indira duduk, menyimak dengan serius maks

Bab terbaru

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 7

    Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 6

    Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 5

    Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 4

    "Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 3

    Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 2

    Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 1

    Dicky menatap nanar undangan yang tadi Arga dan gadis belia itu hantarkan ke mejanya. Ada semacam perasaan tidak rela di hati Dicky melepas Arga menikah dengan wanita lain. Bagaimanapun, sebelum Indira jatuh cinta pada Arga, Dicky sudah lebih dulu jatuh cinta. Jatuh cinta dalam artian lain, bukan cinta seperti pada lawan jenis. Dia sudah lebih dulu membidik Arga henda dia jadikan mantu, ketika kemudian secara kebetulan anak gadisnya sendiri yang meminta agar dijodohkan dengan residen jantung tahun ke tiga itu. Sebuah kebetulan, bukan? Dengan penuh semangat, dulu Dicky langsung melobi ke orang tua Arga. Tidak peduli dia ada di pihak perempuan, lelaki seperti Arga ini tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Arga benar-benar sosok lelaki sempurna di mata Dicky, sosok menantu idaman semua bapak mertua. Satu kesalahan fatal Dicky saat itu adalah tutup mata dengan kondisi Arga yang sebenarnya. Dia tidak mencoba mencari tahu apakah lelaki muda, calon dokter spesialis seganteng Arga ini masih

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   ENDING

    Morgan meraih dan mencengkeram kuat tangan sang istri. Mereka duduk di barisan bangku paling depan, menyaksikan acara sakral itu di mulai. Clara menoleh dan tersenyum, bisa Morgan lihat istrinya begitu cantik dengan dress warna tosca yang memamerkan bahunya yang putih bersih. "Inget momen kita dulu, nggak?" Bisikan Morgan tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku rasa, sampai nanti rambutku memutih semua pun aku tidak akan pernah melupakannya, Sayang!" Balas Clara sama lirihnya. Morgan tersenyum, mengangkat tangan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan begitu lembut dan manis. Sementara Clara, ia tersenyum membiarkan sang suami mengecup tangannya. Siapa yang mengira bahwa kepahitan hidup yang dulu Clara alami akan berubah semanis ini? Dari harus rela membiarkan Arga menikahi wanita lain, jatuh dalam jerat ambisi Arga yang masih begitu ingin memilikinya sampai melakukan segala cara, hingga kemudian, Tuhan mempertemukan Clara dengan Morgan dalam kecelakaan yang men

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 192

    Rudi membeliak ketika akhirnya miliknya bisa terbenam sempurna di dalam inti tubuh Callista. Segala macam prinsip yang selama ini dia pegang teguh luruh sudah. Terlebih betapa hangat dan nikmat sensasi yang Callista suguhkan makin membuat Rudi lupa diri. Rudi menundukkan wajah, menyeka air mata yang menitik di wajah itu. Dikecupnya bibir itu dengan lembut, lalu dengan begitu lirih dia berbisik. "Ini yang kamu minta, kan? Masih meragukan aku?"Mata itu terbuka, masih memerah dengan bayang-bayang air mata. Bukan hanya matanya yang memerah, wajah gadis yang begitu cantik dan menggemaskan di mata Rudi itu juga memerah. Kalau saja rasa nikmat itu tidak menguasai dan menghipnotis Rudi dengan begitu luar biasa, mungkin Rudi akan menyudahi aktivitas ini. "Mas, pelan!"Rudi tersenyum, ia masih belum bergerak sedikitpun, walaupun sebenarnya dia begitu ingin, tapi dia tahan barang sebentar. "Aku nggak bisa janji, Sayang." Rudi balas berbisik, menarik miliknya perlahan-lahan dari dalam sana la

DMCA.com Protection Status