Seketika, ruangan itu diliputi keheningan.Menyelinap ke Gurun Selatan yang dijaga ketat oleh 3 juta pasukan dan membunuh jenderal dari aliansi 28 negara? Ini adalah misi tersulit yang pernah mereka terima selama ini.Semua orang saling bertukar pandang dan tidak bersuara sama sekali.Dahlia melirik mereka sekilas, lalu maju dan berkata, "Kak Chandra, aku akan ikut denganmu."Dahlia adalah pembunuh bayaran yang dibina oleh Istana Gelap. Selama ini, dia selalu hidup dalam kegelapan dan memiliki masa depan yang tidak menentu.Sejak mengikuti Chandra, Dahlia baru mengerti apa yang dinamakan hidup. Chandra yang memberinya arti kehidupan. Kini, Chandra memberikan misi kepada mereka, tentu saja Dahlia tidak akan menolaknya.Chandra menatap pembunuh lainnya dan bertanya, "Bagaimana dengan kalian?"Semua orang tampak bimbang. Meskipun mereka semua adalah pengikut Chandra, misi ini kemungkinan besar akan merenggut nyawa mereka. Peluang untuk selamat dari misi ini sangat kecil, mereka juga tidak
Windu berkata dengan meyakinkan, "Bos, tenanglah. Saat ini, ada 3 juta pasukan yang menjaga Gurun Selatan. Kalau Naga Hitam berani datang, aku jamin dia tidak akan pulang dengan selamat.""Kali ini, kita tidak boleh membuat kesalahan. Kalau kita gagal, akan ada konsekuensinya," pria di telepon memperingatkan.Setelah panggilan itu diakhiri, Windu pun berdiri. Dia membuang puntung rokok di tangannya, lalu menginjaknya dengan keras, dan pergi ke ruang konferensi. Ruang konferensi tersebut dihadiri oleh para jenderal dari 28 negara. Begitu Windu masuk, para jenderal segera berdiri menyambutnya. Windu memberi isyarat agar mereka duduk.Setelah duduk, Windu melihat seisi ruangan dan berkata, "Bos telah menerima informasi bahwa insiden dengan bus wisata telah terbongkar. Naga Hitam sudah mengetahui semuanya.""Apa?" Wajah para jenderal berubah.Bekti berbicara dengan nada dingin, "Bagaimana janjimu sebelumnya? Bukankah kamu bilang rencana ini sangat sempurna? Kalau informasi ini beredar, Neg
Melihat para anggota timnya telah memasuki hutan, Chandra pun berangkat. Dia perlahan mendekati Gurun Selatan. Tidak lama kemudian, dia bertemu dengan sebuah tim patroli. Tim tersebut terdiri dari lima mobil militer, satu kendaraan berlapis baja, satu mobil polisi, dan satu tank.Chandra bersembunyi di balik pohon besar di tepi jalan sambil memperhatikan tim patroli itu meninggalkan lokasi. Setelah tim patroli tersebut pergi, dia diam-diam mengikutinya. Dia mengikuti mereka cukup lama, tetapi tidak menemukan kesempatan untuk menyusup.Tanpa terasa, hari mulai gelap. Tim patroli semakin banyak di sekitar Gurun Selatan. Setelah tidak menemukan kesempatan, Chandra memutuskan untuk berhenti mengikuti mereka. Dengan menghindari pos-pos penjagaan yang tersebar di sekitar, dia mulai mendekati Gurun Selatan.Saat ini, dia hanya berjarak kurang dari 10 kilometer dari Gurun Selatan. Pasukan militer semakin banyak di sekitar sana. Bahkan, ada kamp militer dengan banyak tentara di dalamnya. Chandr
Wanita itu pun keluar dari tenda. Setelah itu, Marcus duduk dan menatap Chandra yang berada di depan pintu sambil berkata, "Kemarilah."Mendengar itu, Chandra mendekatinya."Kabar apa mengenai Naga Hitam ...." Sebelum Marcus selesai berbicara, Chandra telah menodongnya dengan pistol. Seketika, Marcus tercengang.Chandra tersenyum menyeringai sambil berkata, "Akulah Naga Hitam.""Kamu ...."Mendengar ucapan itu, Marcus terperanjat dan hampir terjatuh dari kursi. Chandra mengarahkan pistolnya sambil duduk di depan Marcus.Setelah hatinya lebih tenang, Marcus menatap Chandra dengan ekspresi muram. "Naga Hitam, besar sekali nyalimu. Apa kamu tahu ada berapa orang di luar sana? Kamu akan dikepung dan ditembak mati."Chandra tersenyum tipis sambil berkata, "Coba saja kamu teriak. Aku tidak tahu apakah aku akan dikepung, tetapi sebelum semua itu terjadi, aku pasti akan membunuhmu terlebih dulu.""Kamu ... apa yang kamu inginkan?" tanya Marcus dengan ketakutan. Chandra sudah pasti sanggup memb
Setelah Chandra mengakhiri panggilan tersebut, dia mengirimkan nomor rekening Marcus kepada Mawar. Sementara itu, Marcus menatap Chandra dengan tatapan iri. Dia merasa iri terhadap Chandra yang kaya raya.Meskipun Marcus adalah warga Negara Yinusa, dia tahu bahwa selama beberapa tahun terakhir, para pedagang yang melakukan bisnis di Gurun Selatan memberikan uang kepada Naga Hitam sebagai uang perlindungan. Namun, pemerintah Someria memilih untuk menutup mata terhadap hal ini.Sementara Marcus sendiri, dia tidak berani menerima sogokan dengan terang-terangan. Sebab, jika hal ini ketahuan, karier militernya akan berakhir.Melihat Marcus yang banjir keringat, Chandra tersenyum dan berkata, "Jangan terlalu gugup, santai saja. Hanya kita yang tahu tentang hal ini, tidak ada yang akan tahu selama kamu tidak mengatakannya. Aku sudah memerintahkan untuk mentransfer uangnya, seharusnya uangnya akan masuk sebentar lagi. Bersabarlah."Marcus mengusap keringat dari wajahnya, lalu berkata, "Apakah
Chandra melambaikan tangannya dan berkata, "Tenang saja, aku bisa membuat topeng kulit. Kamu siapkan saja bahannya.""Baik," jawab Marcus. "Kamu istirahat dulu di sini, akan kusiapkan semuanya."Usai berkata demikian, Marcus berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.Pada saat mempersiapkan bahan, dia juga sekaligus memilih beberapa prajurit yang bisa dipercaya. Beberapa saat kemudian, semua bahan telah dipersiapkan.Malam yang hening itu pun berlalu.Keesokan paginya, Marcus berangkat ke wilayah militer Gurun Selatan bersama dengan belasan prajurit lainnya.Di sebuah tanah kosong dalam wilayah militer di kota, telah berbaris ratusan prajurit di tempat itu.Semua prajurit ini dipilih sendiri oleh Wakil Jenderal. Mereka memiliki keterampilan yang kuat dan mampu melawan puluhan lawan sekaligus.Bekti berdiri di depan dengan ekspresi puas di wajahnya. "Baiklah, mulai sekarang, kalian akan berjaga-jaga di luar gedung ini. Tidak ada yang boleh beranjak dari sini, mengerti?""Kami mengerti,
Chandra telah meninggalkan banyak penanda di wilayah militer. Semua penanda ini adalah tanda khusus yang biasa digunakan oleh para pembunuh. Orang awam tidak akan bisa mengerti arti dari penanda ini.Chandra juga tidak tahu identitas apa yang digunakan oleh para pembunuh ini untuk menyelinap masuk. Namun, dia tahu bahwa semua pembunuh yang menyelinap ini akan meninggalkan tanda yang sulit dikenali oleh orang lain.Kini, semua persiapan telah selesai, mereka tinggal menunggu malam tiba.Malam ini adalah waktu kematian bagi ke-28 jenderal tersebut. Jika misi pembunuhan mereka gagal, Chandra dan semua pembunuh yang datang bersamanya juga akan mati di sini.Sebab, perlengkapan senjata di sini sangat banyak. Pasukan mereka saja sudah mencapai 100 ribu orang. Semuanya adalah pasukan bersenjata lengkap yang mematikan.Selain itu, masih ada 3 juta pasukan lain yang berjaga di Gurun Selatan. Jika misi mereka membunuh para jenderal ini berhasil, 3 juta pasukan ini tidak akan berani bertindak sem
Tujuan Windu adalah untuk menarik Chandra ke tempat ini dan membunuhnya. Dia yakin saat ini Chandra pasti sudah menyusup ke Gurun Selatan dan sedang mencari kesempatan untuk menyusup ke kawasan militer, lalu membunuh 28 jenderal dari berbagai negara.Saat ini, Windu menuju gedung militer untuk mengumpulkan 28 jenderal dari berbagai negara untuk rapat lagi. Dia harus mencari cara untuk menarik Chandra ke tempat ini.Sementara itu, di dapur militer, setelah sopir tersebut mengantar sayuran, orang yang ikut dengannya mulai menurunkan barang."Kak, istirahat saja, urusan kecil seperti ini biar saya yang urus," kata orang yang ikut dengannya buru-buru. Dia menghentikan para pekerja dapur untuk membantu menurunkan barang.Orang-orang di dapur dengan senang hati menerima tawaran itu dan tidak terlalu memedulikannya.Sopir dan orang yang ikut dengannya mulai menurunkan barang bawaan mereka. Sopir tersebut bukan orang lain, dia adalah Noon yang sedang dalam penyamaran.Sopir pengantar sayuran y
Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti
Chandra menghitung dalam hati—ada 33 buah di pohon itu. Jika Santara benar-benar mengambil 20 buah dan Tara 6 buah, itu sudah 26 buah, hanya menyisakan 7 buah. Dengan jumlah pendekar bumi yang banyak, jelas itu tidak cukup untuk dibagi.“Bagaimana kalau kita adakan pertarungan?” usul Chandra. Mendengar ini, banyak orang langsung memandang ke arahnya. Chandra melanjutkan, “Tidak perlu dibagi dalam kelompok. Kita adakan pertarungan terbuka. Siapa yang menang dan tidak ditantang, berhak mengambil satu buah. Setiap orang hanya boleh mengambil satu buah. Bagaimana?” Chandra tahu bahwa beberapa anak buah Santara memiliki kekuatan yang lebih lemah, jadi jika dilakukan dengan sistem ini, mereka mungkin tidak akan dapat banyak buah. Di sisi lain, di pihak Suku Mistik, mungkin hanya Tara dan Wukon yang mampu bersaing.“Baik, aku setuju,” ucap Robi pertama kali mendukung. “Aku juga setuju.” “Tidak masalah.” Para pendekar bumi pun menyatakan persetujuan mereka.“Aku tidak setuju,” sahut Sa
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita