“Kamu harus pergi, dong. Lagi pula, kamu sendiri yang bilang kalau orang itu sangat kuat dan bisa membunuhmu dengan mudah. Tapi dia nggak bunuh kamu ataupun bicara apa pun sama kamu. Dia cuma kasih amplop ini sama kamu. Itu artinya dia punya tujuan biar kamu ngikutin dia. Tujuannya apa? Kita lihat saja nanti. Kalau begitu, aku juga akan ikut sama kamu ke sana,” ujar Sonia. Sonia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatan Chandra. Dia berpikir kalau kepergian Chandra menuju Gunung Agrabat tidak akan membahayakan nyawanya. Chandra hari ini pastinya sudah celaka kalau memang musuhnya berniat untuk mencelakainya dan tidak perlu memancing Chandra sampai ke Gunung Agrabat. “Oke! Lagi pula, foto ini juga sudah memberikan banyak informasi. Jadi, bagaimanapun juga aku harus pergi ke sana,” ujar Chandra sambil menganggukkan kepalanya. “Aku akan pesan tiket pesawat buat kalian,” ujar Grace seraya mengambil ponselnya untuk memesankan tiket pesawat untuk Chandra dan Sonia. Chandra dan
Robi datang ke Gunung Agrabat sebenarnya hanya untuk mencari buah Bodhi. Namun, dia tidak menyangka akan menemukan ular api yang berusia ratusan tahun di tempat ini. Empedu ular api sangat terkenal sebagai suplemen untuk meningkatkan kekuatan bagi para praktisi ilmu bela diri. Namun, sayangnya kekuatan yang dimiliki Robi sudah berada di titik yang tidak bisa ditingkatkan lagi dengan apa pun dari luar seperti suplemen dan obat-obatan termasuk empedu ular api ini. Oleh karena itu, dia memberikannya kepada Nova karena pastinya akan jauh lebih bermanfaat bagi tubuh Nova. Sebuah empedu yang dimiliki ular api bisa meningkatkan kekuatan seseorang sampai 3 tingkat lebih baik dari sebelumnya. “Oh iya, Kek! Kenapa Kakek mancing Chandra ke sini? Kenapa nggak aku bawa saja buah Bodhi itu ke Chandra? Dengan begitu kan Kakek nggak perlu repot-repot mancing Chandra ke sini, iya kan?” tanya Nova yang mengetahui rencana Robi untuk memancing Chandra ke Gunung Agrabat.Robi melirik Nova lalu berkata,
“Apa pun yang terjadi aku akan tetap masuk. Lagi pula kita juga sudah datang ke sini,” ujar Chandra lalu masuk ke dalam gua. Sonia tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mencegah Chandra. Chandra sudah benar-benar terbawa perasaan sampai pikirannya tidak lagi jernih. Kalau begini terus Chandra bisa cepat mati. Namun, Sonia tetap mengikuti Chandra masuk ke dalam gua. Pintu masuk gua tidaklah besar, tapi keadaan di dalam bisa dibilang cukup luas. Suhu di dalam gua terasa semakin panas setelah mereka masuk semakin dalam. Sulit bagi mereka untuk bisa menahan suhu setinggi ini, sekalipun mereka adalah para praktisi bela diri. Akhirnya mereka harus mengerahkan energi sejati mereka untuk menahan suhu tinggi di dalam gua. Namun, tubuh mereka tetap saja basah dengan keringat karena suhu gua yang benar-benar tinggi. Chandra berbalik untuk memberikan botol air minum kepada Sonia, tapi tiba-tiba saja Chandra tampak tersipu malu. Karena Chandra melihat Sonia sedang menarik roknya, mengipasi kera
Chandra langsung merasa yakin kalau laki-laki tua itu adalah kakeknya yang dahulu sangat menyayanginya ketika Robi mengeluarkan suaranya. Chandra langsung berlutut di atas tanah sambil memandangi jurang yang berada di depannya sambil menangis tersedu-sedu. Kenangan akan masa kecilnya langsung terlintas di benak Chandra. Dia ingat bagaimana dia duduk di pangkuan kakeknya ketika dia masih kecil. Selain itu, kakeknya juga pernah mengajarinya sastra dan ilmu pengobatan kuno. Chandra tidak bisa melakukan apa pun ketika kebakaran membumi hanguskan rumah keluarga Atmaja 10 tahun yang lalu. Sampai akhirnya, Nova muncul dan menyelamatkannya. Lalu 10 tahun kemudian, Chandra masih saja tidak berdaya menyaksikan kakeknya tewas di depan matanya. “Kurang ajar!” seru Chandra penuh amarah sambil menatap tajam ke arah si orang berjubah hitam sampai membuat urat di dahinya menonjol. Sonia khawatir Chandra akan kehilangan kendali. Jadi dia buru-buru menarik Chandra seraya berkata, “Kak Chandra, jan
Sonia menatap Nova lalu berkata, “Jadi, kamu yang bantuin Chandra untuk membunuh Teuku di Diwangsa? Lalu kamu juga yang pura-pura jadi aku untuk bantuin Chandra keluar dari rumah keluarga Nantaboga dan meninggalkannya di depan pintu gerbang rumah keluarga Atmaja? Lalu Istana Raja Langit juga hasil ciptaan Robi?”“Ya, Istana Raja Langit memang didirikan oleh Robi,” jawab Nova tanpa mengelak sama sekali. “Kenapa kakek menculik Amanda dan Sandra?” tanya Chandra. “Kakek bilang kalau sekarang kamu sudah memiliki banyak musuh, jadi mereka juga nggak aman jika terus berada di dekatmu. Makanya kakek membawa mereka pergi agar konsentrasimu nggak terganggu sekaligus untuk melindungi mereka,” jawab Nova. “Lalu kenapa kamu dan kakek ada di sini?” tanya Chandra lagi. “Jadi, kata kakek kultivasi dengan metode yang ada di dalam Lukisan Gunung Merabu membutuhkan hawa dingin Yin yang sangat besar dan energi sejati Yang yang sangat kuat. Makanya kakek membawaku ke sini. Tapi tiba-tiba saja ada orang
Ronald kembali sepuluh menit kemudian setelah dia pergi. “Gimana, Kek?” tanya Sonia. Ronald langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Dasar jurangnya sangat dalam. Selain itu, ada lahar panas juga di dasarnya. Aku bisa mati kalau sampai terjatuh ke dalam sana.”“Aku nggak percaya,” ujar Chandra sambil menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin kakeknya bisa mati semudah ini? Padahal 10 tahun yang lalu saja dia bisa selamat dari kobaran api yang membakar rumahnya. Ronald menatap Chandra lalu berkata, “Bagaimanapun juga, kamu tetap harus mempercayainya. Secara teori, semua orang yang terjatuh ke bawah sana pasti akan mati, kecuali jika orang itu punya kekuatan dengan tingkatan lebih tinggi dari alam ketujuh.”Kemudian Ronald menatap Nova dan bertanya, “Kenapa kamu bisa ada di sini bersama Robi?”Nova sama sekali tidak berusaha menyembunyikan apa pun. Dia menceritakan semuanya kepada Ronald tentang bagaimana Robi menemukannya. Namun, Nova tidak menceritakan perihal Lukisan Gunun
Chandra harus pergi menemui Grace di Rivera untuk menyerap hawa dingin yang dihasilkan oleh tubuh Grace. “Aku nggak bisa pergi ke Diwangsa sekarang. Aku harus kembali ke Rivera dulu,” jawab Chandra. “Kalau begitu berhati-hatilah,” ujar Ronald sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian Ronald bergegas pergi dengan melompat sejauh ratusan meter ke depan hanya dengan beberapa kali tarikan napas. “Kita juga harus pergi dari sini,” ujar Sonia. “Kita belum bisa pergi dari sini. Chandra, tujuan kakek datang ke sini tuh untuk nyariin kamu buah Bodhi Api. Tapi si Dukun Iblis itu sudah nyerang kami sebelum kakek berhasil nemuin buah itu,” ujar Nova menolak untuk pergi. “Sudahlah, kita harus segera pergi dari sini sebelum Dukun Iblis itu datang kembali dan menangkap kita. Lagi pula, Kakek Ronald sudah pergi dari sini. Kita itu bukan tandingan si Dukun Iblis,” ujar Sonia bersikeras meminta untuk segera pergi dari Gunung Agrabat. “Oh iya, memangnya sekarang kekuatan Ronald sudah berada di ting
Di sisi lain, Chandra juga sangat senang karena Nova sudah berhasil mendapatkan kekuatan internal yang setara dengan kekuatan tingkat tiga. Itu artinya Chandra tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan Nova. Chandra hanya terdiam dan tidak membalas pertanyaan Nova. Dia justru berbalik dan menatap ke arah pintu masuk gua yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Nova cukup mengerti dengan keadaan Chandra. Jadi, dia tidak lagi banyak bertanya. Dia hanya berdiri diam di sisi Chandra.“Hufh.” Chandra menghela napasnya. Chandra merasa senang sekaligus khawatir ketika melihat kemunculan orang yang dia curigai sebagai kakeknya. Dia merasa bersyukur karena kakeknya masih hidup. Namun, dia juga takut kakeknya adalah orang yang jahat seperti apa yang diceritakan oleh Ronald dan Nova. Chandra ingin sekali bertemu dengan kakeknya dan meminta penjelasan tentang semua masalah itu dengan sejelas-jelasnya. Dia ingin sekali mendengar ucapan langsung dari mulut kakeknya kalau kakekn
Klan Guno adalah sebuah klan yang sangat besar, sekalipun bangunan yang mereka bangun tampak cukup aneh. Chandra dan Tosan mendapatkan sebuah bangunan beserta halaman sendiri untuk mereka tinggali sementara waktu. Di saat yang bersamaan, Verda pergi memberikan laporan kepada tetuanya. Terdapat banyak gunung di belakang desa yang terdapat banyak bangunan di puncaknya. Orang-orang yang tinggal di atas gunung adalah orang-orang penting dan berkuasa di Klan Guno. Saat ini, ayah Verda sedang mengasingkan diri, jadi semua urusan Klan Guno diurus oleh Tetua Trada. Verda memanjat gunung di mana Trada tinggal. Di puncak gunung, seorang laki-laki tua berusia 70 tahunan sedang duduk di atas tanah sambil bermain dengan serangga di sekitarnya. “Tetua,” sapa Verda.“Ya, Verda,” balas orang tua itu.Dia menatap Verda yang berjalan menghampirinya lalu mengambil jangkrik dari atas tanah dan bertanya, “Ada apa?”Verda berkata tanpa daya setelah melihat penampilan Trada yang berantakan, “Bukan masalah
Suara Verda kembali bergema. Yosan baru sadar. Dia melihat ke arah Verda dengan ekspesi malu di wajahnya. “Sebenarnya, kali ini aku datang ke Klan Guno untuk minta setetes Darah Guno.”“Darah Guno?”Verda langsung berdiri. Dia menatap Yosan dengan ekspresi heran di wajahnya dan berkata, “Tetua mungkin nggak tahu. Darah Guno diciptakan oleh leluhur kami dengan menggunakan kultivasi seumur hidupnya sebelum dia meninggal. Itu hanya berguna bagi kami para Klan Guno. Bukan orang Klan Guno, maka kamu nggak bisa pakai Darah Guno. Selain itu, kekuatan Darah Guno sangat dahsyat. Jika dipakai orang yang bukan dari Klan Guno, tubuhnya akan meledak dan dia akan mati seketika.”“Nggak separah itu kali,” celetuk Chandra.Verda melirik Chandra sekilas. Yosan langsung berkata, “Muridku terlalu banyak bicara. Jangan hiraukan dia.”Verda mengibaskan tangannya. Dia terlalu malas untuk mempermasalahkan hal seperti ini dengan Chandra. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Chandra sebelumnya. Oleh karena
Chandra semakin bingung ketika mendengar percakapan Yosan dan perempuan bernama Verda itu. Dia melihat ke arah Verda yang berdiri di depan beberapa pengawal Klan Guno dan berpikir dalam hati, “Jangan-jangan, dia juga murid Sekte Dayan?”“Silakan, Tetua.”Verda memberi isyarat mempersilakan dan mengundang Yosan untuk masuk. Yosan menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah Chandra dan berkata, “Ayo, kita masuk dulu.”Verda membawa Yosan dan Chandra masuk ke daerah Klan Guno. Di depan mereka terbentang barisan pegunungan. Namun, begitu mereka melangkah ke depan, pemandangan seketika berubah. Mereka masuk ke sebuah tempat dengan pegunungan indah dan danau yang jernih seperti dunia khayalan dengan energi spiritual yang melimpah.Daerah terluar ada beberapa lahan spiritual. Ada banyak orang yang menanam di ladang. Di depan ada beberapa bangunan. Bangunan-bangunan itu tidak mewah, malah tampak sederhana. Chandra merasa dirinya seperti datang ke desa kecil di pegunungan.Dalam perjalanan, Chan
Yosan dan Chandra melakukan perjalanan selama beberapa hari. Seminggu kemudian, Yosan dan Chandra tiba di hutan yang luas.“Guru, Klan Guno ada di hutan ini?” tanya Chandra yang tampak bingung, seperti meragukan.Yosan mengangguk pelan. “Pegunungan ini namanya Gunung Sanguna. Markas besar Klan Guno berada di sini. Klan Guno selalu merendah. Orang-orang Klan Guno jarang ke dunia luar.”Yosan menunjuk ke arah pegunungan di depan dan berkata, “Gunung Sanguna dilindungi oleh formasi yang sangat kuat. Prajurit kuat mana pun yang masuk tanpa izin dari Klan Guno akan mati dengan mengenaskan dalam formasi itu.”Chandra mengangguk pelan. Yosan sudah berjalan lebih dulu. Chandra pun segera mengikuti di belakang. Sesaat kemudian, mereka tiba di sebuah tempat terbuka. Di tempat itu terdapat tiga tugu batu yang tingginya lebih dari 30 meter. Diatas tugu batu terukir beberapa patah kata dengan huruf yang besar.Gunung Sanguna merupakan kawasan terlarang. Orang luar tidak boleh masuk atau kalian akan
Chandra pergi bertarung dengan Harimau Langit lagi. Bertarung dalam artian Chandra hanya menerima pukulan secara pasif. Karena tingkat kekuatannya sangat lemah. Chandra sama sekali tidak mampu melukai Harimau Langit yang super besar itu.Lebih dari satu jam kemudian, Chandra terluka lagi. Dia mencoba menyerap kekuatan Pil Enam Yang lagi. Setelah menyerap kekuatan itu, luka-luka di tubuhnya pun sembuh.Yosan hanya memperhatikannya dengan tenang di samping. Sungguh menakjubkan. Chandra terluka sangat parah. Biasanya, butuh waktu lama untuk pulih dari luka separah itu. Namun, Chandra bisa menyembuhkan luka-lukanya sembari menyerap kekuatan Pil Enam Yang.Tubuh Chandra benar-benar ajaib. Bahkan Yosan yang merupakan tetua Sekte Dayan pun merasa takjub. Selanjutnya, Chandra terus bertarung dengan Harimau Langit di hutan Primordial. Dia memanfaatkan kekuatan Harimau Langit untuk memukul tubuhnya sendiri dan merangsang kekuatan Pil Enam Yang di dalam tubuhnya. Kekuatan fisik Chandra pun terus
Setelah mendengar pertanyaan Yosan, Chandra tertegun sejenak. Belum sempat dia menjawab, Yosan mengajukan pertanyaan lagi.“Selain itu, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu berasal dari keluarga mana? Setahu aku, nggak ada keluarga Atmaja di Primordial.”Yosan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Chandra juga berpikir keras. Dia bukan orang dari Primordial, tapi dari Bumi. Saat ini, dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu apakah dia harus mengungkapkan identitasnya. Chandra khawatir, karena orang-orang di 3000 dunia tersegel sangat memusuhi manusia di Bumi. Chandra khawatir kalau dia mengungkapkan identitasnya, sikap Yosan terhadapnya akan berubah.“Kenapa? Ada yang nggak bisa kamu ceritakan padaku?” tanya Yosan. “Kalau nggak nyaman untuk diceritakan, aku nggak akan paksa kamu.”Chandra berpikir sejenak. Menurutnya, Yosan adalah orang yang baik. Dia juga merasa kalau dia tidak seharusnya menyembunyikan identitasnya dari Yosan. Jika sikap Yosan terhadapnya berubah setelah dia mengu
“Chandra, ini Harimau Langit, penguasa hutan ini. Kekuatannya setara dengan prajurit tingkat kelima Alam Kesucian. Sangat bagus kalau kamu pakai dia untuk latih tubuhmu.”Suara Yosan bergema dari kejauhan. Chandra tampak tak berdaya. Tingkat kelima Alam Kesucian memang tidak termasuk kuat. Jika dia menggunakan Jurus Langkah Melawan Langit, Chandra bisa membunuh Harimau Langit itu dalam hitungan menit.Akan tetapi, Harimau Langit itu terlalu besar. Chandra tampak terlalu kecil ketika berdiri di depan monster itu. Sebelum Chandra sadar, Harimau Langit sudah melancarkan serangan. Harimau Langit membuka mulutnya dan menyemburkan sinar energi hitam.Chandra sedang berpikir bagaimana caranya menghindar. Namun jika dia menghindar, efek latihan tubuhnya akan hilang. Jadi dia tidak menghindar, melainkan memilih menghadapi Harimau Langit secara langsung.Cahaya hitam menyerang ke arah Chandra dan menghantam dadanya, hingga membuat dada Chandra menjadi cekung ke dalam. Chandra sengaja mengendali
Yosan juga terkejut dengan tekad Chandra. Kekuatan Pil Enam Yang terus disempurnakan, kekuatan fisik Chandra juga terus tumbuh menjadi lebih kuat.Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, rasa sakit di tubuh Chandra jauh berkurang. Dia pun berhenti berlatih. Yosan yang berada di sampingnya bertanya, “Bagaimana?”“Setelah berlatih semalaman, aku merasa kekuatan fisikku jadi jauh lebih kuat, tapi aku baru menyempurnakan kurang dari satu persen kekuatan Pil Enam Yang. Masih ada kekuatan yang sangat kuat di tubuhku yang nggak bisa aku serap,” jawab Yosan.“Seperti itulah Pil Enam Yang. Kalau kamu ingin serap kekuatan ini, kamu butuh bantuan dari luar,” ujar Yosan.“Iya,” kata Chandra sambil menganggukkan kepala.Chandra tahu apa maksud bantuan dari luar yang Yosan katakan. Chandra harus menerima pukulan.“Sini, aku bantu kamu,” kata Yosan sambil tersenyum.Sebelum Chandra sadar, Yosan tiba-tiba menyerangnya. Saat Yosan mengangkat tangannya, energi sejati yang sangat kuat keluar d
Yosan menyetujui semua persyaratan yang diajukan keluarga Lowen agar Chandra bisa meraih hasil baik dalam kompetisi besar sekaligus membuat para tetua dan ketua sekte terkesan. Duno membawa Yosan pergi keluar ruangan bersama, sedangkan Chandra tetap menunggu di dalam kamar. Kurang lebih satu jam kemudian, Yosan akhirnya kembali dengan raut wajah yang tidak terlihat terlalu baik. “Master,” sapa Chandra penuh hormat. “Chandra, aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Aku mengorbankan berbagai hal yang kukumpulkan selama bertahun-tahun. Aku akan sangat menyesal telah menjadi gurumu kalau sampai kamu tidak berhasil meraih hasil yang baik dalam kompetisi besar nanti,” ujar Yosan pasrah. Raut wajah Chandra seketika tampak malu. Bagaimanapun juga, dia tidak yakin bisa mendapatkan hasil baik dalam kompetisi besar nanti. “Ayo, kita tetap harus pergi ke Klan Guno malam ini juga. Kamu bisa minum Pil Enam Yang di perjalanan nanti,” ujar Yosan yang memilih untuk tidak tinggal terlalu lama di